DARI Ummu Waraqah binti Naufal, bahwasannya Nabi SAW ketika hendak berperang di Badar, dia berkata, “Aku berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, izinkanlah saya untuk ikut serta dalam perang bersamamu. Aku akan merawat orang yang sakit dari kalian. Mudah-mudahan Allah menganugerahkan kesyahidan kepada diriku.”
Nabi SAW bersabda, “Tetaplah kamu di rumahmu, karena Allah Ta’ala telah menganugerahkan kesyahidan kepadamu.” Karena itulah dia dinamai asy-Syahidah.” (Sunan Abu Dawud, 591, hasan)
BACA JUGA: Kisah Keimanan dan Perjuangan Ummu hakim
Itu adalah berita kenabian yang disampaikan oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Waspada kepada Rasulullah SAW. Dengan berita itu, dia dikenal sebagai wanita yang menggapai kesyahidan (asy-Syahidah).
Dia masuk Islam dan memperbagus keislamannya. Dia berupaya menjaga shalat, mempelajari berbagai ilmu, menghafal Al-Quran Al-Karim, dan sangat ingin mengumpulkan ayat-ayat-Nya.
Nabi saw. selalu menjadikan rumahnya sebagai tujuan saat beliau berkunjung ke rumah-rumah Anshar. Beliau merasa tenang ketika menjumpainya dalam kondisi sehat dan segar. Walau diriwayatkan juga tentang kekayaan hartanya, namun dia senantiasa melimpahkan cintanya kepada orang lain dan bersikap tawadhu’. Jika Nabi saw. menyuruhnya untuk tetap tinggal di rumahnya, saat dia meminta kepada beliau untuk diizinkan pergi berjihad, dia tetap taat dan mau mendengar kata-kata beliau. Dia membaca Al-Quran, lalu dia meminta izin kepada Nabi saw. untuk mengangkat seorang muazin yang mengumandangkan azan di rumahnya.
Dia memerdekakan budak laki-laki dan budak perempuannya secara mudabbar (mudabbar adalah janji seseorang bahwa budaknya merdeka apabila majikannya mati). Kamar kedua budaknya itu menutupinya dengan tirai beludru sampai dia mati. Keduanya lantas pergi meninggalkannya.
Pagi harinya Umar berdiri di hadapan orang banyak, lalu berkata, “Siapa yang mengetahui keberadaan dua orang budak itu atau siapa yang melihat keduanya, hendaklah dia menangkap mereka dan membawanya kepadaku.”
Kedua budak itu akhirnya tertangkap dan dibunuh dengan cara disalib. Kedua orang itulah yang menjadi orang pertama yang disalib di Madinah.” (Sunan Abu Dawud, 591, berderajat hasan)
Dari Ummu Waraqah, bahwasannya Nabi saw. bersabda, “Mari kita pergi berkunjung ke rumah wanita yang syahid itu.” Beliau mengizinkannya untuk menyuruh orang mengumandangkan azan di rumahnya, mengimami keluarganya pada shalat-shalat fardhu, dan dia telah berhasil mengumpulkan Al-Quran.” (Shahih lbnu Khuzaimah, 1584, berderajat hasan)
BACA JUGA: Sifat Amanah Ummu Ammarah binti Sufyan
Dia menjadi sumber referensi yang terpercaya. Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq menjadikannya sebagai rujukan manakala dia hendak mengumpulkan AI-Quran Al-Karim dari rumah-rumah shahabat dan dari orang-orang yang menghafalkannya. Karena Rasulullah saw. tidak berbicara berdasarkan hawa nafsunya maka apa saja yang disabdakan oleh beliau pasti benar. Pada masa kekhalifahan AI-Faruq Umar ra., Ummu Waraqah mempunyai seorang budak perempuan dan seorang budak laki-laki, keduanya biasa melayaninya. Dia bersikap baik kepada keduanya, namun mereka berdua selalu mencuranginya dan mengkhianatinya. Pada suatu malam, mereka berdua membunuh Ummu Waraqah lantas keduanya melarikan diri. Keesokan harinya Umar berkata, “Aku tidak mendengar bacaan Al-Quran bibiku Ummu Waraqah tadi malam.”
Umar masuk ke rumahnya, tetapi dia tidak melihat sesuatu yang mencurigakan. Dia masuk ke tempat shalatnya, ternyata dia dapati jasad Ummu Waraqah tergeletak di sana. Umar mengirim pasukan untuk mencari dua budak yang melarikan diri itu. Akhirnya keduanya ditangkap dan disalib di Madinah karena dosa yang mereka lakukan. Dua orang itulah yang menjadi dua orang pertama yang disalib di Madinah. Umar bin Khaththab berkata, “Rasulullah saw. benar. Beliau waktu itu bersabda, ‘Mari kita pergi berkunjung kepada wanita yang syahid itu.” (Ibnu Abdil Darr) Dia adalah Ummu Waraqah binti Abdullah bin Harits bin Uwaimir bin Naufal al-Anshariyyah. Dia biasa disebut dengan Ummu Waraqah binti Naufal. []