MALAYSIA–Seorang wanita bernama Zuraiha Zaini (27) mengaku sedih setelah menikah dengan laki-laki pujaan hatinya. Pasalnya, Zuraiha justru mendapat banyak nyinyiran karena orang-orang menganggap pernikahannya sebagai cinta beda kasta.
Cerita Zuraiha, wanita asal Malaysia ini, diangkat oleh media Malaysia, MStar. Kisahnya menjadi viral, setelah ia mengunggah status curhat di Twitter.
Zuraiha yang juga pemilik gelar master atau S2 ini mengaku sedih lantaran ia mendapat cibiran dari sejumlah warga kampung, bahkan kerabat sendiri.
BACA JUGA: Banyak Warganya Tak Mau Menikah Jadi Ancaman Serius Korea Selatan
Banyak yang mengaku heran, ketika Zuraiha memutuskan menikah dengan seorang sopir truk. Orang-orang menyayangkan keputusan Zuraiha.
Ada pula yang curiga, Zuraiha menerima lamaran itu karena uang saja. Bahkan ada yang menyebut, keluarga Zuraiha pastilah mau karena uang hantaran yang diberikan sangat besar.
Zuraiha pun akhirnya buka suara. Ia membantah kalau ia terpikat karena uang.
Selain itu, ia menulis kalimat yang begitu menohok kepada mereka yang mempertanyakan keputusan menikahi sopir truk.
Ia menulis di media sosial: “Orang kampung mengolok ayah dan ibu saya. Anak pandai, kok dinikahkan dengan sopir truk. Ibu-ibu, tak ada yang hina menikah dengan sopir truk. Kita semua adalah hamba yang belum tentu mulia juga di hadapan Allah.”
Zuraina mengaku statusnya itu merupakan curahan hati, betapa dia begitu membanggakan suaminya, yang dinikahinya pada 17 Agustus 2019 lalu.
Zuraiha merupakan lulusan S2 di Universitas Pendidikan Sultan Idris Tanjung Malim, Perak. Dia mengaku sudah mengenal suaminya sejak di SMA, 10 tahun lalu.
“Saya meneruskan ke perkuliahan. Sementara dia tidak bernasib baik. Selepas SMA, dia bekerja serabutan di kampung. Dia kemudian menjadi sopir truk, dari awalnya mengantar barang di kawasan setempat, kemudian keluar dari kampung, saat kami tunangan Januari lalu,” ujar Zuraiha, yang kini bekerja menjadi guru.
Ia mengatakan, cibiran soal pernikahannya itu mulai bermunculan saat dia masih berpacaran. Bahkan, hendak menikah pun, ada kerabat yang mempertanyakan keputusannya.
“Ada sepupu tanya kenapa saya tidak menikah saja dengan guru lain atau teman kuliah. Itu ditanyakan 24 jam sebelum saya menikah.”
“Saat resepsi, ada tetangga kampung tanya ke ayah dan ibu saya, kenapa saya ini punya gelar master tapi dinikahkan dengan sopir truk. Tak pantas kata mereka.”
“BIla ada yang bertanya soal suami saya, saya akan bangga bilang kalau suami saya sopir truk. Jodoh adalah ketentuan Tuhan,” ujar Zuraiha.
Zuraiha juga memastikan kalau keluarganya tak meminta uang hantaran yang tinggi.
BACA JUGA: Cinta dalam Pernikahan, Bukan hanya Sebatas Perasaan
“Saya bersyukur dan terharu, karena keluarga saya minta uang hantaran sesuai kemampuan keluarga laki-laki. Keluarga suami kemudian memberi kami Rp 27 juta, nilai yang melebihi ekspektasi saya,” kata Zuraiha.
Zuraiha mengatakan, meski suaminya sopir truk, tapi gaji bulanannya lebih besar darinya.
“Jangan pandang rendah pekerjaan sopir truk. Kami sekeluarga menerima dia seadanya, karena sikapnya yang tanggungjawab, penyabar, dan suka membantu.”
“Bagi saya menikah itu tak perlu lihat taraf pendidikan. Yang wajib dalam pernikahan itu hanyalah mas kawin. Kami pun menikah secara sederhana. Yang penting adalah calon suami kita itu bisa jadi kepala keluarga yang bertanggungjawab,” pungkasnya. []
SUMBER: MSTAR