DIRIWAYATKAN ada seorang lelaki miskin yang kemudian menjadi kaya raya dan kikir. Syalabah, begitu ia disapa oleh tetangga-tetangganya. Setiap hari, tetangga dan saudaranya selalu menyaksikan bahwa kekayaan telah membuat Syalabah menjadi orang yang sombong dan kikir.
Para tetangga Syalabah senantiasa mengingatkan untuk membayar zakat dan bersedekah kepada fakir miskin serta anak-anak yatim. “Wahai Syalabah saudara kami, ingatlah kepada saudara-saudaramu yang kurang beruntung. Peliharalah anak-anak yatim di sekitarmu, niscaya harta dan kekayaanmu akan bersih dari godaan setan yang terkutuk,” kata salah seorang saudara Syalabah.
BACA JUGA: Menjauhi Sifat Kikir, Hidup akan Bahagia
Mendengar nasihat-nasihat tersebut, Syalabah bukan bertambah sadar atas sifat buruknya malah makin sombong dan membenci mereka. “Hai kalian semua, apa pedulinya aku mesti menyantuni anak yatim dan fakir miskin. Aku dapatkan harta ini dengan kerja keras dan memeras keringat dari pagi hingga malam, bukan karena malas-malasan. Harta ini pun juga bukan milik Allah yang mesti aku bagi dengan orang-orang miskin seperti kalian,” ketus Syalabah.
Walaupun mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan, saudara-saudaranya terus mengingatkan Syalabah. “Wahai Syalabah, kesombongan dan kikir itu adalah sifat-sifat tidak terpuji paling disukai setan yang menjadi musuh nyata bagi manusia.”
Tetap saja Syalabah tidak memedulikan nasihat-nasihat dari saudaranya. “Harta ini bukan milik siapa-siapa kecuali milikku. Tidak seorang manusia yang akan mengatur tentang harta kekayaanku kecuali diriku sendiri,” kata Syalabah dengan sombong.
Bingung dengan sikap Syalabah yang keras kepala, saudara-saudara Syalabah menemui Rasulullah. “Wahai Rasulullah, saudara kami yang bernama Syalabah telah berpaling dari ajaranmu. la telah menjadi orang yang sombong dan senang memamerkan harta kekayaannya. Kami telah menasihatinya berulang-ulang untuk membelanjakan sebagian hartanya di jalan Allah. Tapi, ia malah menghardik anak-anak yatim dan fakir miskin,” ujar salah satu saudara Syalabah.
Mendengar perkataan mereka, Rasululah shalallahu ‘alaihi wa sallam segera mengutus sahabatnya Abu Bakar As-Shidiq ra., “Wahai Abu Bakar, aku perintahkan kepada kamu untuk menemui Syalabah! Peringatkan dirinya agar tidak menjadi orang-orang yang merugi pada kemudian hari,” perintah Rasulullah.
Atas perintah Rasulullah, Abu Bakar pergi menemui Syalabah. “Wahai Syalabah, mengapa kamu menghardik fakir miskin dan anak yatim piatu dari rumahmu? Sesungguhnya semua harta kekayaan yang kamu punya itu adalah milik Allah. Lantas, mengapa kamu tidak berserah diri dan membelanjakan sebagian harta itu untuk menafkahi orang-orang miskin dan anak anak yatim? Sesungguhnya orang-orang yang menghardik anak yatim itu adalah sebagian orang-orang yang sangat merugi. Niscaya, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu lakukan dengan harta itu wahai Syalabah,” Abu Bakar mengingatkan.
Dengan penuh kecongkakan dan percaya diri yang berlebihan, Syalabah menjawab pertanyaan Abu Bakar, “Wahai sahabat Abu Bakar, aku berulang-ulang mengucapkan kepada orang-orang miskin itu bahwa harta yang aku miliki ini sesungguhnya hasil kerja kerasku sendiri. Orang-orang miskin itu tidak membantuku malahan sekarang merepotkan diriku dengan meminta sedekah.”
Mendengar jawaban itu, Abu Bakar tetap bersabar dan kembali berkata, “Wahai Syalabah, tidakkah kamu ingin terhindar dari kelompok orang-orang yang merugi pada kemudian hari. Janganlah kamu sakiti dan zalimi dirimu sendiri karena kebutaanmu pada harta yang hanya sekadar hiasan dunia belaka.”
Perkataan-perkataan yang bijaksana dari Abu Bakar tetap tidak dipedulikan Syalabah, malah membuat Syalabah semakin marah. “Wahai Abu Bakar, hentikan semua ucapanmu itu. Aku tidak peduli atas apa yang akan kau katakan padaku. Pulanglah segera, aku sangat sibuk hari ini dan harus bekerja guna mengumpulkan harta lebih banyak lagi,” kata Syalabah dengan suara keras.
BACA JUGA: Waspdalah, Ini Hukuman Bagi Orang yang Bersifat Kikir
Dengan hati yang sedih Abu Bakar meninggalkan rumah Syalabah dan menemui Rasulullah. “Wahai Rasulullah, aku sudah berusaha keras membujuk Syalabah untuk terhindar dari orang-orang yang merugi karena diperbudak hartanya,” ujar Abu Bakar.
Mendengar laporan Abu Bakar, Rasulullah hanya membalasnya dengan senyum seolah telah mengetahui apa yang akan terjadi terhadap diri Syalabah. Semakin hari kelakuan Syalabah semakin sombong dan kikir. Karenanya, Allah marah kepada Syalabah dan menarik kembali semua yang dimilikinya. Ladang gandum dan anggurnya musnah, ribuan kambing-kambing mati, dan semua pegawainya pun telah Iari. Tiap hari Syalabah memikirkan kekayaannya yang musnah. la pun jatuh sakit hingga akhirnya mati karena selalu memikirkan hartanya yang telah hilang. Menyaksikan kejadian yang menimpa Syalabah, para tetangga dan saudara Syalabah berkata “Sesungguhnya Allah mampu melapangkan rezeki bagi siapa saja yang dikehendaki. Dan sesungguhnya juga, Allah mampu mempersempit dan membenamkan orang-orang yang ingkar kepadanya. Allah Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.” []
Sumber: 65 Cerita Teladan/ Penulis: Sakha Aqila Mustofa/ Penerbit: PT. Wahyu Media/ 2008