Oleh: Nova Friska, S.Kep., Ns
Penulis, Aktivis Intelektual Muslimah Aceh
novafriska1@gmail.com
SIAPAKAH yang tak merindukan kehadirannya?
Bulan penuh rahmat yang didalamnya terdapat berlipat kebaikan. Yang ingkar jadi ta’at, yang ta’at semakin ta’at, begitulah fenomena yang terjadi didalamnya. Ramadhan, bulan penuh keberkahan.
Setiap insan pastinya memiliki cerita unik tersendiri di dalamnya. Begitu juga yang kualami.
***
Salah satu hal yang menjadi rutinitas kaum muslim saat menjelang sepuluh malam terakhir adalah beri’tikaf. Hal ini seakan menjadi agenda wajib pemuda dikotaku. Keberkahan ramadhan membuat banyak pemuda dan masyarakat beramai-ramai memenuhi masjid untuk beri’tikaf seraya memohon ampun dan mengharap keridhaan sang Khaliq atas kehidupannya.
BACA JUGA: Amplop Titipan Ustad
Malam itu, seperti biasa aku bersiap-siap untuk melaksanakan shalat tarawih yang akan dilanjutkan dengan I’tikaf nantinya, namun entah mengapa, aku lupa membawa bekal. Biasanya, selesai shalat tarawih, aku kembali mengganjal perutku dengan makanan, agar mampu bertahan hingga sahur nanti, karena memang masjid yang kudatangi menyediakan makanan berbuka dan sahur. Selain tak membawa bekal, uang sepeser pun tak ada di tangan.
Selesai shalat tarawih, perut pun mulai menabuh gendang tanda harus segera diisi. “Kalau pulang kerumah gak mungkin juga.” Ungkapku kepada adikku. Selain dikarenakan jarak yang jauh, waktu pun sudah mulai menjukkan tanda pergantian hari akan segera terjadi. Akhirnya, aku memilih untuk mengalihkan rasa laparku dengan meneruskan membaca surat cinta-Nya.
Pukul 22.40, aku mencoba mengundang kantuk untuk hadir, namun ia tetap menolak. Mataku masih ingin terjaga lebih lama. Namun apa daya, rasa lapar yang terus hadir, membuat fokusku dalam tilawah menjadi hilang.
Kebetulan, di malam sebelumnya, ada beberapa muslimah yang mendatangi para jama’ah sembari membagikan snack berupa dua potong kue. Aku pun berdoa kepada Allah, agar mereka dihadirkan kembali malam ini sembari membawa snack.
“Ya Allah, hamba lapar ya Rabb. Mudah-mudahan teman yang semalam bagi kue, datang dan bagikan lagi malam ini.” Pintaku. Mataku seakan tidak berhenti untuk menatap sekeliling, berharap mereka akan hadir.
Jam mulai menunjukkan pukul 23.00 WIB, rasa gelisah semakin menghampiri. Sepertinya tidak ada tanda bahwa mereka akan hadir. Akupun pasrah ditengah rasa lapar yang mendera, berharap waktu sahur segera hadir, agar dapat kutuntaskan hajatku.
Hingga tiba saat jam telah menunjukkan pukul 24.00 WIB, rasa kantuk pun tiba. Aku pun meminta kepada adikku untuk berjaga dan membangunkanku di pukul 01.00 WIB nanti.
Setelah merapikan sajadah dan posisi tas, aku pun bersiap untuk merebahkan badan, namun tiba-tiba dari kejauhan tampak seorang ibu datang menghampiriku dan adik. Beliau datang dengan membawa sebuah kantung plastik putih.
“Nak, ini ada sedikit kue. Ibu tadi baru buat risol. Ini buatan ibu sendiri kok, insya Allah enak. Dimakan ya nak. Bagi ke teman-temannya juga ya.” Ungkapnya singkat tanpa sempat kami mengucapkan terima kasih, karena masih keheranan.
Aku pun terdiam dan tak mampu berkata apapun. Rasa haru pun hadir kedalam jiwa, tak terasa air mata menetes dari pelupuk mata. “Benar-benar ajaib!” gumanku. Rasa kagum membuatku terus tersenyum sembari berucap, “Alhamdulillah, terima kasih ya Allah.”
BACA JUGA: Sedekah Perasaan
***
Diantara banyaknya jama’ah yang i’tikaf, kenapa ia memilihku untuk didatangi? Padahal saat itu, posisi shaft yang kududuki lumayan jauh darinya, terpaut sekitar 3 shaft. dan aku pun tak mengenal beliau, begitu juga sebaliknya.
Allah SWT berfirman: “Dan apabila hamba-Ku bertanya kepada-Mu (wahai Muhammad) tentang Aku, maka sampaikanlah sesungguhnya Aku dekat. Aku menjawab permohonan doa yang dipanjatkan kepada-Ku. Maka hendaklah mereka memenuhi perintah-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu mendapat petunjuk.” (TQS. Al-Baqarah: 186)
Kejadian malam tersebut semakin menguatkanku, bahwa Allah akan senantiasa mendengar doa hamba. Mintalah kepada Allah, karena Allah senang jika kita meminta kepada-Nya. Berdoa adalah salah satu tanda bahwa kita lemah dan membutuhkan-Nya, bahwa segala sesuatu tak kan mungkin terjadi tanpa izin-Nya.
Jika ada doa yang belum diijabah-Nya, mungkin belum saatnya atau akan digantikan-Nya dengan yang lebih baik. Yakinlah! []