KETIKA dua tokoh Quraisy, Umair bin Wahab Al-Jumhani dan Shafwan bin Umaiyah, sedang duduk-duduk bersama untuk merenungi nasib kekalahan mereka untuk membalaskan dendam yang telah mati, “Demi Tuhan, seandainya aku tidak memiliki hutang yang harus ku lunasi dan kekhawatiran atau keselamatan keluargaku setelah kehilanganku, sungguh aku akan pergi menemui Muhammad dan membunuhnya.”
Shafwan mendorong semangat Umair, dia berkata, “Semua utangmu di atas tanggunganku, sedangkan keluargamu bersama keluargaku. Aku akan menjamin keselamatan mereka seumur hidup mereka, aku tak akan berbuat berat sebelah sehingga melemahkan keluargamu.”
BACA JUGA: Orang Quraisy yang Pemurah dan Teramat Ramah
Kata-kata itu telah terpaut di hati Umair, maka dengan tekadnya ia meyusun rencana untuk melakukan pengkhianatan terhadap Nabi. Maka dia mengasah pedangnya dan melumurinya dengan racun. Kemudian dia berangkat, hingga sampailah di kota Madinah.
Namun ketika Umar bin Khatab melihat keliaran Umair dengan pedang di tangannya, maka kekhawatirannya membuat ia mengambil tindakan untuk mengatakan kedatangan Umair dengan niat buruknya itu.
“Anjing ini adalah musuh Allah, Umair bin Wahab. Dia datang dengan membawa niat tidak baik, akan tetapi ia ingin berbuat keonaran. Kita telah menduga ialah orang yang menghasut kaum Quraisy untuk memerangi kita di perang Badar.” Lalu Umar pun pergi melapor kepada Rasulullah.
Setelah itu, mata pedang Umar ia arahkan pada Umair dan tangannya mencengkram baju Umair, kemudian ia seret ke hadapan Nabi.
Umar pun berkata kepada orang-orang Anshar, “Masuk lah bersama Rasulullah, dan berwaspadalah dari ancaman si keji ini. Karena sesungguhnya dia tidak bisa di percaya.”
BACA JUGA: Deklarasi Sumpah Setia Kaum Quraisy
Nabi yang melihat perlakuan Umar terhadap si keji tadi, maka ia memberi perintah, “Lepaskan dia, wahai Umar! Dan wahai Umair tetap di tempatmu!”
Nabi pun menginvestigasi Umair dan dia berusaha mengelak. Setelah di desak secara terus-menerus, dia akhirnya kehabisan akal untuk mencar jalan keluar. Maka ia pun membuka rencana kedatangannya dan dia berikrar masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimah sahadat serta bertaubat atas perbuatannya. []
Sumber: Kejeniusan Umar/ Penulis: Abbas Mahmud AL Akkad/ Penerbit: Pustaka Azzam, 2002