ISLAM adalah agama yang menjunjung tinggi perdamaian. Kalaupun terjadi perang, salah satu tujuannya adalah mempertahankan diri dari serangan musuh, menghadapi kesewenang-wenangan, dan juga membebaskan suatu daerah dari kemusyrikan. Tujuannya bukan untuk menyakiti, apalagi sampai untuk menindas umat beragama lain. ltulah yang diajarkan oleh Rasulullah shallailahu ‘alaihi wasallam. Selama masa kenabian, hampir semua peperangan dipimpin langsung oleh Rasulullah.
Tak banyak diketahui bahwa Rasulullah SAW adalah panglima perang terbaik sepanjang masa? Beliau tidak pernah gagal dalam merencanakan sebuah strategi perang. Rasulullah dikenal sebagai panglima yang bijaksana dan mau mendengarkan pendapat pasukannya.
Suatu ketika kaum Quraisy menentang kaum Muslimin yang baru berhijrah ke Madinah untuk berperang, Rasulullah SAW menunjukkan kepemimpinannya di medan perang. Rasululah saw. akhirnya mengumpulkan para sahabat. Beliau meminta pendapat para sahabat sekaligus untuk mengetahui seperti apa dukungan yang diberikan oleh kaum Muslimin.
BACA JUGA: Kalimat yang Nilai Pahalanya seperti Orang yang Mengikuti Perang Badar dan Uhud
Perang Badar adalah perang pertama kali bagi kaum muslim. Sementara kaum Quraisy sudah terkenal dengan keahlian berperangnya. Wajar, kalau banyak sahabat yang masih ragu dan takut. Kaum Muhajirin sudah menunjukkan keinginan mereka untuk berperang bersama Rasulullah. Beberapa sahabat Anshar yang mengikuti Baiat Aqabah juga sudah menunjukkan pembelaannya.
Lalu, muncullah Sa’ad bin Muadz r.a. yang mewakili kaum Anshar secara keseluruhan. Dia menyatakan kesetiaan dan kesiapan kaumnya untuk maju berperang bersama Rasulullah saw.
Ketika memilih markas pasukan, Rasulullah menggunakan usulan dari seorang sahabat. Al-Hubab bin Mundzir r.a. mengusulkan agar pasukan Muslimin bermarkas di selatan daerah Badar. Alasannya, di sana ada sumber mata air. Hubab juga mengusulkan untuk membuat tempat air bagi pasukan muslim dan menutup mata air itu. Tujuannya agar mata air itu tidak dipakai oleh musuh. Rasulullah saw. pun menyetujui pendapat itu, padahal pendapat itu dari sahabat biasa, bukan sahabat besar seperti Abu Bakar r.a. atau Umar r.a..
Akhirnya, pertemuan dua pasukan terjadi. Pasukan Islam yang hanya 300-an orang berhadapan dengan pasukan Quraisy yang jumlahnya hampir 3 kali lipatnya. Pasukan yang dipimpin oleh Abu Jahal itu memang berjumlah hampir 1000 orang.
Sebagai panglima, Rasulullah saw. turun langsung untuk memeriksa barisan kaum Muslimin. Ketika beliau melihat ada ketakutan di mata para sahabat, beliau pun memberi semangat seperti, “Jika kalian merasa jumlah musuh terlalu besar, lepaskanlah anak panah kepada mereka. Dahuluilah mereka dalam melepas anak panah. Kalian tidak perlu buru-buru menggunakan pedang, kecuali setelah mereka dekat dengan kalian.”
Rasulullah sangat berharap pasukan Islam mendapat kemenangan. Beliau berdoa dengan mengharap pertolongan dan kemenangan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sambil mengangkat tangannya, beliau berkata, “Ya Allah. inilah Quraisy yang datang dengan kecongkakan dan kesombongannya, yang memusuhi-Mu dan mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, aku mengharapkan pertolongan-Mu seperti yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah. hancurkan mereka pagi ini!”
Perang pun dimulai dengan tradisi lama bangsa Arab, yaitu duel satu lawan satu.
Dari pihak Quraisy muncullah Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, dan Al Walid bin Utbah. Dari pihak Muslimin tampil tiga orang dari kalangan Anshar yang langsung ditolak oleh musuh, “Kami tidak butuh kalian, kami hanya menginginkan orang-orang berasal dari Mekah. Wahai Muhammad. keluarkanlah orang-orang terpandang dari kaum Quraisy.”
Rasulullah pun memenuhi tantangan lawan dengan berujar, “Bangunlah Ubaidah bin Al Harits, Hamzah. dan Ali!”
Duel itu berakhir dengan cepat. Kemenangan dipihak Muslimin merupakan awal yang baik. Semangat dan keberanian pasukan meningkat. Kebalikannya terjadi di pihak lawan. Melihat ketiga jagoan sekaligus panglimanya tewas, mereka menjadi marah. “Serang Muhammad dan pasukannya sampai hancur!”
Setelah teriakan itu terdengar, pasukan Quraisy menyerang dengan kekuatan penuh. Rasulullah memerintahkan pasukannya bersiap. Beliau kembali meminta pertolongan dan kemenangan pada Allah. Kepada para sahabat, Rasulullah meminta mereka menerima serangan musuh dengan cara bertahan. Ternyata itu adalah strategi yang tepat menghadapi musuh yang dikuasai kemarahan. “Ahad…Ahad…Ahad!” seruan itu yang diperdengarkan para sahabat selama pertempuran. Hal itu dilakukan supaya mereka senantiasa meluruskan niat bahwa mereka berperang bukan untuk urusan pribadi atau dendam tetapi karena Allah dan Rasul-Nya.
BACA JUGA: Sawad Peluk Nabi sebelum Perang Badar
Allah pun menyambut harapan hamba-Nya seperti yang tertulis dalam Al-Quran, “Ingatlah ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu. lalu diperkenankan-Nya bagimu, ‘Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.'” (Al Anfal: 9).
Setelah melihat kedatangan para malaikat Rasulullah saw. pun keluar tenda dan memompa semangat pasukannya. Beliau memerintahkan untuk mengubah strategi dari bertahan menjadi menyerang. “Demi diri Muhammad yang ada di tangan-Nya, siapa saja yang hari ini berperang dengan sabar dan hanya mengharap ridha Allah, Allah akan masukkan dia ke surga-Nya yang seluas langit dan bumi. Majulah pantang mundur!”, ucap Rasulullah dengan lantang.
Akhirnya, tercatat dalam sejarah, Quraisy menderita kekalahan. Korban tewas mencapai 70 orang dari pihak musuh. Sementara jumlah tawanan mencapai 70 orang. Adapun dari pihak Rasulullah, pahlawan yang syahid hanya 14 orang. Enam orang dari kalangan Muhajirin dan delapan orang dari kalangan Anshar. []
Sumber: Panglima Perang Islam Tak Terkalahkan/ Penulis: Ummu Ayyesha/ Cerdas Interaktif/ 2016