HIDAYAH bisa datang kepada siapa saja dan di mana saja. Meski seseorang terlihat sangat jauh dari hidayah, namun ketika Allah SWT telah memutuskan, hidayah bisa datang kepadanya meski dia berada di tempat yang lingkunganya jauh dari agama Islam. Seperti kisah mualaf wanita yang dulunya terlahir dan dibesarkan oleh orangtua tanpa agama.
Setelah mencari kebenaran dalam perjalanan hidupnya, akhirnya dia memutuskan masuk Islam dan mantap menjadi seorang muslimah.
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube Barat Bersyahadat, wanita tersebut menceritakan bagaimana perjalanan hidup menuntunnya kepada agama yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam ini.
Kisah Mualaf Wanita yang Dibesarkan Tanpa Agama
BACA JUGA:Â Kisah Mualaf Syaikh Al-Azami, dari Hindu hingga Jadi Pengajar di Masjid Nabawi
“Aku dibesarkan tanpa agama dan orangtuaku bercerai saat aku kecil, dan ibuku tak percaya Tuhan sama sekali,” ucapnya membuka kisah.
Sang wanita cantik tersebut lantas diasuh oleh sepasang ayah dan ibu tiri yang menjadi pemeluk salah satu aliran agama. Ketika berusia 10 tahun, ia pun mempelajari ajaran agama tersebut.
“Dia (orangtua angkat) mengajariku saat aku 10 tahun. Kami biasanya duduk dan membaca ayat per ayat dan aku dimintai pendapat soal ayatnya,” cerita wanita tersebut.
Diakuinya bahwa kedua orangtua angkatnya itu kerap membawa dirinya mengikuti semacam kajian dari aliran agama tersebut.
Di suatu tempat ibadah, ia pun mendengarkan pembacaan kitab serta nendengarkan ceramah terkait bagaimana praktik ayat-ayatnya di keseharian. Tidak jarang, sesi kajian tersebut diakhiri dengan diskusi.
Selain itu, ia mengaku mendapat pembelajaran terkait ajaran suatu agama saat berada di sekolah, namun itu tidak lantas membuatnya menjadi pemeluk agama. Ia tetap tidak beragama, meski begitu ajaran tersebut sangat membekas baginya.
“Aku suka sekali kerangka penyampaiannya dan cara mereka melibatkan kaum muda. Tapi aku tak begitu serius mengikutinya, sebab aku masih belia dan aku tak serumah dengan ayah,” ucapnya.
“Jadi saat aku pulang ke rumah di sana ada ibu kandungku dan tak ada bimbingan kepadaku. Tapi ajaran orangtua angkatku sangat membekas sekali karena aku sudah percaya Tuhan di usia 10 tahun, hanya saja belum yakin agama apa yang cocok bagiku,” jelasnya.
Perjalanan hidup lantas membawa wanita tersebut mengenal agama Islam. Saat beranjak dewasa, ia sering berbicara dengan teman-temannya yang merupakan seorang Muslimah.
“Sebelum masuk kuliah, aku ikut kegiatan bersama teman dan semua anggotanya Muslim. Kami pun berteman dengan mereka, dan hal itu memicu obrolan soal agama dan Islam,” ceritanya.
Kisah Mualaf Wanita yang Dibesarkan Tanpa Agama
Namun begitu, dia mengaku bahwa pengalaman diskusi tidak terlalu bagus karena banyak sekali pandangan budaya serta sedikit kebencian pada gadis kulit putih yang merembet kepada persoalan budaya dan agama.
Walau demikian, dirinya mengungkapkan bahwa teman-teman Muslimahnya tersebut merupakan sosok orang yang luar biasa dan sangat ramah, membuatnya tertarik untuk mempelajari agama Islam secara mandiri.
“Mereka adalah teman terbaik aku dan merupakan orang-orang hebat, dan akibat dari seringnya berdiskusi dengan mereka dan melihat kepribadiannya, hal itu memicu ketertarikanku yang buat aku bertanya kenapa ada bagian dari Islam ini di mana aku dicekoki bahwa agama ini menindas dan menghapus hak wanita dan agama bengis?” jelasnya.
Namun saat proses pencariannya secara mandiri, ia mengaku bahwa terdapat banyak sekali mispersepsi terkait agama Islam yang beredar di internet.
Pencariannya berakhir saat memutuskan menelaah informasi yang didapat, lantas mencocokkannya dengan ajaran agama sebelumnya yang sangat membekas di benaknya tersebut.
Hal ini membawanya kepada satu keyakinan bahwa Islam dan Alquran adalah agama yang sempurna serta memiliki keterkaitan dengan ajaran agama lainnya, misalnya dijelaskan bahwa Injil adalah kitab yang turun terlebih dahulu sebelum Alquran.
“Aku pun menemukan bahwa Alquran dan Islam juga mengakui agama Kristen dan Yahudi. Bagiku ini sangat masuk akal karena selama ini aku melihat kaitan antara ucapan temanku soal Islam dan ucapan orangtua soal Kristen di Bible tentu saja jadi sangat masuk akal bahwa Tuhan yang sama pastinya juga agama sama,” ujar wanita cantik tersebut.
Kisah Mualaf Wanita yang Dibesarkan Tanpa Agama
BACA JUGA:Â 5 Tips bagi Mualaf agar Konsisten Menjalani Ibadah
“Yang bikin aku penasaran sekali adalah saat ayahku mengatakan: ‘Kamu tahu, Bible turun lebih dulu daripada Alquran.’ Aku pun menjawab: ‘Ya seharusnya begitu Bible datang lebih dulu, dan kini Alquran menjadi kitab yang terakhir’,” jelasnya.
Saat itulah ia memutuskan mengucapkan kalimat syahadat sebagai syarat mualaf hingga akhirnya kini merasa mantap menjadi seorang Muslimah.
“Aku berdoa dengan sungguh-sungguh, lalu aku bersujutd di atas sejadah, dan aku ikrarkan syahadat dengan sepenuh hati. Jika penonton punya pengalaman di mana Anda merasa Tuhan ada, Anda akan paham perasaan itu tidak ada yang setara dengannya,” ucapnya bangga. []