PADA 1939, George Dantzig adalah mahasiswa sebuah universitas di Amerika Serikat (AS). Pada suatu hari, ia datang terlambat pada mata kuliah matematika Prof. Jerzy Neyman. Ketika masuk kelas, ternyata dosen dan teman-teman kuliahnya sudah pulang.
George kemudian melihat dua buah soal pada papan tulis. Pikirnya, itu pasti PR yang baru diberikan oleh sang profesor! Dia pun segera mencatat pada bukunya dan pulang.
BACA JUGA: Walau Kondisi Sulit, Kita Harus Bangkit
Berhari-hari dia mencoba untuk menyelesaikan PR tersebut, berbagai cara ia coba. “Tidak biasanya dosen memberi tugas demikian sulitnya, tapi pasti ada jawabannya… pasti ada…,” gumamnya.
Pada akhirnya, ia berhasil mengerjakan soal nomor 1. Keesokan harinya ia pun mengumpulkan tugas tersebut, yang diletakkan di ruang kerja profesornya.
Siang hari, ia dicari oleh sang profesor yang bertanya keheranan, sekaligus penuh semangat, “Bagaimana kamu bisa menyelesaikan soal tersebut?”
George menjelaskan semua usahanya.
Anda tahu apa jawaban dari sang profesor tersebut?
BACA JUGA: Umat Rasulullah Harus Selalu Optimis di Tengah Kesulitan
Soal itu ternyata ditulis oleh sang profesor ketika ia sedang menjelaskan tentang dua buah soal tersulit di muka bumi ini dan hingga saat itu belum ada yang bisa memecahkannya!
Berarti, kalau saja saat itu George mengikuti mata kuliah tersebut, mungkin saat itu ia berpikir bahwa itu memang soal tersulit; juga berpikir bahwa memang tak ada seorang pun dapat menyelesaikannya.
George Bernard Dantzig kemudian menjadi profesor yang sangat terkenal dan disegani di Stanford University.
Dialah pemecah soal tersulit, dan dia memecahkannya ketika dia memang tak tahu bahwa yang dikerjakannya adalah soal tersulit di dunia ini. []
SUMBER: IPHINCOW