Mutiara Salaf, Imam Ibnu Rajab: Sedih Karena Dosa dan Beramal Shalih Untuk Menebusnya Tanda Keimanan
إذا كان الإنسان تسوؤه سيئته ويعمل لأجلها عملا صالحا، كان ذلك دليلا على إيمانه.
“Jika seseorang merasa sedih karena dosanya dan dia beramal saleh untuk menghapusnya, maka itu merupakan bukti atas keimanannya.” (Fathul Bary, jilid 3 hlm. 28)
Mutiara Salaf, Imam Ibnu Rajab: Apapun Mintalah Kepada Allah, InsyaAllah Tuntas
وكان بعض السلف يسأل الله في صلاته كل حوائجه حتى ملح عجينه وعلف شاته
“Dahulu para salaf meminta kepada Allah dalam shalatnya, semua kebutuhannya sampai-sampai garam untuk adonannya dan tali kekang untuk kambingnya” (Jami’ Al Ulum wal Hikam, 1/225).
BACA JUGA: Derajat Mahabbah Ibnu Athaillah
Mutiara Salaf, Imam Ibnu Rajab: Salahkan Dirimu Tatkala Musibah Selalu Menghampiri, Karena Itu Lebih Menenangkan Hati
Apabila seorang mukmin merasa jalan keluar permasalahannya datang begitu lambat, berputus asa setelah banyak berdoa dan merendahkan diri di hadapan-Nya, dan belum tampak tanda-tanda doanya dikabulkan, (Maka hendaknya) ia berbalik mencela dirinya sendiri.
Dia berkata kepada dirinya sendiri, “Sesungguhnya, berbagai musibah yang menimpaku ini dari dirimu. Seandainya ada kebaikan pada dirimu, niscaya doaku akan dikabulkan.”
Celaan ini lebih dicintai oleh Allah daripada banyak ketaatan. Sebab, celaan ini menunjukkan rendahnya sang hamba di hadapan Dzat Yang Menguasainya; mengaku di hadapan-Nya bahwa dia pantas mendapatkan berbagai musibah; dan mengakui bahwa dirinya bukanlah orang yang pantas dikabulkan doanya.
• فلذلك؛
– تُسرِعُ إليه حينئذٍ إجابةُ الدعاء
– وتفريجُ الكرب،
– فإنَّه تعالى عندَ المنكسرةِ قلوبهم من أجله .
Ketika itu, pengabulan doa dan jalan keluar akan datang dengan cepat. Sebab, Allah bersama orang-orang yang merendahkan hatinya karena-Nya. (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, hlm. 225)
Mutiara Salaf, Imam Ibnu Rajab: Jagalah Allah, Maka Allah Akan Menjagamu
كان بعض العلماء قد جاوز المائة سنة وهو ممتع بقوته وعقله، فوثب يوما وثبة شديدة، فعوتب في ذلك، فقال: هذه جوارح حفظناها عن المعاصي في الصغر، فحفظها الله علينا في الكبر. وعكس هذا أن بعض السلف رأى شيخا يسأل الناس فقال: إن هذا ضعيف ضيع الله في صغره، فضيعه الله في كبره
“Sebagian ulama ada yang sudah berusia di atas 100 tahun, namun ketika itu, mereka masih diberi kekuatan dan kecerdasan. Ada seorang ulama yang pernah melompat dengan lompatan yang sangat jauh*, lalu ia diperingati dengan lembut. Ulama tersebut mengatakan,
“Anggota badan ini selalu aku jaga dari berbuat maksiat ketika aku muda, maka Allah menjaga anggota badanku ketika waktu tuaku.”
Namun sebaliknya, ada yang melihat seorang sudah jompo dan biasa mengemis pada manusia. Maka ia berkata,
“Ini adalah orang lemah yang selalu melalaikan hak Allah di waktu mudanya, maka Allah pun melalaikan dirinya di waktu tuanya.” [Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal. 249]
Mutiara Salaf, Imam Ibnu Rajab: Amalan Sunnah Yang Paling Agung
من أعظم ما يُتقرَّب به العبد إلى الله تعالى مِنَ النَّوافل : كثرة تلاوة القرآن ، وسماعهُ بتفكُّر وتدبُّرٍ وتفهُّمٍ ، قال خباب بن الأرت لرجل : تقرَّب إلى الله ما استطعتَ ، واعلم أنَّك لن تتقرب إليه بشيءٍ هو أحبُّ إليه من كلامه .
_Amalan sunnah terbesar yang mendekatkan diri seorang hamba kepada Allah Ta’ala adalah dengan sering-sering membaca Al-Qur’an, mendengarkannya, memikirkannya, merenungkan dan memahaminya.
Khobab bin Al-Arat menasehati seorang laki-laki, ‘Mendekatlah kepada Allah semampumu. Ketahuilah dirimu tidak akan mampu mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu amalan yang lebih Dia cintai dari kalamNya (Al-Qur’an). (Jaami’ul Ulum wal Hikam, 3:1080)
BACA JUGA: Ibadahnya Imam Ahmad bin Hanbal
Mutiara Salaf, Imam Ibnu Rajab: Yang Penting Kualitas Bukan Kuantitas
وكان السلف يوصون بإتقان العمل وتحسينه دون الإكثار منه، فإن العمل القليل مع التحسين والإتقان أفضل من الكثير مع الغفلة وعدم الإتقان.
“Dahulu ulama salaf berwasiat untuk menyempurnakan amal dan memperbagusnya, dan mereka tidak berwasiat untuk memperbanyaknya, karena sesungguhnya amal yang sedikit namun bagus dan sempurna lebih afdhal dibandingkan dengan amal yang banyak namun diiringi dengan kelalaian dan tidak sempurna.”_ (Majmu’ur Rasail, jilid 1 hlm. 352)
Mutiara Salaf, Imam Ibnu Rajab: Tanda Ilmu Bermanfaat
“Di antara tanda ilmu bermanfaat ialah ilmu tersebut mengantarkan kepada pemiliknya untuk menghindar dari cinta kepada dunia dan hal yang paling besar dari dunia yang harus dihindari adalah kekuasaan, ketenaran dan mengharap pujian.” [Fadhlu Ilmis Salaf 108]
Mutiara Salaf, Imam Ibnu Rajab: Tekad Yang Benar Akan Mengokohkan Langkah
مَنْ صَدَقَ الْعَزِيْمَةَ يَئِسَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ, وَمَتَى كَانَ الْعَبْدُ مُتَرَدِّدًا طَمَعَ فِيْهِ الشَّيْطَانُ وَسَوَّفَهُ وَمَنَّاهُ
“Barang siapa memiliki tekad yang benar, setan pasti akan putus asa (mengganggunya). Kapan saja seorang hamba itu ragu-ragu, setan akan mengganggu dan menundanya untuk melaksanakan amalan, serta akan melemahkannya”.
Mutiara Salaf, Imam Ibnu Rajab: Perbedaan Sabar dan Ridho Terhadap Qodho Allah
Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Perbedaan antara ridho dan sabar ialah sesugguhnya sabar adalah menjauhkan, menjaga dan menahan diri dari merasa marah, murka (terhadap takdir –pen) namun masih ada perasaan pahit, sakit (di hati -pen) serta masih berharap sesuatu yang tidak mengenakkan di hati itu hilang.
“Sabar juga mencakup menahan anggota badan dari perbuatan yang menunjukkan adanya perasaan keluh kesah. Sedangkan ridho adalah lapangnya dada atas takdir, tidak berharap hilangnya kepedihan dari takdir Allah tersebut walaupun masih merasakan pahitnya. Namun keridhoannya mampu meringankan perasaan tersebut disebabkan dia telah mampu mengendalikan hatinya dengan ruh keyakinan dan dalamnya ilmunya (terhadap takdir -pen). Jika ridho semakin kuat maka rasa pahit di hati itu akan hilang hilang semuanya.” (Jami’ Al Ulum wal Hikam)
Jadi, ridho itu sabar plus hati yang lapang, sama saja baginya kepedihan yang Allah takdirkan padanya hilang atau tidak. Sementara sabar masih berharap bahwa ujian atau musibah akan berlalu darinya.
Allahu a’lam.
Mutiara Salaf, Imam Ibnu Rajab: Di Antara Sedekah yang Paling Utama
أفضل الصدقة تعليم جاهل أو إيقاظ غافل.
“Sedekah yang paling afdal adalah mengajari orang yang tidak mengetahui atau menyadarkan orang yang lalai.” (Majmu’ Rasail Ibnu Rajab, jilid 1 h. 186)
Mutiara Salaf, Imam Ibnu Rajab: BERSIAPLAH MENGHADAPI KEMATIAN
أَعْظَمُ الشَّدَائِدِ الَّتِي تَنْزِلُ بِالْعَبْدِ فِي الدُّنْيَا الْمَوْتُ، وَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ إِنْ لَمْ يَكُنْ مَصِيرُ الْعَبْدِ إِلَى خَيْرٍ، فَالْوَاجِبُ عَلَى الْمُؤْمِنِ الِاسْتِعْدَادُ لِلْمَوْتِ
“Penderitaan yang paling besar yang menimpa seorang hamba di dunia adalah kematian. Namun, kehidupan setelahnya akan lebih berat jika tempat kembali seorang hamba tidak lebih baik. Maka dari itu, seorang mukmin wajib mempersiapkan diri menghadapi kematian.” (Jami’ul Ulum wal Hikam, jilid 1 hlm. 467)
Mutiara Salaf, Imam Ibnu Rajab: Salah Satu Tanda Amalan Ramadhanmu Diterima
Dinukil dari perkataan Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah.
“Kembali lagi melakukan puasa setelah puasa Ramadhan, itu tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan. Karena Allah jika menerima amalan seorang hamba, Allah akan memberi taufik untuk melakukan amalan shalih setelah itu. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama, ‘Balasan dari kebaikan adalah kebaikan selanjutnya.’ Oleh karena itu, siapa yang melakukan kebaikan lantas diikuti dengan kebaikan selanjutnya, maka itu tanda amalan kebaikan yang pertama diterima. Sedangkan yang melakukan kebaikan lantas setelahnya malah ada kejelekan, maka itu tanda tertolaknya kebaikan tersebut dan tanda tidak diterimanya.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 388).
Mutiara Salaf, Imam Ibnu Rajab: Menyembunyikan Amalan
وقَد صَامَ بَعضُ السَّلفِ أربَعِين سَنةً لَا يَعلَمُ بِه أحدٌ، كَانَ يَخرُج مِن بَيتِهِ إلَى سُوقِهِ ومَعَهُ رَغِيفَان، فَيَتَصدَّقُ بِهِمَا ويَصُومُ؛ فَيَظُنُّ أهلُهُ أنَّهُ أكلَهُمَا، ويَظُنُّ أهلُ سُوقِهِ أنَّه أكلَ فِي بَيتِه.
“Sebagian Salaf ada yang berpuasa selama 40 tahun dalam keadaan tidak ada seorang pun yang mengetahuinya.
Dia keluar dari rumahnya menuju pasarnya dengan membawa dua potong roti, namun roti tersebut dia sedekahkan dan dia berpuasa.
Maka keluarganya menyangka bahwa dia telah makan roti, sedangkan orang-orang di pasar menyangka bahwa dia telah makan di rumahnya.” Lathaiful Ma’arif, hlm. 252)
Mutiara Salaf, Imam Ibnu Rajab: Sholat Rawatib Lebih Utama Daripada Sholat Malam
“السنن الرواتب أفضل من صلاة الليل عند جمهور العلماء”
“Shalat-shalat sunnah rawaatib lebih utama di banding shalat malam di sisi kebanyakan para ulama.” [Latha’if al-Ma’arif 130]
BACA JUGA: Imam Malik Menangis ketika Berbuka Puasa, Kenapa?
Mutiara Salaf, Imam Ibnu Rajab: Siapa Orang Terasing
الغرباء قسمان :
أحدهما : من يصلح نفسه عند فساد الناس_,
والثاني : من يصلح ما أفسد الناس.
وهو أعلى القسمين وهو أفضلهما.
Orang-orang yang terasingkan, Terbagi dua : Pertama, Yang berupaya memperbaiki dirinya ditengah kerusakan manusia.
Kedua, Yang memperbaiki kerusakan yang diperbuat manusia.
Pembagian kedua inilah yang paling tinggi dan utama kedudukannya.
(Kasyful Kurbah Fi Washfi Hal Ahlil Ghurbah Hal : 320.) []