SALAH satu kisah Nabi Musa dipaparkan dalam Surah Thaha (20) ayat 40. Allah SWT berfirman:
وَقَتَلْتَ نَفْسًا فَنَجَّيْنٰكَ مِنَ الْغَمِّ وَفَتَنّٰكَ فُتُوْنًا ەۗ فَلَبِثْتَ سِنِيْنَ فِيْٓ اَهْلِ مَدْيَنَ ەۙ ثُمَّ جِئْتَ عَلٰى قَدَرٍ يّٰمُوْسٰى
Dan kamu pernah membunuh seorang manusia, lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mengujimu dengan beberapa cobaan; maka kamu tinggal beberapa tahun di antara penduduk Madyan kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan.
Tentang kisah tersebut, Allah pun berfirman dalam ayat lainnya, yakni dalam Surah Qashash (28) ayat 15:
وَدَخَلَ الْمَدِيْنَةَ عَلٰى حِيْنِ غَفْلَةٍ مِّنْ اَهْلِهَا فَوَجَدَ فِيْهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلٰنِۖ هٰذَا مِنْ شِيْعَتِهٖ وَهٰذَا مِنْ عَدُوِّهٖۚ فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِيْ مِنْ شِيْعَتِهٖ عَلَى الَّذِيْ مِنْ عَدُوِّهٖ ۙفَوَكَزَهٗ مُوْسٰى فَقَضٰى عَلَيْهِۖ قَالَ هٰذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ عَدُوٌّ مُّضِلٌّ مُّبِيْنٌ:
Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang lagi dari musuhnya (kaum Fir’aun). Maka, orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya, lalu Musa meninjunya dan matilah musuhnya itu. Musa berkata, “Ini adalah perbuatan setan sesungguhnya setan itu adalah musuh yang menyesatkan lebih nyata (permusuhannya).
BACA JUGA: Nabi Musa dan Seseorang yang Beliau Tak Sabar Terhadapnya
Cerita ini disebutkan secara panjang lebar dalam Surah Al-Qashash. Tapi intinya, Nabi Musa menolong orang dari Bani Israil dan membunuh orang Qibthi sehingga akhirnya berita tersebut tersebar yang membuat Nabi Musa akhirnya diburu oleh bala tentara Fir’aun.
Dalam kondisi yang demikian, datanglah seseorang kepada Nabi Musa memberitahukan kepadanya apa yang tercantum dalam firman Allah Surah Al-Qashash (28) ayat 20:
وَجَاۤءَ رَجُلٌ مِّنْ اَقْصَى الْمَدِيْنَةِ يَسْعٰىۖ قَالَ يٰمُوْسٰٓى اِنَّ الْمَلَاَ يَأْتَمِرُوْنَ بِكَ لِيَقْتُلُوْكَ فَاخْرُجْ اِنِّيْ لَكَ مِنَ النّٰصِحِيْنَ
Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu.
Akhirnya, Nabi Musa pun pergi meninggalkan kota Mesir dengan penuh kegelisahan dan dengan penuh kekhawatiran. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Qashash (28) ayat 21:
فَخَرَجَ مِنْهَا خَاۤىِٕفًا يَّتَرَقَّبُ ۖقَالَ رَبِّ نَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ ࣖ
Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggul-nunggu dengan khawatir, dia berdoa: “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu.
Akan tetapi Allah menyelamatkan Nabi Musa hingga beliau sampai di kota Madyan. Disebutkan dalam Surah Al-Qashash bahwa kemudian Nabi Musa menikah dengan salah seorang wanita di sana, yaitu putri seorang hamba yang Saleh ini adalah kenikmatan selanjutnya yang Allah berikan kepada Nabi Musa.
Allah kemudian berfirman:
وَفَتَنّٰكَ فُتُوْنًا
Dan kami telah memberi cobaan padamu dengan beberapa cobaan
Para ulama menjelaskan bahwa ujian-ujian tersebut sejatinya juga merupakan kenikmatan bagi Nabi Musa karena dengannya derajat Nabi Musa semakin tinggi dan semakin banyak pahala yang Allah berikan kepada beliau.
Demikianlah seharusnya pandangan seorang Mukmin terhadap ujian dan musibah yang menimpanya. Hendaklah ia berhusnudzan bahwa ini adalah sebuah tangga yang Allah ulurkan kepadanya agar ia dapat naik ke derajat yang tinggi di sisi-Nya. Jika seseorang menyadari hal ini, ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk bersabar dan selalu meminta pertolongan Allah agar ia bisa melewati ujian tersebut dengan baik.
Kemudian Allah berfirman:
فَلَبِثْتَ سِنِيْنَ فِيْٓ اَهْلِ مَدْيَنَ ەۙ ثُمَّ جِئْتَ عَلٰى قَدَرٍ يّٰمُوْسٰى
Maka kamu tinggal beberapa tahun di antara penduduk Madyan kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan, hai Musa.
BACA JUGA: Nabi Harun, Saudara Seibu dengan Nabi Musa
Nabi Musa bekerja kepada mertuanya di Madyan selama 8 sampai 10 tahun, sebagai mahar untuk menikahi sang istri. Kemudian, setelah waktu yang lama tersebut, beliau akhirnya hadir di Bukit Tursina. Semua itu sesuai dengan takdir yang sudah Allah tentukan.
Allah menjelaskan kepada Nabi Musa bahwa mungkin saja semua itu tampak sebagai hal yang tiba-tiba atau kebetulan, tetapi sejatinya semua itu sudah diatur oleh Allah. Seluruh perjalanan hidup Nabi Musa yang dipenuhi keajaiban dan rahmat dari Allah telah Allah atur dan sudah ditentukan. Mahasuci Allah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.[]
SUMBER: PUSAT STUDI QURAN