SUATU hari terdapat seorang laki-laki bernama Juraij sedang shalat di tempat peribadatan yang dibangunnya semacam musholla. Di tengah menjalankan ibadah shalat, ibu kandungnya datang menemuinya dan memanggil-manggil namanya, “Juraij….Juraij….”
Mendengar panggilan sang ibu, Juraij pun bimbang dalam shalatnya, antara meneruskan shalat atau menjawab panggilan sang ibu.
Akhirnya ia memilih untuk meneruskan shalatnya.
BAC AJUGA: Apakah Penting Susu Formula untuk Bayi?
Sementara itu, ibunya geram, tak mendapati sahutan anaknya yang dari tadi dipanggil-panggil namanya. Dia terlanjur sakit hati.
Sang ibu pun berkata “Ya Allah, Jangan Engkau matikan Juraij sampai Engkau memperlihatkan ia wanita-wanita pezina.”
Do’a sang ibupun rupanya dikabulkan Allah Swt. Tak lama kemudian, Juraij yang masih di dalam tempat peribadatannya didatangi oleh seorang wanita cantik yang merayunya untuk bercumbu dengannya. Juraij menolaknya dengan keras, karena ia memang dikenal dengan seorang yang alim dan ahli ibadah.
Kecewa dengan penolakan Juraij, wanita itu pun mendatangi laki-laki penggembala kambing, merayu dan mengajaknya melakukan perbuatan zina. Setelah itu, wanita tersebut hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia mengaku kepada kaum Bani Israil bahwa anaknya tersebut adalah hasil hubungan gelapnya dengan Juraij.
Sontak Bani Israil pun kalap, karena laki-laki yang selama ini mereka anggap sebagai seorang yang alim dan sholeh hanyalah sekedar topeng belaka, tetapi kelakukannya bejat. Mereka pun berbondong-bondong menyerbu tempat peribadatan Juraij untuk mereka hancurkan. Mereka tak henti-hentinya mencela dan menghakimi Juraij.
BACA JUGA: Tahnik, Sunnah Nabi untuk Si Bayi Baru Lahir
Juraij yang merasa tidak bersalah, mencoba untuk mendinginkan suasana. Segera Juiraj mengambil air wudlu dan melaksanakan shalat, meskipun tempat peribadatannya sekarang telah hancur lebur. Kemudian, Juraij mendatangi bayi kecil yang dituduh sebagai anaknya dan bertanya “Siapa bapakmu?”
Dengan izin Allah Swt. kepada hamba-Nya yang sholeh, anak laki-laki yang masih bayi itu pun menjawab, “Sang Penggembala.”
Mendengar jawaban bayi tersebut, penduduk kaum Bani Israil itu pun malu karena telah menuduh yang tidak-tidak, bahkan mereka telah menghancurkan tempat ibadah Juraij.
“Kami akan membangunkan kembali tempat ibadahmudari emas wahai Juraij.” Kata mereka menyesal.
BACA JUGA: Ini Penjelasan Ilmiah soal Tawa Bayi
“Tidak perlu, cukup kalian bangunkan dari tanah saja.” Jawab Juraij dengan bijaksana, karena ia sadar apa yang menimpa dirinya memang murni dari kesalahannya yang mengabaikan panggilan ibunya ketika melaksanakan shalat sunnah. Padahal meneruskan melaksanakan shalat yang tidak wajib adalah sunnah, sedangkan menjawab dan berbakti kepada ibu adalah wajib. []
SUMBER: BINCANG SYARIAH