Oleh: Arya Noor Amarsyah
KISAH berikut ini saya peroleh dari seorang ustadz. Ada seorang pengusaha sukses di Timur Tengah, dia divonis bahwa keberhasilan operasinya hanya fifty-fifty. Bila operasinya berhasil, dia sehat. Jika tidak, dia akan menjadi almarhum. Pria ini memang menderita penyakit lever.
Beberapa hari menjelang operasi, dia pergi dengan mobil mewahnya. Dengan ditemani seorang supir, mobilnya berhenti di depan sebuah rumah makan. Pengusaha itu hanya duduk di dalam mobilnya. Dalam kondisi yang penuh kepayahan, menahan beratnya penyakit, matanya melihat kondisi di sekeliling rumah makan.
Pandangannya terhenti pada sebuah pemandangan yang membuat matanya tidak dapat berpindah. Dia melihat seorang wanita tua sedang mengais-ngais di tempat sampah. Wanita tua itu mengambil sebongkah tulang yang masih ada di atasnya serpihan-serpihan daging. Serpihan-serpihan daging yang masih menempel itu, dilepas satu persatu dari tulang. Tulang yang sudah tidak berdaging itu dibuang kembali ke tempat sampah.
BACA JUGA: Penyampai Kebaikan Itu Seperti Dokter
Suatu pemandangan yang menyayat hati si pengusaha itu. Dia dapat dengan mudah makan daging kapan saja, sementara wanita tua itu harus dengan susah payah untuk memperoleh daging yang hanya dalam bentuk serpihan-serpihan.
Pemandangan yang menyayat hati ini, mendorong si pengusaha membuka pintu mobilnya. Berjalan dengan tertatih-tatih kepayahan. Dia pergi menemui pemilik rumah makan. Dia mengajak pemilik restoran menemui wanita tua yang sedang mengais sampah.
Pengusaha itu berkata, “Pak, tolong ibu ini setiap seminggu sekali selama setahun diberikan daging. Nanti saya yang bayar.”
Pemilik restoran, “Baik, tuan.”
Wanita tua yang mendengarkan percakapan ini terkejut. Usai mengucapkan terima kasih, dia melantunkan doa-doa yang teramat panjang, salah satu doanya adalah, “Semoga tuan diberi kesehatan oleh Allah swt.”
Pengusaha itu pun berjalan kembali ke mobilnya. Dia merasa heran, kalau tadi dia berjalan tertatih-tatih, kini dia berjalan dengan gagahnya kembali ke mobil.
Ketika hari operasi tiba, dokter pun memeriksa kondisi kesehatan pengusaha itu terlebih dahulu. Dokter terkejut, kondisi kesehatan si pengusaha sudah kembali pulih.
Allah memberikan kesembuhan kepada si pengusaha lewat doa ibu tua itu. Ini membuktikan bahwa kita membutuhkan orang lain. Kita butuh berbuat baik kepada orang lain.
Sebab, bila kita berbuat baik kepada orang lain akan berpulang kepada diri kita sendiri.
Banyak hadits yang menjelaskan hal ini.
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mu’min di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR. Muslim).
BACA JUGA: Sakit Sebagai Jalan Kebaikan
Hadits di atas menjelaskan bahwa berbuat baik (menolong atau menutup aib) orang lain berpulang kepada diri sendiri. Baik dalam bentuk dihilangkannya kesulitan di hari kiamat maupun kemudahan di dunia dan akhirat atau ditutupinya aib di dunia dan akhirat.
Dalam hadits yang lain,“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” (HR. Muslim no. 4912).
Hadits di atas menjelaskan bahwa bila kita berbuat baik (mendoakan) sesama muslim akan berdampak malaikat mendoakan kita doa yang sama.
Bagaimana dengan doa berikut ini, “Ya Allah ampunilah dosa kaum muslimin, muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah tiada, di setiap tempat dan di setiap zaman. Wahai Allah Yang Maha Pemurah.”
Coba bayangkan berapa banyak malaikat yang mendoakan kita, bila kita memanjatkan doa di atas. Kita mendoakan seluruh kaum muslimin, muslimat, mukminin dan mukminat. Bukan hanya yang masih hidup, tapi juga yang telah tiada. Bukan hanya di masa lalu, sekarang, tapi di masa yang akan datang.
Mungkin teman-teman pernah membaca kisah seseorang yang setiap tahunnya dapat menunaikan haji. Mengapa bisa begitu? Bagaimana caranya? Apakah dia orang kaya? Apakah dia pembimbing haji?
Orang ini dapat menunaikan haji setiap tahun, karena Allah mengabulkan doa seorang nenek yang sangat berterima kasih padanya. Karena dia memohon kepada salah seorang penumpang untuk berbuat baik dengan memberikan tempat duduk untuk nenek itu. Tapi permohonannya ini ditolak. Dia kembali berusaha hingga tiga kali. Permohonan yang ketiga kali inilah, orang itu baru mau memberikan tempat duduknya kepada nenek itu.
BACA JUGA: Orang Telah Wafat, Ceritakan Kebaikannya
Nenek itu amat berterima kasih dan langsung melantunkan doa-doa kepada orang yang telah berjasa itu. Salah satu doanya agar orang yang berjasa itu dapat menunaikan ibadah haji.
Saya mendengar cerita seorang ibu-ibu. Dia baru saja memberikan infak, sekaligus membayar parkiran. Ketika melihat pemberian ibu-ibu itu, tukang parkir terkejut. Biasanya dia menerima Rp 2000, dia menerima uang sebesar Rp 10.000. Dia pun melantunkan doa-doa kepada ibu-ibu itu.
Oleh karenanya kita butuh orang lain. Butuh orang lain yang perlu dibantu. Butuh orang lain yang mengharapkan doa kita. Kaum muslimin, muslimat, mukminin dan mukminat yang telah tiada membutuhkan doa-doa kita. Karena mereka tidak lagi dapat berdoa.
Bila kita berbuat baik kepada orang lain, insya Allah semuanya berpulang kepada kita sendiri. Jika dipikir-pikir, perbuatan baik di atas, cukup sederhana.
Mari kita berbuat baik pada orang lain! []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word