SEORANG pemuda terlihat sedang asyik menikmati pemandangan sungai. Di sekitar sungai itu tumbuh banyak tanaman yang sangat indah. Burung-burung pun beterbangan, menambah keindahan sore itu.
“Sungguh indah pemandangan sore ini. Sangat asri, sehingga membuat pikiran tenang,” ujar pemuda itu.
Namun, tiba-tiba pemuda itu melihat seseorang lelaki sedang menggendong bayi. Sepertinya, bayi itu adalah anaknya.
BACA JUGA: Melatih Kemampuan Konsentrasi
Lelaki itu menuju ke sungai. Olala, ia mengangkat bayi itu tinggi-tinggi. Bayi itu pun menangis dengan kencang.
“Apa yang akan lelaki itu lakukan? Apakah ia akan membuang bayi itu?” batin si pemuda.
“Kau pasti bisa berenang, anakku,” seru lelaki pemilik bayi.
Mendengar hal itu, si pemuda langsung berlari menghampiri lelaki itu. Ia harus segera menolong bayi yang ada dalam lengan lelaki itu.
“Mau kau apakan bayi itu?” teriak pemuda.
“Ini anakku. Aku ingin menjatuhkannya ke dalam sungai,” jawab lelaki pemilik bayi.
“Jika kau menjatuhkannya ke dalam sungai, bayi itu bisa mati,” seru pemuda itu.
Lelaki itu malah tertawa mendengar jawaban si pemuda.
“Kenapa kau tertawa?” tanya pemuda itu, heran “Bayi ini tak akan mati. Aku ayahnya. dan aku bisa berenang. Anakku pun pasti akan bisa berenang,” ucap lelaki itu.
Dengan cepat, si pemuda merebut bayi ini. Ia lalu menasihati lelaki itu, bahwa jika seorang ayah pandai berenang, belum tcntu anaknya juga pandai berenang. Apalagi anaknya masih bayl.
“Kau bisa berenang juga harus belajar bukan? Jika kau tak pernah belajar berenang sewaktu kecil, kau pun tak akan bisa berenang sampai sekarang,” nasihat pernuda.
Lelaki itu menyadari kesalahannya. Ia pun langsung memeluk bayi itu, dan berjanji tak akan mengulangi perbuatan yang sama.
BACA JUGA: Bayi Baru Lahir Harus Diadzani, Ini Alasan Ilmiahnya
“Kau bisa mengajari anakmu berenang kelak jika ia sudah tumbuh besar. Sekarang sayangilah anakmu, layaknya seorang ayah menyayangi anaknya,” lanjut pemuda itu.
Lelaki itu pun kembali menggendong anaknya. Ia pulang dengan penyesalan yang mendalam. Ah, ia hampir melakukan suatu perbuatan yang ceroboh akibat kebodohannya sendiri.
***
Tiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda. Jadi, jangan paksa orang lain untuk mengikuti apa yang kita lakukan