KESADARAN diri seseorang untuk bertobat itu tidak bisa direkayasa atau dipengaruhi oleh orang lain. Kesadaran itu akan muncul murni dari lubuk hatinya yang paling dalam. Karena itu, nasihat atau fatwa tidak akan mampu mengubah tingkah laku seseorang bila hatinya menolak. Sebaliknya, bila hatinya lunak dan mudah tersentuh, hanya dengan kata-kata sindiran saja ia bisa berubah dan bertobat.
Diceritakan oleh Abdullah bin Massud. Pada suatu malam, Abdullah bin Mas’ud berjalan di suatu tempat yang berada di pinggiran Kota Kufah. Di tempat tersebut banyak berkumpul pemuda berandal yang gelandangan sedang minum khamr. Di antara mereka ada seorang pemuda yang bernama Zadzan. Dalam keadaan mabuk berat, ia bernyanyi. Zadzan ini termasuk orang yang memiliki suara merdu. Oleh karena itu, teman-temannya menyuruhnya untuk bernyanyi. Saat mendengar kemerduan suara Zadzan ini, Abdullah bin Mas’ud lalu berkomentar, “Alangkah baiknya jika suara yang merdu itu digunakan untuk membaca Al-Our’ an.”
BACA JUGA: Taubatnya Hindun binti Utbah
Zadzan langsung berhenti bernyanyi mendengar komentar Abdullah bin Mas’ud tersebut. la kemudian meletakkan selendangnya di atas kepalanya, seraya bertanya kepada temannya, “Siapa orang itu?”
Teman-temannya menjawab, “Dia adalah Abullah bin Mas’ud, seorang sahabat Rasulullah saw.”
“Apa yang dikatakan olehnya?” tanya Zadzan lagi.
Mereka menjawab,””Alangkah baiknya jika suara yang merdu itu digunakan untuk membaca Al-Qur an.”
Zadzan ini Setelah mendengar jawaban seperti itu, hatinya seketika bergetar. la sadar akan kesalahannya selama ini, yang tidak pernah menghiraukan seruan agama, apalagi menjalankan kewajibannya. Maka, tanpa pikir panjang ia pergi menyusul Abdullah bin Mas’ud. Di hadapan Abullah bin Mas’ud, ia meletakkan sapu tangannya di lehernya, kemudian menangis terisak-isak sambil merangkul Abdullah bin Mas’ud.
BACA JUGA: Untuk Sempurnanya Taubat
Melihat kejadian itu, karena terharunya Abdullah juga tidak mampu menahan air matanya. Akhirnya, keduanya menangis sambil berangkulan. Di tengah isak tangisan, Abdullah berkata, “Bagaimana mungkin aku tidak mencintai orang yang telah dicintai Allah?”
Mendengar ucapan Abdullah bin Mas’ud ini, tangisan pemuda gelandangan Itu semakin keras. Hatinya telah luluh. Di hadapan Abdullah, seketika itu juga ia menyatakan tobatnya kepada Allah atas segala dosa yang pernah dijalaninya dengan segala penyesalannya. la juga akan belajar AI-Qur’an kepada Abdullah bin Mas’ud. Dengan ketekunannya belajar Al-Qur’an dari Abdullah bin Mas’ud serta menimba ilmu-ilmu lain darinya, akhirnya Zadzan menjadi seorang yang alim dalam bidang agama dan tekun beribadah. Karena pergaulannya sehari-hari sering dengan Abdullah bin Mas’ud. Demikianlah perjalanan tobat seorang gelandangan yang setiap hari bergelut dengan kemaksiatan dan kedurhakaan, namun akhirnya menjadi seorang perawi hadis yang setelah bertobat tekun mendalami ilmu agama. []
Sumber: Dahsyatnya Taubat ; 42 Kisah orang yang Bertobat/ Penulis: Isnaeni Fuad/ Penerbit: Gema Insani/ 2008