KISAH mualaf kali ini datang dari seorang profesor matematika bernama Jeffrey Lang, berasal dari University of Kansas, Amerika Serikat. Jeffrey Lang sebelumnya merupakan seorang Atheis. Namun akhirnya dia mendapat hidayah dan masuk Islam sekira tahun 1980-an.
Kisah mualaf Prof Jeffrey Lang berawal ketika seorang teman meletakkan kitab suci Alquran terjemahan bahasa Inggris di mejanya. Meskipun sempat tidak tertarik, akhirnya Prof Jeffrey Lang tergerak untuk membuka Alquran tersebut hanya karena rasa penasaran dengan isinya.
Dimulai dari membaca Surah Al Fatihah, Jeffrey mulanya merasa bahwa ayat-ayat dalam surat ini hanyalah sebagai “puji-pujian” layaknya kitab Mazmur dan Alkitab. Sampai di pengunjung ayat, ia menemukan kalimat doa meminta petunjuk.
Dirinya merasa sedang terkecoh ketika membacanya dan berasumsi bahwa Alquran adalah buatan manusia.
BACA JUGA: Kisah Mualaf: Brandi Marino Menghadapi Abu Jahal Modern
Kisah Mualaf Profesor Matematika
“Saya baca surah pertama karena rasa penasaran akademis, bagi saya seperti Mazmur dalam Alkitab. Di awali seperti ini ‘Dengan nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam, penguasa hari pembalasan, hanya kepada Engkaulah… dan seterusnya’.
Saya pikir oh ini himne puji-pujian seperti Mazmur. Di bagian akhir saya sadar, kalimat akhirnya loncat jadi doa minta petunjuk,” ungkap Prof Jeffrey Lang, dinukil Okezone dari akun Facebook Ayatuna Ambassador.
“Tunjukkan kami jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. Penulis yang cerdas. Dia mengecoh saya untuk berdoa minta petunjuk, orang yang cerdas. Jadi, tentu saja saya berasumsi Alquran adalah buatan manusia,” lanjutnya.
Prof Jeffrey Lang kemudian beralih ke surah kedua yakni Al Baqarah. Ayat kedua surah ini berbunyi, “Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya: Petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”
Prof Jeffrey pun merasa seperti sedang berdialog dengan “Pembuat” Alquran hingga ia merasa kagum dengan kitab suci umat Islam ini.
Sampailah Prof Jeffrey di ayat 30 Surah Al Baqarah. Ayat inilah yang mengubah pendirian Jeffrey. Ayat 30 Al Baqarah ini menceritakan tentang Allah Subhanahu wa ta’ala yang hendak memberikan manusia tugas mulia. Mulanya ia merasa ada kesalahan dalam ayat ini.
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’.” (QS Al Baqarah: 30)
Profesor Jeffrey Lang melanjutkan, “Lalu saya sampai ayat 30 , ‘Dan Tuhanmu berfirman pada para malaikat.’ Ini adalah pengumuman surgawi, momen besar, pemilihan akbar. ‘Dan Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, Aku hendak menjadikan khilafah di bumi, penguasa, utusan, perwakilan-Ku.’ Ini adalah pemilihan agung. Tuhan akan menciptakan manusia dan menugaskannya peran yang mulia.”
“Saya langsung katakan ‘tidak, jelas penulisnya keliru.’ Manusia diturunkan ke bumi bukan untuk menjalankan tugas mulia. Mereka diturunkan ke bumi sebagai hukuman. Karena dalam tradisi agama yang saya tinggalkan dulu, saya tidak lupakan begitulah kisah ini disampaikan. Maka penulis Alquran pastilah keliru ketika dia mengulang kisah ini,” papar Prof Jeffrey Lang.
Prof Jeffrey terus mencari tahu mengenai alasan diutusnya manusia ke muka bumi. Ia sangat tertarik akan hal itu. Terlebih ada sebuah pertanyaan dari malaikat kepada Allah yang sama dengan pertanyaan yang membuat Jeffrey menjadi seorang atheis.
“Lalu para malaikat berkata, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana? Sementara kamu bertasbih memuji Mu dan mensucikan nama Mu?’ membaca ayat itu, saya tidak bisa berpaling. Waktu itu saya merasakan amarah saya naik. Lihat apa yang dikatakan ‘Aku hendak memberikan peran mulia pada manusia’,” paparnya.
Kisah Mualaf Profesor Matematika
“Malaikat berkata: ‘Apakah Engkau hendak menciptakan mahluk yang berbuat kerusakan dan menumpahkan banyak darah? Ini adalah mahluk paling jahat, kejam lagi perusak, dan mengutusnya ke bumi, di dunia ini? Ketika Engkau bisa ciptakan kami.’
Saya meraskan bahwa itu adalah pertanyaan saya, itu hidup saya, itu masa kecil saya. Semuanya dirangkum dalam 15 kata. Saya kaget,” lanjutnya. Jeffrey Lang terus membaca kitab suci Alquran hingga ia mendapatkan jawaban. Pendirian sebagai seorang atheis pun mulai luntur saat itu juga.
“Selesai membaca Alquran, segala argumentasi saya yang menentang keberadaan Tuhan, semua gagasan yang saya bangun untuk menolak keberadaan-Nya, satu per satu jatuh berguguran. Selesai membaca Alquran. Saya tidak punya argumentasi untuk menentang keberadaan Tuhan,” kata Prof Jeffrey tentang kisah mualaf yang pernah dialaminya.
Dalam kisah mualaf yang terjadi di hidupnya, Profesor Jeffrey Lang bahkan mengaku menangis selama 20 menit layaknya seorang bayi ketika selesai membaca Surah Ad-Duha “Surah Ad-Duha. Waddhuha (Demi waktu duha). Wa laiili izasaja (Demi malam apabila telah sunyi). Ma wadda aka robbuka (Tuhanmu tidak meninggalkan engkau).
Kau tahu? Di akhir surah, saya menangis layaknya bayi selama 20 menit. Saya bahkan tidak percaya Tuhan dan (bacaan itu) buat saya menangis. Saya coba mengabaikan pengalaman ini, tetap saja muncul.”
Bagi Prof Jeffrey, membaca Alquran berdampak besar atas cara pandangnya. Ia pun terus memplejari bagaimana hubungan seorang Muslim dengan penciptanya, Allah Subhanahu wa ta’ala.
Kisah mualaf Prof Jeffrey dilanjutkan ketika ia mendatangi mushola di tempat ia mengajar dan di sana dirinya terlibat dialog dengan mahasiswa Muslim. Ia bertanya mengenai rasanya menjadi seorang Muslim. Beginilah jawaban mahasiswa tersebut.
“Allah sungguh Maha Pengasih. Kasih Allah melebihi kasih ibu pada bayinya. Kita tidak bisa apa-apa tanpa kehendak Allah. Ketika kita mengirup dan mengela napas, itu atas kehendak-Nya. Ketika hendak melangkah, tidak bisa terjadi tanpa kehendak Allah.”
Kisah Mualaf Profesor Matematika
BACA JUGA: Kisah Mualaf Bella, Ibu yang Masuk Islam setelah Anaknya Menjadi Mualaf
“Telapak kaki tidak akan pernah menyentuh bumi lagi, kecuali atas izin-Nya. Ketika kami sholat, bersujud ke tanah, kami merasa tenang, tenteram, dan khusyuk, kesejukan yang mustahil digambarkan. Anda hanya perlu mengalaminya agar mengerti,” ujar Jeffrey mengulangi perkataan mahasiswa Muslim yang ditemuinya.
Hari itu Jeffrey memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Jefrrey resmi menjadi seorang Muslim. Ia mengaku selama ini merasa seperti seseorang yang kehausan, dan kalimat syahadat meluruhkan rasa haus tersebut.
“Rasanya saya seperti orang yang kehausan selama bertahun-tahun. Setiap kata syahadat seperti ada orang yang meneteskan air ke tenggorokan yang kering, saya pun menjadi seorang muslim,” katanya.
Jeffrey Lang menuliskan kisah mualaf atau kisah perjalanan spiritualnya dalam beberapa buku, antara lain ‘Struggle to Surrender’ serta ‘Even Angels Ask’. Wallahu a’lam bishawab. []