TAK diragukan lagi bahwa Rasulullah ﷺ adalah sosok manusia paling sempurna, baik dalam urusan muamalah maupun dalam urusan akhlak. Salah satu orang yang merasakan agungnya akhlak Rasulullah ﷺ adalah pria bernama Sammamah. Dia merupakan seorang pembesar kharismatik dari Kabilah Hunaifiyyah yang ditangkap umat Islam karena telah banyak membunuh sahabat Rasulullah ﷺ.
Sebelum dijebloskan ke ruangan tahanan, Sammamah terlebih dahulu dihadapkan kepada baginda Rasulullah ﷺ untuk menentukan keputusan apa yang akan diambil terhadap Sammamah. Setelah melihat keadaan Sammamah Rasulullah ﷺ tidak banyak berkomentar. Beliau hanya meminta agar Sammamah diperlakukan dengan baik.
“Perlakukan dia dengan baik”! kata Rasulullah ﷺ.
Sammamah pun langsung dibawa ke lokasi penahanan oleh para sahabat Nabi ﷺ. Ketika ditahan, Sammamah sangat rakus saat diberikan makanan. Bahkan Sammamah bisa melahap semua jatah makanan 10 orang sekaligus tanpa merasa bersalah. Hal ini pun disampaikan kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.
BACA JUGA: Kisah Abu Ubaidah; Sahabat Nabi yang Terpercaya untuk Umat
Bukannya marah, Rasulullah ﷺ justru tidak banyak memberikan komentar. Seraya pergi ke bilik istrinya, Rasulullah ﷺ berkata, “Hari ini aku kedatangan tamu yang doyan makan. Hidangkan padanya semua makanan yang telah kalian siapkan!”
Setelah menerima hidangan yang disediakan istri Rasulullah ﷺ itu, Sammamah menyikat habis semua makanan yang dihidangkan padanya. Sementara Rasulullah ﷺ dan keluarga yang juga kelaparan mengalah tidak ikut makan.
Hal ini terjadi sampai beberapa pekan. Tapi sikap Rasulullah tidak berubah. Beliau tetap memperlakukan Sammamah dengan baik meski Sammamah kerjanya hanya makan, minum, dan tidur.
Selain memberikan makan, Rasulullah ﷺ juga selalu memperhatikan perkembangan kondisi Sammamah. Setiap kali bertemu Rasulullah ﷺ, Sammamah selalu mengatakan, “Muhammad! Aku telah membunuh orang-orangmu. Jika kamu ingin membalas dendam, bunuh saja aku,” katanya dengan nada tinggi.
Dan sekali lagi, meski mendengar perkataan buruk seperti itu, Rasulullah ﷺ tidak banyak bicara dan hanya menatap lawan bicaranya sambil sedikit tersenyum.
Melihat sikap Nabi Muhammad ﷺ seperti itu, Sammamah semakin menjadi-jadi dengan kesombongannya. Dia kembali berkata, “Namun, jika kamu menginginkan tebusan, aku siap membayar sebanyak yang kamu inginkan,” katanya.
Setiap kali Sammamah melontarkan ucapan buruk, Rasulullah ﷺ hanya mendengarkannya saja dan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Beberapa hari kemudian, Rasulullah ﷺ justru malah membebaskan Sammamah sehingga ia bebas pergi ke mana saja.
Setelah melangkah beberapa jauh, Sammamah berhenti di bawah sebuah pohon. Di sana ia kemudian berpikir dan merenung. Dia masih tak percaya dengan sikap Nabi Muhammad ﷺ yang begitu ramah dan baik kepadanya meski dia telah membunuh sahabat-sahabatnya.
BACA JUGA: Kisah Spiritual Sahabat Salman al-Farisi
Saat dia duduk di atas pasir, dia masih tetap tidak percaya, bagaimana mungkin orang yang menawannya tidak memperlakukan dirinya dengan kasar, padahal ia telah membunuh banyak sahabat.
Setelah beberapa lama memikirkan sikap Rasulullah ﷺ yang baik, ia beranjak bangkit kembali menuju kediaman Rasulullah ﷺ dan menyatakan masuk Islam. Akhirnya dia mendapatkan hidayah dari Allah SWT.
Setelah masuk Islam, Sammamah menghabiskan beberapa hari bersama Rasulullah ﷺ kemudian pergi ke Makkah untuk mengunjungi Kabah. Sesampainya di sana, Sammamah menyatakan dengan suara lantang: “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.”
Saat itu Makkah masih berada di bawah kekuasaan Quraisy. Orang-orang menghampirinya dan mengepungnya. Pedang sudah terayun-ayun mengintai kepala dan lehernya.
Salah seorang dari kerumunan itu berkata, “Jangan bunuh dia! Jangan bunuh dia! Dia adalah penduduk Imamah. Tanpa suplai makanan dari Imamah kita tidak akan hidup.”
Sammamah menimpali, “Tetapi itu saja tidak cukup! Kalian telah sering menyiksa Muhammad ﷺ. Pergilah kalian menemuinya dan minta maaflah pada beliau dan berdamailah dengannya! Kalau tidak, Aku tidak akan mengizinkan satu biji gandum dari Imamah masuk ke Makkah,” katanya.
BACA JUGA: Ini 5 Sahabat Nabi yang Kaya Raya dan Dijamin Masuk Surga
Sammamah kembali ke kampung halamannya dan ia benar-benar menghentikan suplai gandum ke Makkah. Bahaya kelaparan mengancam penduduk Makkah.
Para penduduk Makkah mengajukan permohonan kepada Rasulullah, “Wahai Muhammad! Engkau memerintahkan agar berbuat baik kepada sanak dan tetangga”.
“Kami adalah sanak saudaramu, akankah engkau membiarkan kami mati kelaparan dengan cara seperti ini?”
Seketika itu pula, Rasulullah ﷺ menulis surat kepada Sammamah, memintanya untuk mencabut larangan suplai gandum ke Makkah. Sammamah dengan rela hati mematuhi perintah tersebut. []