TERKAIT kisah Qabil dan Habil, ada beberapa pelajaran penting yang dapat kita perhatikan.
Pertama, kedua anak Nabi Adam itu (Qabil dan Habil) merupakan dua prototipe yang berbeda dari karakter manusia, yakni seorang Mukmin yang tenang, damai, dan lembut serta seorang yang berhati jahat, dengki, dan zalim. Dua prototipe ini selalu ada dalam kehidupan manusia kapan pun
dan di mana pun.
Kedua, sesungguhnya seorang pembunuh berarti telah menyerahkan jiwanya pada setan. Dia berdosa karena telah menuruti kehendak dan langkah setan.
Ketiga, mereka (Qabil dan Habil) adalah anak kandung Nabi Adam.
BACA JUGA:Â Qabil, Habil dan Burung Gagak yang Dikirimkan Allah
Keempat, pembunuh itu adalah anak kandung Nabi Adam. Ini mengandung isyarat penting, yakni walaupun Adam adalah seorang nabi, anaknya telah memilih jalan kekufuran dan kebatilan. Jadi, bukan hal mustahil jika para nabi mempunyai anak yang rusak dan kufur (seperti anak Nabi Adam dan Nabi Nuh) sebagaimana sangat mungkin juga orang-orang saleh mempunyai anak yang fasik.
Ini tidak akan menjadi aib bagi para orang tua yang saleh. Namun, dengan syarat, mereka telah melakukan kewajiban terhadap anak-anak mereka, yakni mendakwahi, menasihati, dan memberi peringatan.
Kelima, hendaklah kita membaca kisah itu dengan benar, sebagaimana diperintahkan Allah, yakni dengan hanya memercayai apa yang terdapat dalam Al-Quran dan hadis sahih serta tidak mengacu pada sumber lain, seperti riwayat israiliyat, cerita-cerita bohong, dan khurafat.
Keenam, wajib mengembalikan hal-hal yang mengandung pertentangan hanya kepada Allah dan menerima ketetapan-Nya. Ini menunjukkan keimanan yang benar. Dengan ini, kita dapat menuntaskan perselisihan dan mendatangkan keputusan yang tepat.
Ketujuh, sesungguhnya Allah hanya menerima kurban dari orang-orang yang bertakwa. Setiap orang yang ingin agar Allah menerimanya dan menerima amalan-amalannya maka haruslah merealisasikan ketakwaan dalam dirinya.
Kedelapan, apabila menemukan kebenaran dalam diri saudaranya, seorang Mukmin harus mengikutinya serta tidak mendengarkan hal- hal yang dapat memengaruhi hubungannya dan kecintaannya pada saudaranya.
BACA JUGA:Â Sejarah Kota Aden, Lokasi Makam Habil dan Qabil (1)
Kesembilan, tidak mungkin seorang Mukmin membunuh seorang Mukmin yang lain, kecuali karena kesalahan atau tidak sengaja.
Kesepuluh, hal yang menghalangi seorang Mukmin dari menumpahkan darah saudaranya adalah rasa takut kepada Allah, Rabb semesta alam, bukan karena dia lemah, takut, dan tidak mempunyai kemampuan.
Kesebelas, seorang pembunuh memikul dua dosa, yakni dosa dirinya karena telah membunuh dan dosa orang yang terbunuh walaupun orang itu adalah pembunuh juga.
Kedua belas, seorang pembunuh mengalami konflik kejiwaan yang parah dan ini terjadi ketika dia melakukan dosanya yang pertama kali. Dalam jiwanya, terjadi pergulatan batin antara kebenaran (kebaikan) dan bujukan (bisikan) setan.
Ketiga belas, kewajiban untuk menguasai ilmu dan pengetahuan modern-dalam rangka memahami Al-Quran lebih mendalam-serta memperkaya dimensi barunya sebagaimana ketika kita menganalisis makna ayat hawa nafsunya (Qabil) mendorong untuk membunuh saudaranya… (Qabil) berkata, “Celakalah aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini sehingga aku dapat mengubur mayat saudaraku?” Jadilah dia termasuk orang-orang yang menyesal … Siapa yang membunuh seseorang bukan karena (orang yang dibunuh itu) telah membunuh orang lain atau karena telah berbuat kerusakan di bumi maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia.
Keempat belas, sesungguhnya ketika berbuat dosa, seseorang mengalami kerugian yang fatal.
Kelima belas, kadang-kadang, manusia yang sombong, takabur, dan congkak tidak mampu menuntaskan sebagian persoalan dari masalah yang sangat mudah.
Keenam belas, penyesalan ada dua macam, yakni penyesalan yang menggiring kita pada tobat dan ampunan serta penyesalan yang tidak mengarah pada ini (tobat dan ampunan), yakni penyesalan dari orang yang lemah, penakut, dan merugi.
Ketujuh belas, seseorang yang membolehkan dirinya membunuh orang lain tanpa hak maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Ini dikarenakan keinginan menjauhkan diri dari pembunuhan ada sebelum seseorang berbuat dosa. Sementara itu, jika setelahnya, rasa itu akan hilang dan lenyap sehingga pembunuhan telah menjadi sebuah pekerjaan, kebiasaan, atau hobi.
BACA JUGA:Â Kisah Qabil dan Habil, 2 Anak Nabi Adam
Kedelapan belas, manusia wajib menghentikan para pembunuh dan orang-orang yang telah melampaui batas dengan tangan mereka serta melarang mereka dari mengikuti sifat setan yang ada dalam diri mereka.
Kesembilan belas, bangsa Yahudi adalah bangsa yang paling banyak melakukan pembunuhan, permusuhan, kezaliman, dan pertumpahan darah.
Kedua puluh, siapa pun yang mengerjakan kebaikan maka dia berhak atas pahalanya sekaligus pahala orang yang mengamalkannya, setelahnya hingga Hari Kiamat nanti, karena dia adalah panutan bagi orang lain dalam hal kebaikan. Siapa pun yang mengerjakan kejahatan maka dia berhak atas dosa dirinya dan dosa orang-orang yang mengerjakannya, setelahnya hingga Hari Kiamat nanti, karena dia adalah contoh buruk bagi orang lain.
Demikianlah Qabil yang pendengki dan pembunuh memiliki andil dalam setiap pembunuhan tanpa hak hingga Hari Kiamat kelak karena dialah orang pertama yang melakukan pembunuhan di muka bumi.[]
SUMBER: PUSAT STUDI QURANÂ