ANDA pernah sedekah? Atau memberi orang lain? Mungkin sering ya…
Apalagi sebagai ummat Islam, banyak Ustadz dalam ceramahnya mengajak kita untuk banyak bersedekah, baik diwaktu lapang sedang banyak uang, maupun di waktu sempit kehidupan sulit.
Sedekah adalah menyisihkan sebagian harta lalu memberikannya secara suka rela kepada orang yang membutuhkan. Dalam Islam ini adalah amalan yang sangat dianjurkan. Namun dalam kehidupan sehari-hari mungkin sebagian orang berpikir bersedekah dapat mengurangi harta. Padahal tidak demikian, sebab Allah SWT akan melimpahkan rezeki kepada orang-orang yang bersedekah. Seperti yang telah dijelaskan dalam QS Al-Baqarah ayat 261:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
BACA JUGA: Sedekah, Amalan Pagi Agar Didoakan Malaikat
Namun, terkadang ada orang yang mengeluarkan rezkinya untuk diberikan pada orang lain dengan cara yang tidak bijak, tanpa dia sadari, justru ada yang sampai menyakiti perasaan orang yang menerima pemberian tersebut. Adab etika yang tidak dilakukan dengan baik, menyebabkan sedekah atau pemberian itu menjadi tidak berkah.
Mungkin ada diantara kita pernah membaca kisah Syekh Ali Thanthawi -Rahimahullah-. Beliau adalah seorang ulama sastrawan Islam – lahir di Damaskus pada tanggal 23 Jumadil Ula 1327 H bertepatan dengan 19 Juni 1909 M. Syaikh Ali Thanthawi memiliki banyak jasa pada dunia Islam . Salah satu sumbangsihnya terhadap dunia Islam yang paling penting dalam hidupnya adalah misi kampanye krisis Palestina.
Misi ini sebagai tindak lanjut dari rekomendasi Muktamar Islam yang diselenggarakan di Quds pada tahun 1953 M. Misi inilah yang membawanya menjelajahi negeri-negeri Islam hingga Indonesia. Pengabdian tulus terhadap Islam itu mendapatkan apresiasi dari banyak kalangan di berbagai Negara. Dan puncak penghargaan itu berupa anugrah Faisal Aword dari Kerajaan Saudi yang diterimanya pada tanggal 10-08-1398 H bertepatan dengan 18 January 1990 M.
Selama hidup beliau telah menulis lebih dari 15.000 artikel. Sebagian telah dicetak hingga berulang kali. Keindahan karya beliau terletak pada bahasanya yang mudah dengan tetap mempertahankan konsep philology sastra Arab yang tinggi. Banyak sastrawan yang menilai bahwa beliau Rahimahullah termasuk ulama yang sukses membawa ruh sastra kedalam dunia fiqih sebagaimana Ibnu Qutaibah dalam dunia Hadits.
Salah satu tauladan hidup beliau adalah kisahnya dalam mendidik anak untuk menjaga adab dalam bersedekah. Berikut kisahnya :
Syekh Ali Thanthawi menceritakan dialog beliau dengan anaknya:
Semalam aku melihat anak gadisku mengambil sedikit nasi ditambah dengan beberapa sayur buncis. Ia meletakkannya di atas piring kaleng. Setelah itu ia tambahkan lagi beberapa potong terong, mentimun dan beberapa butir kacang polong. Selanjutnya ia bergegas keluar rumah.
Aku segera mencegat dan bertanya,
“Untuk siapa makanan ini?”
Dia menjawab ,”ini untuk satpam penjaga rumah, nenek menyuruhku melakukan ini, jawabnya.”
Lalu aku berkata :
“Coba ambil satu buah piring kaca, letakkan semua makanan ini di atasnya, dan atur letaknya dengan bagus.Setelah itu letakkan piring ini di atas baki, dan sertakan dengannya sendok-garpu dan segelas air.”
Anak gadisku segera melaksanakan sesuai arahanku dan mengantarkan makanan itu kepada satpam rumah.
Saat ia kembali, ia bertanya :
“Kenapa abah menyuruhku melakukan hal itu?”
BACA JUGA: 2 Wajah Sedekah
Aku menjawab:
“Makanan itu sedekah dengan “HARTA”, sedangkan menyajikannya dengan indah itu adalah sedekah dengan “PERASA’AN”. Sedekah yang pertama dapat memenuhi perut, sedangkan yang kedua memenuhi hati. Sedekah dengan harta akan menimbulkan perasaan di hati satpam bahwa ia seorang peminta-minta yang kita beri sisa-sisa makanan. Adapun sedekah dengan perasaan akan menimbulkan rasa bahwa ia adalah teman akrab kita atau tamu kita yang terhormat.
Di sana ada perbedaan yang amat siknifikan antara pemberian dengan harta dan pemberian dengan jiwa/perasa’an.
Pemberian dengan jiwa, penuh nilai perasa’an, besar nilainya di sisi Allah SWT dan di dalam perasaan orang yang menerima sedekah.
Sungguh tauladan yang nampaknya sederhana, tapi sangat penting kita perhatikan dan amalkan, sehingga pemberian sedekah kita berkah dinilai Allah SWT. Wallahu a’lam. []