RASULULLAH ﷺ dikelilingi oleh para sahabatnya dengan karakteristik yang beragam. Ada yang dikenal tegas dan keras seperti Umar bin Khattab, pun sahabat yang dikenal pemalu yakni Utsman bin Affan. Namun, tahukah kamu ada sahabat terdekat Rasulullah yang paling usil pada masanya? Dia bernama Nuaiman bin Amr, salah satu sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang terkenal dengan sifatnya yang lucu, kreatif, dan sering bikin kejutan.
Meskipun suka bercanda, keimanannya dan cintanya kepada Rasulullah ﷺ tetap kuat dan tulus. Kisah hidup Nuaiman mengajarkan kita bahwa humor dan kebahagiaan bisa jadi bagian dari kehidupan beragama, dan seorang Muslim tetap bisa jadi panutan meskipun caranya berbeda dari sahabat-sahabat lainnya.
Kepribadian Nuaiman bin Amr
Nuaiman berasal dari suku Bani Najjar dan merupakan salah satu sahabat yang turut serta dalam berbagai peperangan, termasuk Perang Badar. Meskipun ia adalah seorang prajurit yang berani di medan perang, Nuaiman juga dikenal sebagai sosok yang humoris dan sering kali membuat orang di sekitarnya tertawa dengan kejenakaannya.
BACA JUGA: 7 Sahabat Nabi yang Berkulit Hitam, Selain Bilal bin Rabbah!
Kepribadian Nuaiman yang ceria ini sangat disenangi oleh Rasulullah ﷺ, bahkan meski kadang-kadang tingkah lakunya mengundang kehebohan, Nabi selalu menanggapinya dengan penuh kasih sayang. Rasulullah ﷺ memahami bahwa setiap orang memiliki kepribadian yang unik, dan humor Nuaiman bukanlah tanda kelemahan dalam keimanannya, melainkan bagian dari sifat manusia yang membuatnya istimewa.
Nuaiman bin Amr Membeli Madu untuk Rasulullah ﷺ
Salah satu kisah yang paling terkenal dari Nuaiman adalah ketika ia membuat Rasulullah ﷺ tertawa dengan aksinya yang kreatif dan mengejutkan. Suatu ketika, Nuaiman melihat penjual madu di Madinah. Karena ingin menghadiahkan sesuatu yang manis kepada Rasulullah, Nuaiman membeli madu tersebut tanpa membawa uang. Ia kemudian membawa madu itu kepada Nabi Muhammad ﷺ sebagai hadiah.
Setelah memberikan madu tersebut, Nuaiman pergi kepada penjualnya dan mengatakan bahwa Rasulullah yang akan membayar madu itu. Penjual madu pun pergi menemui Rasulullah dan meminta pembayaran. Rasulullah, yang tidak tahu bahwa madu itu belum dibayar, merasa heran.
Ia kemudian memanggil Nuaiman dan bertanya tentang hal tersebut. Dengan penuh kejujuran, Nuaiman menjelaskan bahwa ia sangat ingin memberikan hadiah kepada Nabi, tetapi ia tidak memiliki cukup uang, sehingga ia meminta Nabi untuk membayarnya.
Mendengar penjelasan ini, Rasulullah ﷺ tersenyum dan bukan hanya membayar madu tersebut, tetapi juga menikmati kejenakaan Nuaiman. Rasulullah ﷺ tidak marah, sebaliknya ia menghargai niat baik Nuaiman yang ingin memberikan sesuatu kepadanya. Kisah ini menunjukkan betapa Rasulullah menghargai keunikan setiap sahabatnya dan bagaimana ia selalu menanggapi setiap situasi dengan kebijaksanaan dan kelembutan.
Nuaiman dan Unta yang Mengundang Tawa
Kisah lain yang menunjukkan kejenakaan Nuaiman terjadi ketika ia dan para sahabat sedang dalam perjalanan bersama Rasulullah ﷺ. Di salah satu persinggahan, Nuaiman melihat unta milik salah seorang sahabat yang sedang diikat. Dengan niat bercanda, Nuaiman melepaskan ikatan unta itu sehingga unta tersebut kabur dan membuat para sahabat panik.
Ketika Rasulullah ﷺ mengetahui perbuatan Nuaiman, beliau memanggilnya dan bertanya mengapa ia melakukannya. Dengan polos dan penuh canda, Nuaiman berkata bahwa ia hanya ingin melihat apa yang akan terjadi jika unta itu kabur.
Sekali lagi, Rasulullah ﷺ tidak memarahinya, melainkan hanya tersenyum dan memerintahkan sahabat-sahabat lainnya untuk menangkap kembali unta tersebut.
Kisah-kisah seperti ini menunjukkan betapa Rasulullah ﷺ sangat memahami dan menerima setiap karakter sahabatnya. Meskipun Nuaiman sering kali bertingkah laku jenaka, ia tetap dicintai oleh Rasulullah karena di balik kejenakaannya, Nuaiman adalah seorang yang tulus, jujur, dan setia kepada Islam dan Rasul-Nya.
Nu’aiman bin Amr ‘Menjual’ Temannya
Kisah ini diceritakan dari Ibnu Majah, bahwa suatu hari Nu’aiman pernah diajak berdagang oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq bersama sahabat yang lain untuk pergi ke negeri Syam (daerah maju pada masanya). Salah satunya ada Suwaibith bin Harmalah.
Saat hari mulai menjelang siang, Nu’aiman yang sudah lapar menghampiri Suwaibith yang saat itu ditugaskan untuk menjaga makanan. Suwaibith dengan sikap penuh amanahnya tentu menolak saat Nu’aiman hendak meminta satu potong roti untuknya.
Hingga Nu’aiman berkata, “Kalau memang begitu, artinya kamu setuju saya buat ulah,”
Nu’aiman pun berjalan ke pasar dan mencari-cari wilayah yang menjual hamba sahaya. Pada zaman nabi dulu, hamba sahaya biasanya dijual untuk menjadi pekerja. Hingga kemudian Nu’aiman berkata kepada orang-orang di sana bahwa ia memiliki hamba sahaya dengan harga yang sangat murah.
Nu’aiman juga menyebutkan, hamba sahaya yang dimilikinya hanya memiliki satu kekurangan yakni berteriak bahwa dirinya orang yang merdeka bukanlah hamba sahaya. Mendengar itu, orang-orang di sana pun tertarik dan Nu’aiman mengajaknya mengadap Suwaibith.
“Itu ada orang yang berdiri sedang menjaga makanan, itu hamba sahaya saya,” kata Nu’aiman pada mereka. Mereka pun memberikan uang pada Nu’aiman dan menghampiri Suwaibith untuk menangkapnya.
Suwaibith yang terkejut kemudian berkata, “Saya bukan hamba sahaya, saya orang merdeka,” yang hanya dibalas oleh orang-orang tersebut bahwa mereka sudah tahu kekurangannya itu.
Selang berapa waktu, Abu Bakar Ash-Shiddiq pun kembali dan mencari-cari Suwaibith yang dijawab oleh Nu’aiman kemudian, “Sudah saya jual, wahai Abu Bakar,”
Nu’aiman pun menceritakan dengan jujur apa yang terjadi pada Abu Bakar, kemudian Suwaibith kembali ditebus oleh Abu Bakar dari orang-orang Syam itu. Sampailah kisah tersebut ke telinga Rasulullah SAW. Kisah ini yang membuat Rasulullah tertawa hingga menunjukkan gigi gerahamnya di depan para sahabat.
Perawi hadits mengatakan, bahkan setelah satu tahun berlalu, Rasulullah ﷺ pun selalu menceritakan kisah Nu’aiman dan Suwaibith ini kepada para tamunya.
Hikmah dari Kisah Nuaiman bin Amr
Kisah hidup Nuaiman bin Amr mengajarkan banyak pelajaran penting. Salah satunya adalah bahwa keunikan dalam kepribadian seseorang tidak menghalangi keimanan yang kuat. Nuaiman membuktikan bahwa setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam menjalani hidup, dan hal tersebut tidak mengurangi kecintaan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya.
Di balik kepribadian jenakanya, Nuaiman tetap memiliki keyakinan yang kokoh dan semangat dalam membela agama Islam.
Kisahnya juga menunjukkan bahwa Islam tidak selalu harus dijalani dengan serius setiap saat. Islam mengajarkan keseimbangan, dan meskipun ada saat untuk bersungguh-sungguh dalam ibadah, ada juga ruang untuk humor dan kebahagiaan.
Melalui tingkah lakunya yang jenaka, Nuaiman mengajarkan bahwa kebahagiaan adalah bagian penting dari hidup yang seimbang, dan hal tersebut bisa berjalan selaras dengan ajaran Islam.
Rasulullah ﷺ sendiri menunjukkan kelembutannya dalam menanggapi setiap orang, termasuk Nuaiman, dengan penuh kasih sayang dan pengertian.
Sikap Nabi ini mengajarkan bahwa pemimpin yang baik adalah mereka yang bisa memahami keunikan masing-masing individu tanpa kehilangan rasa hormat dan cinta.
BACA JUGA: Salah Satunya Bilal, Ini 4 Sahabat Nabi yang Bukan dari Bangsa Arab
Terakhir, meskipun Nuaiman seringkali bertindak spontan, di balik semua itu ada niat baik dan tulus yang selalu dihargai oleh Rasulullah. Ini mengajarkan kita untuk selalu melihat niat baik di balik setiap tindakan dan meresponsnya dengan kebijaksanaan.
Kisah Nuaiman bin Amr menunjukkan bahwa humor dan kebahagiaan bisa menjadi bagian dari kehidupan beragama tanpa mengurangi keimanan dan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.
Nuaiman mengajarkan kita bahwa keunikan kepribadian bukanlah halangan untuk menjadi teladan yang baik.
Rasulullah ﷺ sendiri merespons tingkah laku Nuaiman dengan kelembutan dan kebijaksanaan, memperlihatkan betapa pentingnya menghargai niat baik di balik setiap perbuatan.
Masih banyak sebenarnya kisah Nuaiman yang lain, yang semuanya memberikan pelajaran berharga tentang keseimbangan antara kebahagiaan, keimanan, dan kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan sebagai seorang Muslim. []
PENULIS: ADI JAELANI | SUMBER: DETIK.COM