NABI Nuh terkenal sebagai Rasul yang sabar dan tabah mengajak umatnya untuk menyembah Allah. Bagaimana tidak, nyaris seribu tahun ia berdakwah, pengikutnya hanya sedikit. Bahkan keluarganya pun tidak mengikuti ajakan Nabi Nuh untuk menyembah Allah SWT. Belum lagi bencana banjir besar yang diturunkan sebagai azab kepada umat Nabi Nuh begitu melegenda.
Beberapa pendapat menyebut bahwa saking besarnya banjir saat itu, seluruh dunia ikut terendam. Namun, dalam Al-Quran, jelas ditunjukkan bahwa tidak seluruh dunia, tetapi hanya umat Nabi Nuh yang dihancurkan. Allah SWT berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata), ‘Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan’,” (QS. Huud, 11: 25-26).
BACA JUGA: Nabi Nuh; Rasul Pertama
Mereka yang dimusnahkan adalah orang-orang yang sepenuhnya menolak pernyataan kerasulan Nuh dan berkeras menentang. Ayat-ayat yang senada cukup gambling, “Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya),” (QS. Al A’raaf, 7: 64).
Dalam sebuah riwayat dari Aisyah ra disebutkan bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Sekiranya Allah berkenan mengasihi seseorang dari kaum Nabi Nuh, tentu (Allah) akan mengasihi seorang bayi.”
Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Nabi Nuh tinggal bersama kaumnya selama 950 tahun untuk berdakwah kepada mereka. Pada akhir kehidupannya, beliau menanam sebuah pohon sehingga pohon itu tumbuh besar. Kemudian, Nabi Nuh menebangnya dan menjadikan kayu-kayunya sebagai papan perahu.
Ketika kaum Nuh lewat di hadapannya, mereka bertanya perihal kayu tersebut. Lantas Nabi Nuh menjawab, ‘Akan aku gunakan untuk membuat perahu. Mereka pun mengejek Nabi Nuh, sambil berkata, ‘Apa kamu akan merakit (membuat) perahu di daratan seperti ini?’ Nabi Nuh hanya menjawab, ‘Kelak kalian akan mengetahuinya!’
BACA JUGA: Nabi Nuh: Keselamatan Nabi yang Didustakan
Setelah Nabi Nuh selesai membuat perahu dan permukaan bumi memancarkan airnya serta air menggenang di jalan-jalan, ada ibu seorang bayi yang khawatir akan keselamatan anaknya karena ia sangat mencintainya. Kemudian ibu dari bayi itu keluar menuju gunung, ia berhasil mendaki sepertiga dari ketinggian gunung.
Begitu melihat air akan mencapai ketinggian tubuhnya, ia terus mendaki hingga mencapai puncak gunung. Setelah air mencapai mulut ibu tersebut, ia mengangkat anaknya (agar tidak terbenam air), namun banjir menghantamnya juga. Maka, sekiranya Allah mengasihi salah seorang kaum Nabi Nuh, tentulah Allah mengasihi ibu bayi tersebut.” []
SUMBER: KISAH MUSLIM