Oleh: Sabila Izati Aqmarina
Mahasiswa Semester 1 SKI UIN Sunan Kalijaga
Email : sabilaizati103@gmail.com
KHALID bin Walid adalah salah satu panglima perang pada zaman Rasulullah ﷺ. Beliau merupakan salah seorang sahabat nabi yang dijuluki Sang Pedang Allah karena kepiawaiannya dalam berperang.
Ayahnya Khalid, yaitu Walid bin al- Mughirah berasal dari Bani Makhzum, salah satu klan terkuat dari suku Quraisy yang menjadikan keluarga Khalid memiliki kedudukan cukup tinggi di Mekkah pada masa itu. Khalid bin Walid masih memiliki hubungan persaudaraan dengan Rasulullah ﷺ melalui jalur bibinya yaitu Maimunah, yang merupakan istri Rasulullah ﷺ.
Sebelum masuk Islam, Khalid bin Walid adalah sosok parajurit perang kaum kafir Quraisy yang memiliki taktik perang yang cerdas. Hal tersebut terbukti dengan kontribusinya dalam mengalahkan kaum Muslim saat perang Uhud pada tahun 625 Masehi. Sebelum masuk Islam, Khalid bin Walid adalah salah satu orang yang berambisi menghancurkan Nabi Muhammad ﷺ.
BACA JUGA: Ketika Khalid Bin Walid Mendapatkan Cahaya Hidayah
Akan tetapi, saat Perang Khandaq pada tahun 626 Masehi kaum kafir Quraisy mengalami kekalahan. Hal tersebut terjadi karena kecerdasan kaum Muslimin dalam menyusun strategi perang. Para kaum muslimin menggali sebuah parit atas usul Salman Al Farisi, seorang pemuda dari Persia. Selain itu Allah juga memberikan bala bantuan berupa badai yang sangat mengerikan hingga memporakpondakan perkemahan milik kaum kafir Quraisy.
Kekalahan kaum kafir Quraisy dalam perang Khandaq ternyata membawa dampak tersendiri dalam diri Khalid bin Walid. Beliau seringkali merasa gelisah dan mulai meyakini Rasulullah berada dalam lindungan. Beliau juga bermimpi berada di suatu negeri yang tandus dan tertutup. Beliau lalu berjalan dan menjumpai sebuah padang rumput yang luas dengan lahan hijau.
Mimpi tersebut mengantarkan Khalid bin Walid menemui Rasulullah ﷺ dan menyatakan keislamannya, tepatnya setelah Perjanjian Hudaibiyah. Rasulullah menyambutnya dengan senang karena beliau yakin Allah akan memberikan hidayah kepadanya. Khalid bin Walid juga meminta Rasulullah agar memohonkan ampun kepada Allah Swt atas semua perlawanan dan perbuatan ingkar yang pernah ia lakukan di masa lampau.
BACA JUGA: Kisah Khalid bin Walid Diberhentikan dari Jabatannya
Setelah masuk Islam, Khalid bin Walid mendedikasikan dirinya untuk memerangi siapapun yang tidak mau atau mengingkari agama Islam. Beliau terlibat dalam beberapa peperangan antara lain, perang Mu’tah, pertempuran Hunain, pengepungan Thaif, pertempuran Tabuk, dan.
Sedangkan peperangan terbesar yang dipimpin Khalid yaitu Penaklukan Syria pada tahun 634 Masehi dan perang Yarmuk, perang melawan pasukan Romawi yang terjadi pada tahun 635 Masehi masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Keberhasilan Khalid bin Walid dalam memimpin perang membuatnya dijuluki Saifullah yang berarti Sang Pedang Allah.
Pada 18 Ramadhan tahun 21 Hijriyah, Khalid bin Walid wafat. Beliau selalu berdoa kepada Allah agar meninggal dalam keadaan berperang atau mati syahid, namun Alah memiliki takdir lain. Khalid bin Walid meninggal dengan tenang di pembarigannya. Beperapa orang mengatakan Sang Pedang Allah dimakamkan di Hims, tetapi ada juga yang mengatakan di Madinah. []
Sumber : Muhammad Sang Pengenggam Hujan karya Tasaro GK, detiknews
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter.