PERAIH Golden Globe Award 2019 untuk kategori aktor pendukung terbaik lewat film Green Book, Mahershala Ali, punya perjalanan hidup yang cukup berliku hingga dirinya bisa sampai pada cahaya Islam.
Terlahir dengan nama Mahershalalhashbaz Gilmore, Mahershala merasakan pahit getirnya kehidupan di usia muda. Dia mulai mempertanyakan tentang Tuhan ketika berusia 20-an.
Kehidupan masa kecil Mahershala bisa dibilang getir. Dia dan ibunya ditinggalkan oleh sosok pemimpin daam keluarga, yaitu ayahnya yang bernama Phillip. Lelaki itu meninggalkan keluarganya demi mengejar karier sebagai seorang aktor.
BACA JUGA: Jadi Mualaf, Mahershala Ali Bangga Masuk Islam
Phillip adalah seorang penari amatir yang pada akhir 1970-an diundang untuk tampil di acara televisi bernama Soul Train. Dia menang, pulang dengan membawa mobil sport dan kemudian pergi ke New York untuk bekerja di teater. Selama hampir 20 tahun sampai dia meninggal pada pertengahan 1990-an, Phillip tampil di sejumlah drama musikal Broadway.
Mahershala hanya sempat mengunjungi ayahnya beberapa kali, namun jarang bisa bertemu dengannya karena kesibukan sang ayah.
Hilangnya sosok ayah di masa kecilnya, membuat Mahershala lebih dekat dengan ibunya, Willicia. Sepanjang hidupnya, Mahershala dibesarkan di tengah keluarga Kristen yang taat. Ibunya adalah seorang Penatua yang meneruskan jabatan ayahnya (kakek Mahershala).
“Kami kehilangan banyak tahun. Berhubungan dengan Tuhan melalui Kristen membawa saya selama beberapa waktu. Dan, kemudian saya merasa saya harus memahami sesuatu dengan lebih dalam. Jadi, saya melewatin proses mendalami berbagai macam agama dan filosofi dan cara untuk berhubungan dengan Tuhan. Dan, itu berakhir dengan Islam bagi saya,” tutur Mahershala dalam sebuah wawancara dengan Guardian.
Pada 2000, Mahershala pun memantapkan hatinya menjadi mualaf. Salah satu langkah pertamanya setelah memeluk Islam adalah mengubah nama belakangnya dari Gilmore menjadi Ali.
Kendati ini menimbulkan kekecewaan bagi keluarganya dan mengundang tanda tanya di kalangan rekan-rekannya, Mahershalamengaku tak sulit menjelaskan keputusannya untuk masuk Islam kepada semua orang.
Kesulitan itu jutru dirasakannya usai peristiwa 11 September (9/11) 2001. Kehidupan kaum muslim di Amerika Serikat (AS) menjadi sulit kala itu. Cibiran, ejekan dan kecurigaan pun ditujukan kepada mereka. Mahershala pun merasakannya.
“Rasanya bukan sesuatu yang sulit dilakukan (menjelaskan kemualafannya). Dan, kemudian 9/11 terjadi,” kata dia.
Pascaperistiwa itu, Maherhsala sempat mengalami kesulitan ketika harus bepergian dengan pesawat. Selama beberapa tahun, dia harus masuk ke ruang pemeriksaan keamanan ketika di bandara. Dia kemudian tahu bahwa namanya masuk daftar pengawasan untuk perjalanan udara. Tak hanya itu, istrinya pun terpaksa melepas hijabnya saat berada di jalanan kota. Sementara, rekening bank mereka tiba-tiba dibekukan.
Pada Januari 2017, Mahershala dinominasikan untuk aktor pendukung terbaik lewat film Moonlight. Dia harus menghadiri upacara penghargaan Screen Actor Guild (SAG). Namun, Presiden AS Donald Trump baru saja mengumumkan kebijakan yang kemudian disebut larangan bepergian bagi muslim saat upacara penghargaan itu akan digelar. Di saat yang sama, Mahershala terjebak dalam kondisi sult. Dia akan punya anak dan terkena imbas dari aturan Trump terhadap muslim.
Seperjalanan menuju SAG, Mahershala terus memikirkan larangan Trump itu. Dia merasa perlu menegaskan di mana dia berdiri di tengah SAG.
“Dan, kalau saya adalah orang yang mereka rasa cukup terhormat mendapatkan penghargaan itu, maka saya tidak ada bedanya dengan orang yang dilarang masuk ke negara ini,” kata dia.
Di ajang bergengsi itu, Mahershala memenangkan penghargaan. Dia pun memanfaatkan kesempatan itu untuk menceritakan tentang dirinya saat pidato penerimaan penghargaan. Pidatonya itu ditonton ratusan ribu orang secara daring.
“Ibu saya seorang penatua. Saya seorang muslim, dia jungkir balik saat saya bilang saya jadi mualaf 17 tahun lalu. Tapi, saya beritahu kalian sekarang, singkirkan ini dan saya bisa melihat ibu saya, ibu bisa melihat saya dan kami saling menyayangi,” ujar Mahershala.
Stigma negatif terhadap kulit hitam dan muslim di AS di tengah lingkungan kerjanya sebagai aktor membuat Mahershala mengambil keputusan untuk menjaga keyakinannya dengan memisahkannya dari pekerjannya.
Tahun ini, Mahershala memenangkan piala Golden Globe untuk kategori aktor pendukung terbaik lewat film Green Book.
Green Book merupakan film yang disutradarai oleh Nick Vallelonga. Film ini sukses menyabet penghargaan bergengsi di golden Globe.
Sebelumnya, Vellelonga yang juga penulis skenario film tersebut sempat berpandangan rasis terhadap muslim. Dia pernah mendukung komentar rasis presiden Trump di Twitter.
BACA JUGA: Sudutkan Muslim, Produser Film AS Hapus Medsos
“Ada orang-orang yang bersorak di sisi lain New Jersey, di mana Anda memiliki populasi Arab yang besar,” kata Trump kepada Stephanopoulos. “Mereka bersorak saat World Trade Center turun. Saya tahu itu mungkin tidak benar secara politis bagi Anda untuk membicarakannya, tetapi ada orang-orang yang bersorak saat gedung itu runtuh – saat gedung-gedung itu runtuh. Dan itu memberitahumu sesuatu,” cuit Trump soal peristiwa 11/9 beberapa tahun lalu.
Vellelonga menulis, “100% benar. Umat Muslim di Jersey City bersorak ketika menara runtuh. Saya melihatnya, seperti yang Anda lakukan, mungkin di berita CBS lokal. ”
Mengingat, salah satu aktor yang menghantarkan film-nya meraih golden globe (Mahershela Ali) merupakan seorang muslim, Vellelonga pun menghapus cuitan tersebut. Dia bahkan meminta maaf kepada Mahershala Ali terkait komentarnya di masa lalu itu.
“Saya ingin meminta maaf,” kata Vallelonga dalam sebuah pernyataan.
“Saya menghabiskan hidup saya mencoba untuk membawa kisah mengatasi perbedaan dan menemukan landasan bersama di layar dan saya sangat menyesal kepada semua orang yang terkait dengan ‘Buku Hijau.’ Saya terutama sangat meminta maaf kepada Mahershala Ali yang sangat brilian dan baik hati dan semua anggota keyakinan Muslim atas luka yang saya sebabkan,” kata dia. []
SUMBER: GUARDIAN | INDIEWIRE