MARI kita pelajari salah satu kisah Nabi Ibrahim berikut ini.
Dalam Surah Maryam (19) Ayat 41, Allah berfirman:
وَاذْكُرْ فِى الْكِتٰبِ اِبْرٰهِيْمَ ەۗ اِنَّهٗ كَانَ صِدِّيْقًا نَّبِيًّا
“Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam kitab (Al-Quran) sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan, seorang Nabi.”
Perhatikan bagaimana Allah memerintahkan kepada Rasulullah ﷺ untuk membacakan kisah ini karena memang kisah-kisah para nabi sangat sarat akan pelajaran berharga yang dapat dijadikan pedoman hidup oleh siapa saja yang mendambakan keselamatan di dunia dan akhirat. Allah berfirman dalam Surah Al-An’am (6)
ayat 90:
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ فَبِهُدٰىهُمُ اقْتَدِهْۗ
Mereka itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.
BACA JUGA: Nabi Ibrahim dan Ilmu Astronomi
Nabi Ibrahim adalah bapaknya para nabi dan nenek moyang ketiga dari Bani Israil dan suku Quraisy. Secara silsilah, nenek moyang pertama seluruh manusia adalah Nabi Adam a.s. dan nenek moyang kedua mereka adalah Nabi Nuh a.s.
Ketika terjadi banjir besar pada zaman Nabi Nuh, seluruh manusia binasa, kecuali 80 orang yang berada di kapal Nabi Nuh. Tidak ada di antara mereka yang kemudian memiliki keturunan, kecuali anak-anak Nabi Nuh, yakni Sam, Ham, dan Yafits. Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa garis keturunan seluruh manusia sampai saat ini bermuara pada Nabi Nuh a.s.
Nabi Ibrahim a.s. adalah ayah Nabi Ishaq a.s. dan Nabi Ismail a.s. Nabi Ishaq a.s. adalah ayah dari Nabi Yakub a.s. yang merupakan ayah seluruh Bani Israil. Sedangkan, Nabi Ismail adalah ayah dari suku Quraisy. Seluruh Nabi setelah Nabi Ibrahim berasal dari Bani Israil, kecuali Nabi Muhammad yang berasal dari bangsa Arab, tepatnya suku Quraisy. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Nabi Ibrahim a.s. adalah ayah dari seluruh Nabi setelah beliau.
BACA JUGA: Zaid bin Tsabit dan Mushaf Al-Quran
Urgensi kisah Nabi Ibrahim terletak pada status beliau yang merupakan ayah dari Bani Israil dan Quraisy. Nasrani dan Yahudi yang mayoritasnya ketika itu merupakan keturunan Bani Israil, berbuat kesyirikan dengan menyembah manusia atau nabi, sedangkan musyrikin dari Quraisy menyembah berhala. Namun, keadaan agama ayah mereka, Nabi Ibrahim, tidaklah seperti mereka. Nabi Ibrahim adalah sebagaimana Allah firmankan dalam Surah Ali-Imran (3) ayat 67:
مَاكَانَ اِبْرٰهِيْمُ يَهُوْدِيًّا وَّلَا نَصْرَانِيًّا وَّلٰكِنْ كَانَ حَنِيْفًا مُّسْلِمًاۗ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus, Muslim, dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik.
Ayat ini merupakan bantahan kepada kaum musyrikin dari kalangan Bani Israil dan kaum Quraisy karena sejatinya nenek moyang mereka memusuhi kesyirikan yang mereka lakukan.[]
SUMBER: TAFSIR AT-TAYSIR | PUSAT STUDI QURAN