PEMBEBASAN Syam yang dilakukan oleh umat islam terhadap Bumi Syam mengalami perjalanan yang tidak mudah. Syām atau Negeri Syam (Arab: بلاد الشام Bilād as-Syam) adalah sebuah daerah yang terletak di timur Laut Mediterania, barat Sungai Efrat, utara Gurun Arab dan sebelah selatan Pegunungan Taurus. Negeri Syam merupakan tempat dari agama samawi yaitu Yudaisme, Nasrani, dan Islam. Menurut umat muslim, Negeri Syam dianggap sebagai “Negeri Kebaikan”.
Pada saat ini Negeri Syam merujuk ke sejumlah tempat di Timur Tengah, di antaranya Lebanon, Palestina, Suriah, Bushra asy-Syam, Damaskus, Levant, Yordania dan tempat di Perancis Syam, Jura.
Berikut kisah pembebasan bumi Syam yang dilakukan oleh umat islam:
Perang Yarmuk telah berakhir di awal masa kekhalifahan Umar radhiyallahu ‘anhu, dengan kemenangan bagi kubu Islam. Setelah itu, tentara Islam berdiam diri untuk menyusun langkah selanjutnya. Apakah tentara Islam akan melanjutkan misinya ke Damaskus, sebagai kota administrative negeri Syam, ataukah tentara Islam melanjutkan infiltrasi ke Fihl, tempat pasukan Romawi menyusun kekuatan besar. Maka kaum muslimin meminta petunjuk kepada khalifah Umar, dan kemudian sang khalifah memberikan petunjuk kepada mereka dengan mengirimkan surat yang berisikan:
“Dengan hormat, mulailah kalian dari kota Damaskus, robohkan kota itu, karena kota itu adalah benteng negeri Syam dan kediaman para pemimpinnya. Sibukkanlah penduduk Fihl dengan kuda yang kalian sembelih.”[1] Maka Abu Ubaidah bin Al Jar’ah sebagai pemimpin kaum muslimin segera melaksanakan titah dari Umar bin Khaththab tersebut, dengan bertolak untuk mengepung Damaskus bersama tentaranya. Abu Ubaidah juga menyisakan tentaranya di Yarmuk dan mengirimkan sepasukan untuk menyibukkan Romawi di Fihl.
Setibanya Abu Ubaidah radhiyallahu ‘anhu di kota Damaskus, ia langsung melakukan pengepungan, dan pada waktu yang sama dia juga mengirimkan sepasukan menuju arah utara kota Damaskus, dengan tujuan kekuatan Romawi sibuk sendiri dan tidak mampu memberikan bala bantuan untuk Damaskus.
Kota Damaskus dikelilingi oleh tembok dan aliran air di setiap sisinya. Untuk itu, Abu Ubaidah radhiyallahu ‘anhu membagi tentara Islam mengelilingi Damaskus, dan mulai mengepung kota tersebut dengan gempuran-gempuran selama tujuh puluh hari. Di Damaskus, tentara Islam harus mengalami penderitaan yang berat, karena udara yang sangat dingin, sedangkan mereka hanya berpakaian seadanya. Tentara Islam telah mempersiapkan tangga-tangga dan tali untuk diikatkan ke tembok, untuk melakukan penyerangan di waktu yang tepat.[2]
Suatu malam penduduk Damaskus sibuk dengan sebuah upacara. Kesempatan itu dimanfaatkan benar oleh Khalid bin Al Walid. Dia bersama sekelompok tentara yang pemberani berenang menyeberangi sungai yang dingin, hingga mereka sampai di sisi kota yang tidak banyak di jaga tentara musuh. Khalid dan para tentara lalu menyandarkan tangga di tembok dan menaikinya. Sesampainya di atas, Khalid bertakbir dan diikuti oleh tentara lain yang masih berada diluar. Penduduk Damaskus menjadi tercengang, mereka kaget. Khalid dan tentara yang menyertainya kemudian turun dan berperang dengan pedang-pedang mereka, hingga mereka berhasil membuka pintu gerbang Damaskus untuk masuknya tentara kaum muslimin. Tentara Islam lalu bergerak masuk ke dalam kota. Hal itu membuat para pejabat kota berlari menuju ke pintu lainnya, tetapi pada akhirnya para pejabat itu meminta perdamaian kepada Abu Ubaidah radhiyallahu ‘anhu.[3]
Setelah kota Damaskus berhasil ditaklukan, Abu Ubaidah mengangkat seorang gubernur yaitu Yazid bin Abu Sufyan radhiyallahu ‘anhu. Setelah itu, Abu Ubaidah melanjutkan penyerangan ke kota Fihl untuk menghadapi tentara Romawi. Jumlah pasukan Romawi di kota Fihl tersebut berjumlah hampir mendekati delapan puluh ribu, selain itupula mereka juga membetuk parit-parit berair disekeliling kota Fihl. Hal itu dilakukan untuk menghalau serangan tentara Islam.
Tentara Islam kemudian mengepung kota tersebut. Ternyata pasukan Romawi melakukan serangan malam hari. Karena tentara Islam telah melakukan observasi lokasi sebelumnya, tentara Islam telah siap dengan serangan musuh yang tiba-tiba. Terjadilah pertikaian antara pasukan Romawi melawan tentara Islam dalam sebuah perang yang dahsyat. Pasukan Romawi pada akhirnya berusaha melarikan diri, mereka berusaha kembali ke dalam kota. Akan tetapi karena panik, mereka salah jalan. Mereka justru terperosok ke dalam jebakan yang sebelumnya telah dipersiapkan untuk tentara Islam. Jadilah lumpur yang tidak disukai oleh tentara Islam berhasil membantu mereka. Tidak ada satu pun pasukan Romawi yang lepas, kecuali beberapa orang yang berhasil melarikan diri. Perang ini menjadi salah satu perang yang memberikan kemenangan besar atas Romawi di negeri Syam.[4]
Dikutip dari: Penaklukan dalam Islam, DR.Abdul Aziz bin Ibrahim Al Umari, Penerbit Darussunnah
Note:
[1] Ath Thabari, Tarikh Ath Thabari 4/57
[2] Al Azdi, Futuh Asy Syam 77, dia menempatkan pembebasan Damaskus sebelum Yarmuk, tetapi pendapat yang menurut At Thabari lebih tepat adalah pembebasan Damaskus terjadi setelah pembebasan Yarmuk. Lihat Ath Thabari, Tarikh Ath Thabari 4/56. Ibn Al Atsir, Al Kamil 2/427
[3] , Al Baladziri, Futuh Al Buldan 128-129, Al Azdi, Futuh Asy Syam 76, Ath Thabari, Tarikh Ath Thabari 4/58, Ibn Al Atsir, Al Kamil 3/428, Adz Dzahabi, Tarikh Al Islam, Ahd Ar Rasyidin 125.
[4] Lihat: Khalifah ibn Khayyath, Tarikh Khalifah Ibn Khayyath 126, Ath Thabari, Tarikh Ath Thabari 4/59, Ibn AL Atsir, Al Kamil 2/429