Hujjatul Islam, Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghazali dalam karyanya Mukâsyafatul Qulûb mengisahkan seorang lelaki yang bertemu Rasulullah melalui mimpinya.
Dikisahkan, seorang pemuda yang bermimpi bertemu Nabi Muhammad ﷺ. Dalam mimpinya ia melihat Rasulullah memalingkan muka darinya. Lantas sang pemuda bertanya pada Rasulullah, “Wahai Nabi, apakah engkau marah kepadaku?”
“Tidak.”
“Lantas gerangan apa yang membuat Paduka enggan melihatku?”
“Maaf, saya tidak mengenalimu,” jawab Nabi Muhammad dengan lembut dan santun.
“Bagaimana engkau tidak mengenaliku sedang aku adalah umatmu. Para ulama meriwayatkan bahwa engkau lebih mengenal umatmu daripada seorang ibu terhadap anaknya.”
Rasulullah menjawab, “Mereka benar, tetapi engkau tidak pernah bershalawat kepadaku. Sedang kenalku dengan umatku tergantung pada kadar shalawatnya.”
Seketika terbangunlah lelaki itu. Dan ia berjanji untuk membaca shalawat kepada Nabi setidaknya 100 kali setiap hari. Sampai suatu hari lelaki itu kembali memimpikan Baginda Nabi.
Dalam mimpinya Nabi berkata, “Sekarang aku mengenalmu. Dan kelak aku akan memberikan syafaat kepadamu.”
BACA JUGA: Detik-detik Hijrah Rasulullah ke Madinah (1)
Lelaki tersebut telah mendapatkan buah dari pohon cinta yang ia tanam dalam hatinya serta disirami setiap hari dengan shalawat kepada Nabi.
Kisah di atas mengingatkan kita semua tentang pentingnya bershalawat kepada Baginda Nabi. Sebuah pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang. Oleh karenanya mari kita tanamkan rasa cinta pada Nabi dengan belajar dari sirah (perjalanan hidup) beliau, serta meneladani segala budi pekerti dan sunnahnya. Seraya memohon pada Allah untuk diberikan keistiqamahan dalam bershalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ. Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad. []