INI semakin menjelaskan bagi kita bahwa ketidaksetaraan pada wajah ternyata juga menjadi masalah. Perceraian yang terjadi di keluarga Tsabit dikarenakan terlalu jauh perbedaan paras wajah. Padahal istri Tsabit jelas menyebut bahwa suaminya adalah orang yang taat beragama dan berakhlak mulia.
Dan Nabi pun mengizinkan perceraian tersebut.
Tentu tidak ada yang ingin rumah tangganya berantakan, istri Tsabit sekalipun. Tetapi daripada hidup dalam kemaksiatan membenci pasangannya apalagi itu adalah suaminya, maka perceraian lebih baik ketika tidak bisa juga disatukan.
BACA JUGA: Sumpahnya Zaid Bin Haritsah
Sesungguhnya, pernikahan dengan ketidaksetaraan tidak selalu gagal. Bacalah tulisan (Seberuntung Julaibib mendapatkan bidadari). Kita akan tahu bahwa pernikahan yang tidak seimbang itu ternyata bisa dilangsungkan.
Pelajaran paling mahal adalah pernikahan ketidaksetaraan Nabi dan Khadijah. Karena sesungguhnya Muhammad hanyalah salah satu pegawai Khadijah. Khadijah adalah wanita kaya raya, sementara Muhammad saat ditanya oleh Nafisah mengapa tidak kunjung menikah, dia menjawab: Aku tidak punya harta yang aku gunakan untuk menikah.
Maka, kita harus belajar kepada Julaibib dan keluarganya. Terutama keluarga Nabi dan Khadijah. Ketidaksetaraan itu harus terus diupayakan untuk didekatkan, jika hal itu memungkinkan. Seperti harta, hal ini sangat mungkin untuk didekatkan. Di mana Khadijah memberikan bisnisnya kepada suaminya yang dulu adalah pegawainya.
Tetapi untuk yang tidak mungkin didekatkan atau diubah seperti keturunan, maka seharusnya tidak ada lagi pembahasan baik saat senang ataupun saat marah tentang hal tersebut. Agar jurang itu terkubur pelan-pelan hingga dua gunung itu bisa didekatkan dan disatukan.
Adapun Zaid dan Zainab yang mengalami tragedi pernikahan karena ketidaksetaraan, masing-masing telah dihibur oleh Allah langsung. Zaid merasa sangat terhormat dengan namanya menjadi satu-satunya shahabat yang disebut dalam Al Quran.
BACA JUGA: Usamah bin Zaid, Panglima Perang Termuda
Dan itu melupakannya dari permasalahan yang menghantam bahtera hidupnya. Sementara Zainab pun telah dihibur Allah, karena Allah langsung yang memerintahkan Nabi untuk menikahinya. Dan pasti, sebuah kemuliaan siapapun yang dinikahi Rasulullah dan masuk dalam lingkungan Ummahatul Mukminin.
Sementara jika ada keluarga yang hari ini mengalami gejala itu, segera lakukan upaya maksimal untuk mendekatkan jurang perbedaan. Karena kita bukan Zaid, bukan juga Zainab yang langsung mendapat hiburan dari Allah dari perihnya perpisahan karena ketidaksetaraan. []
Sumber: E-Book Kuliah Online Parenting Nabawiyah/Budi Ashari, Lc/2012