INI adalah kisah tentang unta Nabi Saleh.
“Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu. Maka, biarkanlah dia makan di bumi Allah dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih.” (QS. Al-A’raaf: 73)
Di kalangan kaum Tsamud tersebutlah seorang remaja bernama Saleh. Ia adalah pengikut ajaran Nabi Nuh dan Nabi Hud. Saleh merasa sedih melihat kebodohan kaumnya. Mereka menganggap berhala sebagai tuhan.
Padahal berhala itu dibuat tangan mereka sendiri. Saleh berdoa kepada Allah mohon diberi kekuatan untuk mendakwahi mereka.
Setelah Saleh dewasa, Allah mengangkatnya menjadi nabi. Ia mendapat tugas mendakwahi kaum Tsamud agar mereka beriman kepada Allah. Nabi Saleh mendatangi pemimpin kaum Tsamud.
BACA JUGA: Jika Masih Hidup, Berapa Usia Nabi Khidir Sekarang?
“Hai Saleh, ada keperluan apa engkau datang kemari?” tanya pemimpin kaum Tsamud.
“Aku ingin menyampaikan sesuatu kepada kalian. Kumpulkanlah semua kaummu di lapangan yang luas besok hari!” kata Nabi Saleh.
Keesokan harinya, berkumpullah kaum Tsamud ingin mendengarkan apa yang akan disampaikan Nabi Saleh.
Nabi Saleh naik ke tempat yang cukup tinggi, kemudian berkata, “Wahai kaumku, aku adalah seorang nabi utusan Allah. Aku diutus untuk mengajak kalian beriman kepada Allah. Allahlah yang harus kita sembah bukan berhala.”
“Hai Saleh, betapa beraninya engkau melarang kami menyembah berhla!” kata mereka.
“Wahai kaumku, apakah kalian tidak berpikir bahwa berhala yang kalian sembah itu hanyalah sebongkah batu yang kalian buat sendiri?” tanya Nabi Saleh. Pertanyaan ini membuat kaum Tsamud diam membisu. Hati mereka sesungguhnya membenarkan apa yang dikatakan Nabi Saleh.
“Hai Saleh, jika engkau memang seorang nabi utusan Allah, apa buktinya?” tanya mereka.
“Kalau itu yang kalian inginkan, aku akan meminta mukjizat kepada Allah. Namun, kalian harus berjanji akan taat dan mengikuti ajaranku,” kata Nabi Saleh.
“Kami berjanji akan mengikuti ajaranmu,” kata mereka.
Nabi Saleh mendapat petunjuk Allah untuk membawa kaumnya ke suatu gunung. Sesampainya di tempat yang ditujum Nabi Saleh berkata,”Wahai kaumku, kalian nanti akan melihat seekor unta keluar dari puncak gunung. Setelah itu, kalian harus taat kepadaku sebagaimana yang kalian janjikan.”
Mereka menantikan munculnya unta yang dijanjikan Nabi Saleh. Tiba-tiba terdengarlah suara menggelegar yang berasal dari bebatuan terbelah. Bersamaan dengan itu keluarlah seekor unta betina yang cantik.
“Wahai kaumku, tidak seorang pun dapat menciptakan unta betina itu kecuali Allah. Biarkanlah unta itu untuk makan dan minum dari sumur kalian. Jika kalian sampai mengganggunya apalagi menyembelihnya, Allah akan menurunkan siksanya kepada kalian,” kata Nabi Saleh.
BACA JUGA: Nabi Musa dan Seorang Lelaki Shaleh yang Sedang Sibuk Beribadah di Sebuah Gua
“Hai Saleh, sekarang kami percaya bahwa engkau seorang nabi utusan Allah. Kami beriman kepada Allah dan akan mengikuti ajaranmu. Kami pun tidak akan mengganggu untamu itu,” kata sebagian kecil dari kaum Tsamud.
Adapun pemimpin kaum Tsamud beserta sebagian besar pengikutnya tetap tidak mau beriman. Mereka menganggap bahwa peristiwa keluarnya unta dari celah batu itu merupakan sihir yang dilakukan Nabi Saleh.
Unta betina Nabi Saleh tidaklah seperti unta kebanyakan, yang bebas berjalan ke mana-mana. Tidak seorangpun yang berani mendekatinya. Jika unta ini menggerakkan kepala atau ekor saja, semua orang akan mundur ke belakang. Seorang anak pemberani mencoba mendekatiku. Sang unta lalu menundukkan kepada dan mendekatkannya kepada anak itu. Anak itu mulai mengusap-usap kepala sang unta. Apa yang dilakukan oleh anak itu menghilangkan ketakutan orang-orang kepada unta tersebut. Mereka mulai berani mengusap-usap tubuh sang unta.
Kaum Tsamud pun meminta,”Hai Saleh, kami ingin mengambil manfaat dari susu unta betina milik Allah itu. Barangkali saja air susu ini penuh berkah.”
Nabi Saleh mengizinkan mereka memerah susu unta itu. Air susu unta menjadi sumber minuman bagi kaum Tsamud yang tidak pernah habis-habisnya. Dari air susu unta itu dibuatlah menjadi keju, mentega, dan minyak. Kaum Tsamud menyayangi unta itu karena unta itu menjadi sumber makanan dan minuman mereka.
Sejak ada unta tersebut, orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Saleh semakin bertambah. Hal itu membuat pemimpin kaum Tsamud marah. “Selama ada unta betina itu orang-orang akan teringat kepada mukjizat Allah. Karena itu, pengikut Nabi Saleh pasti akan terus bertambah. Jika kita tidak membunuh unta betina itu, kita akan kehilangan pengikut.”
Akhirnya, mereka memutuskan untuk membunuh unta itu. Diadakanlah sayembara, bagi yang berani membunuh unta nabi Saleh, akan dinikahkan dengan gadis-gadis cantik putri pemimpin kaum Tsamud.
Hanya dua orang pemuda bernama Gudar dan Mushada yang berani mengikuti sayembara itu. Ketika unta itu sedang berjalan menuju sebuah sumur untuk minum, Gudar dan Mushada melihatnya. Unta pun berlari menjauhi mereka berdua. Namun, Mushada berhasil memanah kaki unta hingga unta tidak bisa berjalan. Lalu, Gudar melepaskan pedangnya pada leher unta. Unta merasa, mungkin inilah saat kematiannya.
“Ah, ternyata apa yang dikatakan Nabi Saleh hanya dusta belaka. Buktinya tidak terjadi apa-apa setelah unta betina itu kita bunuh,”kata Gudar kepada Mushada.
BACA JUGA: Kisah Nabi Musa dan Jodoh Tidak Terduga
Pemimpin kaum Tsamud mengelu-elukan Gudar dan Mushada. ia pun segera menikahkan Gudar dan Mushada kepada anak gadisnya.
Nabi Saleh marah, mengetahui untanya dibunuh. “Tunggulah azab Allah yang telah dijanjikan. Bersenang-senanglah kalian selama tiga hari. Setelah itu, Allah akan membinasakan kalian semua.”
Penangguhan waktu yang diberikan Nabi Saleh selama tiga hari adalah untuk memberi kesempatan kepada kaum Tsamud bertobat. tetapi, kesempatan itu malah digunakan mereka untuk menyusun rencana membunuh Nabi Saleh dan pengikutnya.
Sebelum mereka melaksanakan niat jahatnya itu Allah menurunkan azab-Nya. “Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang yang zalim. Mereka mati bergelimpangan di rumahnya. Seolah-olah mereka belum pernah tinggal di tempat itu. Ingatlah, sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah kebinasaan bagi kaum Tsamud.” (QS. Huud: 67-68).
Nabi Saleh dan para pengikutnya kemudian tinggal di Ramlah, Palestina. Beliau meneruskan dakwahnya mengajak umat manusia agar beriman kepada Allah. []