SUATU ketika, Hasan al-Bashri dari Bashrah berkunjung ke rumah seorang muridnya, Habib al-Ajami. Kepada Hasan, Habib menyuguhkan dua potong roti gandum dan sedikit garam.
Ketika Hasan sudah bersiap-slap menyantap hidangan itu, tiba-tiba seorang pengemis datang, dan tanpa permisi kepada gurunya yang sudah bersiap-siap menyantap hidangan itu, Habib menyerahkan dua potong roti gandum dan sedikit garam yang sudah disuguhkannya itu kepada si pengemis.
BACA JUGA: Ilmu Waris Abu Hasan Al-Biruni, Jelang Wafat
Hasan terheran-heran melihat sikap muridnya yang dianggapnya kurang tepat, bahkan cenderung tidak sopan itu. Maka katanya menasihati, “Habib, engkau memang seorang manusia yang budiman. Tetapi alangkah baiknya bila engkau sedikit pengetahuan.
Engkau ambil roti yang telah kau suguhkan ke ujung hidung tamumu dan kau berikan kepada seorang pengemis. Seharusnya kau berikan sebagian kepada si pengemis dan sebagian lagi kau berikan kepada tamumu.”
Habib tak memberikan jawaban. Tidak lama kemudian, seorang budak datang sambil menjunjung sebuah nampan. Di atas nampan tersebut ada daging domba panggang, makanan yang manis-manis dan uang lima ratus dirham.
BACA JUGA: Surat Al-Hasan Al-Bashri untuk Umar bin Abdul Aziz
Si budak menyerahkan nampan dan seluruh muatannya kepada Habib dan Habib menempatkan nampan tersebut di samping Hasan. Kemudian ia mempersilakan Hasan ai-Bashri‘ untuk menyantapnya.
Ketika Hasan mengenyam daging panggang itu dengan lahap. Habib al-A’jami berkata kepadanya, “Guru, engkau adalah seorang yang budiman, tetapi alangkah baiknya seandainya engkau memiliki sedikit keyakinan. Pengetahuan haruslah disertai keyakinan.” []
Sumber: Moralitas Islam Dalam Ekonomi dan Bisnis/ Penulis: Dr. Yan Orgianus / Penerbit: Akbarmedia,2012