WARA berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti shaleh atau menjauhkan diri dari perbuatan dosa. Dalam kamus munawir wara’ artinya menjauhkan diri dari dosa, maksiat dan perkara syubhat. Kisah nikmat wara terserak dalam berbagai kejadian.
Dalam istilah wara’ adalah menjahui perkara yang syubhat karna takut terjatuh dalam perkara yang haram, menurut Ibrahim bin Adham wara’ adalah meninggalkan perkara yang syubhat.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Namun ada yang masih samar-samar syubhat di antara yang halal dan haram banyak manusia yang tidak mengetahuinya. Barangsiapa menjaga diri dari yang syubhat maka agama dan kehormatan orang tersebut akan terjaga.
Barangsiapa terjerumus pada yang syubhat maka ia akan terjerumus dalam yang haram. Seperti pengembala yang mengembala di sekitar tanah terlarang, maka dikhawatirkan gembalaannya akan merumput di tanah terlarang tersebut.
BACA JUGA: Wajib Simak Ini! 4 Hal Penyebab Doa Sulit Dikabulkan oleh Allah SWT
Ketahuilah setiap pemilik mempunyai batas yang terlarang dan batas terlarangnya Allah SWT adalah hal-hal yang diharamkan nya. Ketahuilah di dalam jasad itu terdapat segumpal daging. Jika daging itu baik maka seluruh jasadnya akan baik.
Jika daging itu rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah segumpal daging itu adalah hati.” Hadits riwayat Al Nu’man Ibnu Bisyr RA”
Kisah Nikmat Wara, Kisah: Kisah Nikmat Wara, Kisah:
Ibnu Al Mubarok RA menuturkan bahwa dirinya ketika itu berada di Syam. Ia sedang menulis hadis namun tiba-tiba penanya putus. Lalu ia meminjam pena kepada seseorang. Setelah selesai menulis ia lupa mengembalikannya.
Ia menaruh pena tersebut di tempat pena miliknya. Ketika ia telah kembali ke rumahnya di Muruz. Tiba-tiba ia ingat pena itu maka itu pun segera pergi ke Syam untuk mengembalikan penak tersebut kepada pemiliknya.
BACA JUGA: Sifat Wara’; Menjauhkan Diri dari Maksiat dan Perkara Syubhat” (2-Habis)
Kisah Nikmat Wara, Kisah: Ahmad Ibnu Hanbal
Ahmad Ibnu Hanbal pernah mendapati timba miliknya berada di toko sayuran di Mekkah. Ketika ia hendak menebus timba itu, maka tukang sayur menyadarkan dua timba kepadanya seraya berkata, “Ambillah salah satu dari kedua timba ini untukmu.”
Ahmad menjawab, “Salah satu dari timba itu memang milikku, namun saya akan memberikan timba itu untukmu berikut uang tebusan nya.”
Maka tukang sayur itu berkata, “Ini benar-benar timbang milikmu, malahan saya ingin berterima kasih kepadamu dengan memberikan sedikit bayaran kepadamu.”
Ahmad menjawab, “Tidak perlu. Ambil saja untukmu.”
Lalu Ahmad pun beranjak pergi dan meninggalkan tukang sayur.
Kisah Nikmat Wara, Kisah: Al- Nakhai
Al- Nakhai pernah menyewa seekor unta. Tiba-tiba cemetinya jatuh dari genggamannya. Lalu ia turun dari unta itu dan mengambil cemeti itu. Ia pun mengembalikan unta itu dengan dituntun.
“Kenapa kamu tidak membawa untamu sambil dinaiki?” Tanya seseorang.
Ia menjawab, “Saya menyewa untuk bersama cemeti itu untuk dinaiki tetapi cemeti itu jatuh dan saya harus mengembalikannya.”
Kisah Nikmat Wara, Kisah: Dzu Al-Nun Al-Misri
Dikisahkan Dzu Al-Nun Al-Misri pernah mendekam di dalam penjara. Iya tidak makan selama beberapa hari. Maka saudara perempuannya mengirimkan makanan untuknya melalui perantara sipir penjara. Namun ia menolak makanan itu dan tidak menjamahnya sama sekali. Tentu saja saudarinya itu mencela dirinya. Lalu Dzu Al-Nun Al-Misri menjawab, “makananmu itu memang halal, namun makanan itu dibawa oleh orang zalim.”
Kisah Nikmat Wara, Kisah: Hasan Ibnu Abu Sannan
Diriwayatkan bahwa Hasan Ibnu Abu Sannan tidak pernah tidur terlentang, tidak pernah menyantap makanan berlemak, dan tidak pernah minum air dingin selama 60 tahun. Setelah ia wafat ada seseorang yang memimpikan lalu ditanya kepadanya, “Apa yang Allah SWT perbuat kepadamu?”
Ia menjawab, “Allah SWT memperlakukanku dengan baik, hanya saja saya tertahan masuk surga karena saya pernah meminjam jarum jahit dan belum sempat mengembalikannya.”
BACA JUGA: Setiap Syubhat dan Kejahilan akan Musnah oleh Alquran
Kisah nikmat wara, dalam syair disebutkan:
Sungguh engkau telah menghabiskan masa mudamu dengan hura-hura
Angka tidak pernah menghiasinya dengan ketaqwaan
Hai penumpuk dosa yang telah disucikan
Ingat sudahilah perbuatan dosamu dan pikirkan kematianmu
Kamu telah menodai kehormatanmu yang suci hingga menjadi pendosa
Kamu selalu mencuci pakaian setiap minggu
Sia-sia hidupmu jika hanya dipenuhi dengan maksiat
Jika kamu insaf, maka jawabannya ada padaku
Jangan habiskan malam-malammu dengan tidur
Takutlah pada hari ketika Allah mengatakan kepadamu, “Bacalah catatan amalmu”
Kisah Nikmat Wara, Kisah: Ali RA, Mansyur Ibnu Ammar Abu Al-Sudi, dan Syah Al-Kirmani
Ali RA berujar, “Pemimpin manusia didunia adalah orang-orang dermawan dan pemimpin manusia di akhirat adalah orang-orang yang bertakwa.”
Mansyur Ibnu Ammar Abu Al-Sudi berkata, “Pakaian hamba biasa yang paling bagus adalah rendah hati dan pakaian terbaik orang Arif adalah taqwa.”
Kisah nikmat wara, Syah Al-Kirmani menuturkan, “Ciri orang taqwa adalah bersikap wara dan menghindari perkara syubhat.” []
Sumber : Buku: Nasihat Langit untuk Maslahat di Bumi, Oleh: Syekh Abdul Hamid Al-Anquri (Ulama Abad ke-8)