Oleh, Muhaimin Iqbal
CERITA ini saya adopsi dari pengalaman salah satu nasabah Gerai Dinar. Tahun 2008 ketika dia berusia 65 tahun sudah merasa sangat lelah dengan pekerjaannya, dia ingin istirahat tidak lagi bekerja namun juga tidak ingin menjadi beban orang lain. Pada saat yang bersamaan dia ingin tabungannya mampu melawan inflasi sehingga dapat menopang kebutuhan hidupnya sampai akhir hayat. Yang dia lakukan ini bisa menjadi contoh bagi para pensiunan lainnya.
Pada pertengahan Oktober 2008 ketika harga Dinar berada di Rp 1,197,000 dia mengkonversi sebagian tabungan dan dana pensiunnya menjadi 1,000 Dinar atau setara Rp 1,197,000,000 saat itu. Sebagian yang lain dia pertahankan dalam Rupiah dan Dollar karena akan dipakai untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan jangka pendek lainnya.
Uang tabungan dan dana pensiun yang tidak dikonversikan ke Dinar habis untuk mencukupi kebutuhannya selama tiga tahun kemudian yaitu sampai September 2011. Selama tiga tahun tersebut  Dinar belum digunakan tetapi juga hanya bertambah sedikit saja yaitu menjadi 1,010 Dinar, bila dikonversikan menjadi Rupiah pada September 2011 Dinar tersebut telah menjadi Rp 2,248,000,000,- atau mengalami kenaikan sekitar 88% dalam tiga tahun.
Untuk mempertahankan standar kehidupannya, beliau ini kemudian sejak Oktober 2011 menjual 10 Dinar per bulan untuk membiayai kehidupan sehari-harinya. Berikut adalah analisa pembandingnya seandainya pada Oktober 2008 tersebut beliau memutuskan untuk semua uangnya di deposito-kan (tidak membeli 1000 Dinar).
Dengan tingkat bagi hasil rata-rata deposito 6 % per tahun, bila dibelanjakan dengan standar kwalitas kehidupan yang tetap – setara 10 Dinar per bulan, maka tabungan beliau bila ditaruh di deposito akan habis pada bulan April 2016 atau ketika beliau baru berusia sekitar 73 tahun.
Dengan Dinar yang mampu melawan inflasi, tabungan Dinar beliau insyaallah akan cukup mempertahankan kwalitas kehidupan dengan 10 Dinar per bulan sampai bulan Februari 2020 atau sampai usia beliau 77 tahun. Dengan dana pensiun berbasis Dinar ini beliau tidak perlu mencemaskan efek inflasi karena hasil penjualan 10 Dinar tersebut akan menyesuaikan atau bahkan mengungguli angka inflasi.
Bila trend kenaikan harga Dinar tahun-tahun mendatang mengikuti trend kenaikan yang sama di kisaran 1.5 % per bulan selama 4 tahun terakhir, nilai 10 Dinar per bulan yang sekarang sekitar  Rp 22,000,000 akan  menjadi skitar Rp 85,000,000 pada saat dana pensiun tersebut habis di bulan Februari 2020.
Banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah dana pensiun yang tidak segera habis tersebut. Pertama dengan pengelolaan berbasis Dinar yang kebal inflasi bahkan mampu mengunggulinya, para pensiunan akan mampu menjaga kwalitas kehidupannya untuk waktu yang lebih lama – ketimbang dana pensiun yang hanya di depositokan.
Kedua, meskipun dalam Dinarnya tetap – para pensiunan bisa menaikkan uang pensiunnya (dalam Rupiah) secara otomatis melawan inflasi. Pensiun dengan 10 Dinar per bulan  (Rp 22,000,000) sekarang cukup – delapan tahun lagi 10 Dinar per bulan (Rp 85,000,000) insyaAllah juga tetap cukup. Itulah yang saya sebut uang pensiun yang tidak segera habis itu ! InsyaAllah. (Islampos/GeraiDinar)