KISAH mualaf ini datang dari artis bernama Risdo Matondang. Risdo mantap memeluk agama Islam setelah dirinya membaca buku dialog perdebatan antara seorang kiai dan pemeluk agama Katolik. Dari pengakuan Risdo, baru di usia ke-28 Allah SWT memperkenankan dirinya untuk mengucapkan syahadat.
“Saya itu dulu Protestan. Sampai umur 27 itu masih kafir. Di usia 28 menyatakan keislaman di sebuah masjid Jakarta Pusat,” ujar Risdo Matondang, seperti dikutip dari kanal YouTube Islam Trending TV.
Risdo pun menceritakan sekilas tentang isi buku yang telah merubah dirinya tersebut. Mulanya sang penganut Katolik ingin berdebat dengan seorang kiai bahwa Yesus adalah Tuhan. Sang kiai pun mempertanyakan atas dasar apa pemeluk Katolik itu ingin berdebat.
“Kiainya ngomong gini, ‘Kamu modalnya apa?’, ‘Saya Alkitab, Pak Kiai. Pak Kiai apa modalnya?’, ‘Alkitab sudah saya hafal di luar kepala’,” kata Risdo yang menceritakan kisah tersebut. Kemudian mulailah mereka berdebat saling beradu pendapat.
BACA JUGA:Â Kisah Mualaf Maik Jahnke, dari Hip Hop ke Islam
Kisah Mualaf Artis Risdo Matondang
Hingga akhirnya setelah 30 hari berdebat, sang penganut Katolik kembali dan meminta diislamkan oleh kiai tersebut. Bahkan, dia sampai sujud tersungkur.
“Ini orang Katolik lho yang paling taat keimanannya dibandingkan Protestan, sampai bisa tersungkur seperti itu yang membuka pikiran saya: ‘Ini seorang Katolik saja yang taat bisa sampai seperti itu ya’,” ungkap Risdo Matondang.
Ia mengatakan bahwa buku tersebut juga membeberkan banyak hal tentang fakta-fakta Islam. Salah satunya, asal-usul tentang keyakinan bahwa Allah itu ada tiga. Dia mengakui bahwa hal tersebut salah dan menegaskan bahwa Allah Maha Esa dan hanya ada satu.
“Memang dibeberkan semuanya bahwa ayat ini palsu ini, ini bukan ucapan Yesus. Yang ucapan Yesus itu Allah itu Maha Esa. Bukan Allah itu tiga, ternyata yang bilang Allah itu tiga, itu Paulus, rasulnya orang Kristen yang tadinya pembenci Nabi Isa akhirnya dia mengaku-ngaku sebagai orang yang pernah didatangi Nabi Isa dan diangkat sama Nabi Isa menjadi rasul,” katanya.
Mengetahui kisah tersebut, Risdo Matondang merasa pikirannya menjadi lebih terbuka. Dia pun akhirnya yakin bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala adalah satu-satunya Tuhan di dunia.
“Nah, saya baca buku itu jadi seperti dibuka gitu pikiran: ‘Oh, berarti selama ini yang saya yakini cuma manusia toh bukan Tuhan.’ Yesus itu hanya manusia, bukan Tuhan. Itulah cerita ringkasnya kenapa saya menjadi seorang Muslim sekarang,” terangnya.
Sebelumnya saat berusia 17 tahun, tepatnya ketika memiliki kartu tanda penduduk (KTP), Risdo sempat mengalami pengalaman unik. Pasalnya, kolom agama KTP-nya tertulis sebagai pemeluk agama Islam. Padahal, dirinya dan keluarga adalah penganut Kristen Protestan.
Terkejut melihat hasil KTP tersebut, dia pun protes ke wakil RT setempat dan memintanya untuk diperbaiki. Namun, tetap saja kolom agama itu bertuliskan Islam. Akhirnya Risdo dan sang ibu pun menyerah dan menganggap sepele soal KTP itu.
“Protes ke wakil RT-nya, balik lagi tuh minta diperbaiki. Begitu diantar lagi, Islam lagi, yang kedua kali Islam lagi. Akhirnya ibu bilang: ‘Ya sudahlah, KTP ini.’ Mungkin itu jadi semacam pertanda kali ya,” tuturnya.
Risdo sendiri besar dari lingkungan orang Batak, yakni suku asal Medan yang kerap memelihara babi dan tak pernah sekalipun mendengar azan di daerahnya. Suatu ketika, dia mendengar suara azan dari televisi TVRI Medan. Dia terkejut dan mengaku bahwa suara itu berhasil membuatnya merinding.
Begitu pindah ke Jakarta, Risdo makin sering mendengar suara azan. Suara merdu azan itulah menjadi titik awalnya tertarik dengan agama Islam. Bahkan, semasa kecilnya Risdo sempat menirukan suara tersebut di depan kipas angin. Meski demikian, anggota keluarga yang melihatnya hanya tertawa karena menganggap dirinya masih kecil.
Tidak hanya sampai di sana, dia juga mengaku selalu merasa malu setiap berangkat ke gereja. Entah apa alasannya, padahal dia sudah berpakaian rapi dan bersih. Risdo hanya merasa malu saat melihat teman Muslim sepantarannya.
“Sewaktu masih kafir, saya merasa malu kalau berangkat ke gereja. Padahal sudah pakaian paling rapi dengan membawa Alkitab dan kidung jemaat berisi lagu-lagu. Malunya karena ketemu dengan teman-teman yang Muslim. Entah perasaan apa yang membuat malu. Malu saja,” ujarnya.
Saat hendak menjadi mualaf di Masjid Sunda Kelapa, Risdo sempat ditanya oleh sang ustadz terkait sholat. Tanpa ada rasa ragu, Risdo pun menjawab dengan tegas bisa melakukan sholat hingga 4 rakaat.
Rupanya dia sudah belajar sholat terlebih dahulu sebelum menyatakan diri sebagai seorang Muslim. Buku panduan sholat pun kerap ia pegang pada masa-masa belajar sholat. Risdo mengaku memiliki kenikmatan tersendiri menjadi seorang Muslim.
“Begitu menjalani Islam, saya merasa baru punya agama. Ternyata lebih nikmat menjalani Islam, lebih tenang aja,” jelasnya.
Kisah Mualaf Artis Risdo Matondang
Setelah 2 hingga 3 bulan masuk Islam, Risdo langsung mendatangi sang ibu dan menyatakan bahwa dirinya seorang Muslim. Ibu Risdo pun terkejut terkait kisah mualaf Risdo, bahkan sempat menduga dirinya masuk Islam karena seorang perempuan.
“Saya tidak pernah pacaran dan tertarik dengan perempuan Kristen. Enggak tahu, padahal di gereja banyak yang cantik-cantik. Sekalinya saya tertarik dengan perempuan, Muslim, dan menjadi pacar pertama saya sekarang menjadi istri saya,” ungkapnya.
Risdo pun mengatakan bahwa keislamannya (kisah mualaf yang dialaminya) itu tulus dari niat dalam benaknya sendiri. Bahkan, sekalipun putus dengan perempuan tersebut, dia tetap akan menjadi seorang Muslim.
Sebelumnya sang ibu selalu memberikan doktrin kepada Risdo agar memasukkan sang kekasih ke agama Kristen, yakni menjadi murtad. Hingga akhirnya, dia pun selalu mengajak sang kekasih untuk merayakan natal bersama. Namun, Risdo justru merasa bersalah.
Sang ibu menangis tersedu-sedu ketika mengetahui dirinya masuk Islam. Bahkan, tangisan kisah mualaf Risdo melebihi tangisan sang ibu saat ditinggal suaminya. Melihat tangisan itu, Risdo tak sedikit pun merasa kasihan. Dia bahkan tak berniat memohon maaf atas keputusannya itu.
“Kamu tahu, Yesus itu Tuhan, Do. Yesus itu yang menyelamatkan kamu,” ucap Risdo yang menirukan perkataan sang ibu.
BACA JUGA:Â Disebut Mualaf Tercantik, Inilah Kisah Lauren Nur
Kisah Mualaf Artis Risdo Matondang
Hingga akhirnya ibunya memutuskan untuk menganggap Risdo anak keduanya sudah meninggal dunia. Dia tidak menganggap Risdo lagi sebagai anaknya. Risdo pun diusir dari rumah.
“Akhirnya ibu menyerah dan bilang: ‘Lima anak saya. Nomor dua sudah saya anggap mati. Kamu sudah saya anggap mati. Keluar kamu dari rumah.’ Saya yang Alhamdulillah cuma disuruh keluar dan dianggap mati. Karena banyak saudara-saudara kita yang di luar sana ada yang sampai disiksa, dikurung, dipukul untuk kembali ke agama yang lama. Tapi saya hanya mendapatkan ucapan: ‘Kamu sudah mati, keluar’,” kata Risdo.
Seiring berjalannya waktu, sang ibu pun menerima keputusan Risdo. Bahkan, kini sang ibu merasa sangat nyaman tinggal dengan dirinya dibandingkan dengan saudaranya yang lain. Tidak hanya itu, sang ibu pun kerap mengingatkan dirinya untuk sholat ketika mendengar azan.
“Sekarang ini ibu saya itu paling betah tinggal sama saya. Ibu saya itu paling nyaman dan paling bisa berlama-lama tinggal sama saya dibandingkan saudara-saudara saya yang lain,” paparnya.
Risdo sendiri tak pernah mengajak sang ibu untuk masuk Islam. Menurutnya, hijrah harus diniatkan dari dalam hati sendiri, bukan ajakan orang lain. Dia percaya bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala akan mendatangkan hidayah tersebut kepada hamba-hamba-Nya, termasuk sang ibu. []
SUMBER: OKEZONE