DIKISAHKAN di sebuah lereng gunung yang curam, ada sebuah sarang elang yang berisikan empat telur berukuran besar. Namun pada suatu hari, gempa bumi telah menguncang gunung itu menyebabkan salah satu dari telur itu jatuh ke kandang ayam yang berada di lembah di bawah lereng itu.
Ayam-ayam pun tahu bahwa mereka harus melindungi telur elang itu. Kemudian, telur elang pun menetas dan seekor elang yang cantik pun terlahir.
BACA JUGA: Abu Ubaidah, Pemalu yang Berani
Sebagai ayam, ayam-ayam itu pun membesarkan elang sebagai seekor ayam.
Sang elang pun sangat menyukai tempat tinggal dan keluarganya itu, namun sepertinya ia merasa ada semangat untuk berteriak lebih keras dari sekadar jiwa ayam.
Hingga pada suatu hari, elang itu pun menatap langit dan melihat sekelompok elang-elang hebat terbang tinggi melayang-layang.
“Oh…” teriak sang elang. “Andai saja aku bisa terbang tinggi seperti burung-burung itu.”
Ayam-ayam itu pun terkekeh, “Kau tidak bisa terbang tinggi seperti mereka. Kau adalah seeokor ayam dan ayam tidak bisa terbang.”
Elang ini pun terus menatap keluarganya yang sesungguhnya di angkasa sana, bermimpi mengkhayalkan ia bisa seperti mereka.
BACA JUGA: Mimpi Dikejar Singa
Setiap kali elang itu membicarakan tentang impian-impiannya, ia selalu diberitahu bahwa ia tidak akan bisa melakukannya.
Dan itulah apa yang elang itu pelajari untuk diyakini. Seiring waktu, elang itu pun berhenti bermimpi dan kembali menjalani hidupnya sebagai ayam.
Akhirnya, setelah hidup lama sebagai seekor ayam, elang itu pun mati.
**
Kamu bisa menjadi apa yang kamu yakini. Jika kamu pernah bermimpi menjadi elang, ikuti impian itu, jangan mengikuti apa kata ayam-ayam itu. []