SOLO–Dwi (bukan nama sebenarnya) merupakan ibu rumah tangga biasa yang kaget bukan main lantaran dinyatakan mengidap HIV. Penyakit itu ternyata tertular padanya dari mendiang suaminya yang sudah menikahinya 12 tahun.
Selama menjalani pernikahan pertamanya, ibu rumah tangga yang tinggal di pinggiran Kota Bengawan ini mengaku tahu bahwa bapak anak sulungnya punya perempuan idaman lain.
Pria yang bekerja sebagai pengelola parkir itu kerap melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Namun perempuan berjilbab ini tak menyangka jika suaminya positif HIV.
BACA JUGA: Hati-hati, Ini 3 Cara Penularan HIV
“Dulu saya enggak ngerti suami positif. Mungkin kalau sekarang sudah stadium empat karena sampai penyumbatan otak. Perawatnya juga bingung kok umur belum 35 tahun sudah sakit kayak stroke parah begitu,” beber dia.
Selang tiga tahun setelah suaminya meninggal, Dwi menikah lagi. Saat itu dia mulai merasakan perubahan fisiknya tak lagi prima, salah satunya gampang sakit. Ia juga mengalami infeksi oportunistik penyerta HIV salah satunya tuberculosis.
Setelah bolak-balik berobat dan keluar masuk rumah sakit, ia akhirnya ditawari mengikuti tes VCT. Hasil tes menunjukkan dia positif HIV dengan level CD4 di bawah 200.
“Hasilnya mencengangkan. Sempat ingin mati saja. Kayaknya enggak neko-neko, cuma ibu rumah tangga, tahunya cuma nyuci. Rasanya kayak kena azab,” katanya.
Dwi berujar masa awal setelah terdiagnosis mengidap penyakit yang harus dikendalikan seumur hidup ini sempat beberapa waktu hanya tergolek di tempat tidur. Sang suami dan anak sulungnya yang terbebas dari HIV terus menyemangati dan merawatnya. Saat keduanya absen, ia dirawat tetangganya.
Setelah terapi medis selama setahun dan kondisinya sudah mulai stabil, pasangan diskordan (satu terinfeksi HIV, yang lain tidak) ini tergerak menambah momongan. Kendati usianya tidak lagi muda, namun Dwi merasakan ada semangat baru menjalani hidup setelah hamil.
“Pas belum hamil kayaknya klenger terus. Jalan beberapa langkah saja capai. Pas hamil dan sesudahnya itu kayak semua penyakit hilang. Jadi kuat pecicilan juga. Sampai sekarang. Rasanya kayak sembuh walau harus terapi terus,” terangnya.
Selain bersemangat merajut masa depan dengan keluarganya, hidup Dwi lebih hidup setelah menjadi pendukung sebaya. Ia kini aktif mendampingi sesama pengidap HIV/AIDS agar tak putus berobat dan saling menguatkan.
BACA JUGA: 900 Anak di Pakistan Kena HIV Usai Dokter Pakai Jarum Suntik dari Tong Sampah
Kalangan ibu rumah tangga menduduki peringkat atas dari profil pengidap HIV/AIDS di Indonesia, merujuk data dari Direktorat Jenderal Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kementerian Kesehatan.
Dari data tersebut, profil pengidap berturut-turut didominansi dari kalangan karyawan, ibu rumah tangga, wirausaha, petani/peternak/nelayan, dan buruh kasar.
“Kasus ibu rumah tangga pengidap HIV/AIDS di Solo masih ditemui. Mereka biasanya mendapatkan oleh-oleh dari suaminya. Baik yang pasangan tidak setia maupun penasun,” terang Tommy Prawoto, Pengelola Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Solo. []
SUMBER: SOLOPOS