DIRIWAYATKAN dari Ibnu Abbas, “Nabi Sulaiman as adalah seorang yang suka berperang, beliau melakukan peperangan di laut dan di darat. Suatu ketika beliau mendengar bahwa di seberang lautan di sebuah jazirah ada seorang raja.
“Beliau pun berangkat menuju jazirah tersebut dengan berkendaraan angin yang diikuti oleh balatentara yang terdiri dari tentara jin dan manusia. Setelah sampai ke tempat tujuan yang dimaksud, beliau pun melancarkan serangan hingga sang raja tersebut terbunuh, dan berhasil menahan seluruh penghuni kerajaan.
“Beliau juga memboyong seorang gadis cantik yang kecantikan dan keindahannya belum pernah beliau saksikan sebelumnya, dialah putri raja yang terbunuh itu. Nabi Sulaiman as akhirnya memutuskan untuk mengambilnya sebagai seorang istri. Nabi Sulaiman as menemukan padanya sesuatu yang tidak ditemukannya pada seorang pun yang lain, demikian juga kadar kecintaan beliau terhadapnya melebihi kepada para istri lainnya.
BACA JUGA: Kisah Nabi Sulaiman, Tatkala Angin Menjadi Pengganti Kuda Bersayap
Suatu hari saat Nabi Sulaiman as datang menemuinya, istrinya itu berkata, “Aku teringat akan ayahku, kerajaan dan peristiwa yang menimpanya, jika Anda berkenan sudilah kiranya memerintahkan sebagian setan untuk membuat patung ayahku di rumah ini, sehingga setiap pagi dan sore aku dapat menatapnya, dengan harapan hal tersebut dapat menghilangkan kesusahan dan hatiku menjadi tenang kembali!”
Mendengar permintaan sang istri ini, Nabi Sulaiman as lalu memerintahkan Sakhr Al-Marid agar membuat patung sosok ayah sang istri. Dan hasilnya sungguh di luar dugaan, bahkan tidak seorang pun menyangka bahwa patung itu tidak bernyawa, karena nyaris sempurna seperti ayah sang istri.
Maka, diletakkanlah patung tersebut di sudut rumah. Sang istri lalu menghiasi patung itu dengan mengenakan pakaian padanya, sehingga patung itu sama seperti keadaan ayahnya semula.
Ketika Nabi Sulaiman as sedang keluar rumah, sang istri itu segera mendatangi patung tersebut bersama para dayang. Kemudian ditaburkannya wewangian, selanjutnya sang istri bersujud di hadapan patung ayahnya yang diikuti oleh dayang-dayangnya. Sementara itu, Nabi Sulaiman sendiri tidak mengetahui atas apa yang dilakukan sang istri hingga hal itu berlangsung sampai 40 hari.
Berita tentang apa yang dilakukan oleh sang istri beserta para dayang itu akhirnya terdengar juga oleh semua orang dan sampai juga kepada Ashif bin Barkhaya.
Ashif bin Barkhaya adalah sahabat karib Nabi Sulaiman as. Pada suatu hari Ashif bin Barkhaya datang menghadap Nabi Sulaiman as dan berkata, “Wahai Nabi Allah! Sungguh aku amat senang berada pada suatu tempat di mana pada tempat itu aku dapat mengingat kembali kisah para Nabi terdahulu dan aku dapat memujinya sesuai dengan pengetahuanku tentang mereka.”
Mendengar penuturan Ashif bin Barkhaya itu Nabi Sulaiman as lalu mengumpulkan orang-orang, dan Ashif pun berdiri untuk mengisahkan tentang para Nabi Allah terdahulu. Ashif memuji setiap nabi sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, juga menyebutkan keutamaan Allah yang diberikan kepada mereka.
Akhirnya kisah-kisah yang disampaikannya itu sampai juga kepada kisah tentang pribadi Nabi Sulaiman as.
Ashif pun menyebutkan keutamaannya dan anugerah Allah yang telah diberikan kepadanya semasa beliau muda, kemudian Ashif diam, tidak melanjutkan ceritanya. Nabi Sulaiman as pun marah, lalu masuk ke dalam kediaman beliau. Beliau pun memerintahkan agar memanggil Ashif.
Setelah Ashif datang menghadap, beliau bersabda, “Wahai Ashif, kamu telah menyebutkan kisah para Nabi terdahulu dan kamu telah memujinya sesuai dengan pengetahuanmu tentang mereka pada setiap periodenya. Akan tetapi ketika kamu menyebutkan kisahku dan kamu juga telah memujiku dengan adanya kebajikan yang aku lakukan ketika aku belia, namun kamu tidak melanjutkan kisahku saat aku menginjak usia lanjut! Aku sebenarnya yang telah kulakukan ketika aku telah menginjak usia lanjut ini?”
“Engkau telah melakukan sesuatu yang baru, yakni di dalam rumahmu ini ada yang menyembah selain Allah di bawah pimpinan seorang wanita,” jawab Ashif bin Barkhaya.
BACA JUGA: Perjanjian antara Semut dan Nabi Sulaiman
“Di rumahku?” tanya Nabi Sulaiman as.
“Betul, di rumahmu!” Jawab Ashif meyakinkan.
“Inna lillaahi wa inna ilahi raaji’uun! Aku baru tahu sekarang. Aku yakin bahwa apa yang kamu katakan itu karena ada yang telah memberi tahu kepadamu,” jawab Nabi Sulaiman as.
Nabi Sulaiman as lalu pulang ke rumah beliau dan menghancurkan patung tersebut serta menghukum sang istri beserta semua dayangnya yang ikut menyembah patung. Beliau kemudian meminta agar diambilkan pakaian bersih untuk dikenakannya, lalu keluar menuju ke sebuah tanah lapang.
Di sana beliau menghamparkan abu, lalu bersimpuh di atasnya menghadap kepada Tuhannya untuk memohon ampunan. Dengan merendahkan diri sambil menangis serta memohon ampun kepada Allah, ia berkata, “Wahai Tuhanku, cobaan apa yang sebenarnya telah Engkau timpakan kepada keluarga Nabi Daud as, dimana mereka telah menyembah selain Engkau? Di rumah keluarga mereka telah disembah selain Engkau!” []
Sumber: Ibnu Qudamah Al Maqdisy |Mereka yang Kembali, Ragam Kisah Taubatan Nashuha | Penerbit Risalah Gusti | Surabaya | 1999