Suatu hari pada zaman Nabi, seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apakah yang disebut dengan ghibah?”
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Ghibah adalah menceritakan keburukan orang lain di belakang dia.”
Sahabat itu bertanya lagi, “Bagaimana jika keburukan itu memang terdapat pada dirinya?”
“Itulah yang disebut dengan ghibah.”
BACA JUGA: Bagaimana Kebijakan Fiskal pada Masa Rasulullah?
“Lalu, bagaimana jika keburukan itu tidak terdapat pada dirinya?”
“Hal itu disebut dengan buhtan atau fitnah. Dosanya lebih besar daripada ghibah,” jawab Rasulullah.
Sebuah hadis meriwayatkan, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang mempergunjingkan seorang Muslim baik lelaki maupun perempuan, Allah tidak akan menerima shalat dan shaumnya selama empat puluh hari empat puluh malam sampai orang yang dipergunjingkan itu memaafkannya.”
Rasulullah pernah bercerita, “Pada hari kiamat nanti, ada orang yang diempaskan di Pengadilan Allah. Kemudian diberikan kepadanya seluruh kitab catatan amalnya di dunia. Namun, di dalamnya ia tak melihat satu kebaikan pun.
la berkata, ‘Tuhanku, ini bukan kitabku karena aku tak melihat di situ ketaatanku.’
Allah Swt menjawab, ‘Tuhanmu tidak pernah salah dan tidak pernah lupa. Seluruh amalmu hilang karena pergunjinganmu kepada orang banyak.’
BACA JUGA: Begini Tahapan Dakwah Rasulullah di Makkah
Sementara ada seseorang lagi yang diberikan kitab catatan kebaikannya di dunia. la terkejut karena melihat di dalamnya ketaatan yang amat banyak—shalat, shaum, dan haji yang tak pernah ia lakukan.
la berkata, ‘Tuhanku ini bukan kitabku karena aku tak mengamalkan seluruh ketaatan ini.’
Tuhan menjawab, ‘Karena si Fulan pernah mempergunjingkanmu, maka seluruh kebaikannya dipindahkan ke dalam catatan amalmu.’”
Pada sebuah hadis lain, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika engkau tinggalkan ghibah, engkau melakukan sesuatu yang lebih dicintai Allah azza wa jalla daripada sepuluh ribu rakaat shalat sunat yang engkau lakukan.”[]
Sumber: The Road to Allah, Tahap-Tahap Perjalanan Ruhani Menuju Tuhan/Penulis: Jalaluddin Rakhmat/Penerbit: Mizan