DALAM Islam ada dua kitab hadis shahih dan terkemuka yang menjadi rujukan utama, yakni Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim. Keduanya dianggap sebagai kitab yang paling otentik dan terpercaya setelah Alquran.
Kata “Sahih” sendiri berarti “asli”. Tak heran, kedua kitab Shahih yang dikarang dua ahli hadis terkemuka dalam sejarah Islam itu tetap jadi rujukan utama yang telah digunakan berabad-abad oleh umat Islam. Bahkan, banyak ulama dan cendikiawan muslim yang lahir dan berhasil menulis kitab-kitab terkemuka dengan bersumber pada kedua kitab Shahih itu.
Lantas, seperti apa kedua kitab itu?
BACA JUGA: 4 Fungsi Hadis terhadap Alquran
Berikut ulasannya:
Kitab Hadis Shahih: Shahih Al-Bukhari
Sahih Al-Bukhari disusun oleh Imam (pemimpin) Hadits, Muhammad Ibn Isma’eel Al-Bukhari. Dia lahir pada 194H di Bukhara, Asia Tengah.
Dia melakukan perjalanan pada usia dini mencari pengetahuan ke Hijaz (Makkah dan Madinah), Suriah Kuno, Irak, Mesir dan berbagai tempat yang menjadi sumber pengetahuan dalam sejarah Islam lainnya. Ia telah belajar kepada lebih dari 1000 ulama.
Dia mengabdikan lebih dari 16 tahun hidupnya untuk menyusun kompilasi utuh dari karya besar ini. Dikatakan bahwa Imam Al-Bukhari mengumpulkan lebih dari 300.000 Hadis dan dia sendiri menghafal 200.000 Hadis yang beberapa di antaranya tidak dapat dipercaya.
Dia menulis banyak buku terutama tentang bibliografi perawi Hadis dan buku-buku lain tentang berbagai masalah Fiqh (yurisprudensi Islam). Namun, bukunya ‘Sahih Al-Bukhari’, menonjol sebagai buku Hadis yang paling otentik.
Shahih Al-Bukhari merupakan buku pertama yang hanya berisi Hadits shahih, Sedangkan kitab hadis yang sudah ada sebelumnya, seperti kitab Al Muwatha karya Imam Maliki, berisi beragam hadis baik shahih maupun hasan dan lainnya. Ada pula kitab hadis yang memuat ucapan para sahabat dan lainnya.
https://www.youtube.com/watch?v=HvSuhrTcdZg&t=38s
Dalam kitab Shahih-nya, Imam Al-Bukhari mengelompokkan hadis Nabi dalam berbagai judul yang berhubungan dengan poin-poin tertentu dari yurisprudensi Islam.
BACA JUGA: Hadist, Kenapa Harus Shahih Bukhari dan Muslim?
Pada masanya, mazhab hukum pada umumnya telah didirikan dan tujuannya adalah untuk membuat katalog sunah yang dianggap otentik sehubungan dengan topik fikih masing-masing.
Sebelum dia mencatat setiap Hadis, dia akan berwudhu dan salat dua rakaat dan memohon kepada Allah.
Banyak ulama Islam mencoba mencari-cari kesalahan dalam koleksi besar yang luar biasa karya Imam Al-Bukhari itu, tetapi semuanya sia-sia. Karena alasan itu pula, mereka sepakat bahwa kitab paling otentik setelah Kitab Allah adalah Sahih Al-Bukhari.
Ulama besar ini wafat di kampung halamannya, Bukhara di wilayah Khurasan (Turkistan Barat), pada tahun 256H.
Kitab Hadis Shahih: Shahih Muslim
Sahih Muslim adalah kitab Hadits yang dianggap paling otentik setelah Shahih Al-Bukhari. Namun, ada pula yang mendudukannya sejajar dengan kitab tersebut.
Shahih Muslim disusun oleh Imam Muslim ibn Al-Hajaj Al-Nisapuri. Dia lahir pada 202H dan meninggal pada 261 H.
Dia melakukan perjalanan secara luas ke banyak negara seperti Irak, Hijaz, Syria Kuno, dan Mesir untuk mengumpulkan koleksi Haditsnya. Ia belajar dari banyak ulama, yang sebagian besar adalah guru imam Al-Bukhari juga.
Imam Muslim bahkan juga belajar dari Imam Al-Bukhari sendiri dan menjadi muridnya yang paling setia.
Seperti Imam Al-Bukhari, Imam Muslim juga menulis banyak buku tentang ilmu Hadits. Namun, dia tidak membahas banyak masalah yang masih jadi perdebatan dalam fiqh (yurisprudensi Islam). Kitab yang ditulisnya pun menjadi kumpulan hadis yang sehat, catatan otentik, yang menjadi dasar studi Hadis di masa depan. []
SUMBER: ISLAMWEB | ABOUT ISLAM