Oleh: Nisrina Nafisah
(Penulis)
PUKUL dua siang, saat cuaca tengah panas-panasnya, terdengar suara perempuan menjajakan kolak pisang.
Kubuka tirai. Terlihat seorang wanita tua melintas di depan rumahku.
Aku terpaku sesaat, lalu menyambar kerudung instan. Keluar setengah berlari. Dengan suara lantang kupanggil ibu tua itu.
“Bu!! Kolak pisang!!” teriakku di depan pagar rumah.
BACA JUGA:Â Asal Muasal Kolak Ramadhan
Aku takjub, padahal badanku sedang lemah. Entah kekuatan dari mana bisa berteriak selantang itu.
Si ibu tua menoleh, tersenyum senang lalu berjalan menuju rumahku.
“Mau kolak pisang, Neng?” tanyanya.
“Iya Bu, sini masuk dulu. Di luar panas.” Aku yang baru keluar sebentar saja sudah kepanasan. Sementara si ibu mungkin sudah sejak tadi berkeliling.
Kuajak si ibu duduk di teras yang lumayan adem.
“Kolak pisang aja, Bu?” tanyaku setelah melihat dagangan si ibu hanya ada kurang lebih sepuluh bungkus kolak pisang.
“Iya, Neng. Ini kolak pisang hasil dari kebun di belakang rumah. Alhamdulillah panen Pisang Nangka. Biar jadi duit ya dibuat takjil begini.” Si ibu yang akhirnya kuketahui bernama Bu Yati, menjelaskan.
“Panennya jadi sepuluh bungkus aja Bu?” tanyaku ingin tahu.
“Banyak, Neng. Sepanci penuh. Ibu bagi-bagikan ke tetangga, terutama yang ada janda sama anak yatimnya.” Terang Bu Yati.
“Sisanya ibu jual buat beli beras sama ganti beli gula putih sama gula merah buat bikin kolak ini.”
“Sebungkusnya berapa?” tanyaku.
“Lima ribu, Neng?”
“Sebanyak ini?” tanyaku. Kalau di tempat beli takjil kolak pisang sebanyak ini bisa sepuluh ribu sebungkus.
“Kalau di kampung ya segitu, Neng.” Bu Yati malah nampak heran.
“Saya beli semuanya, boleh?” tanyaku memastikan.
Bu Yati kaget. “Buat dimakan semua, Neng?”
“Saya ambil dua bungkus, sisa delapan bungkus ini bisa ibu jual lagi atau ibu bagikan buat siapa saja yang membutuhkan. Ibu lebih tahu.”
“Masyaa Allah.. jazakillah khoir, Neng. Semoga Allah Subhanahuata’ala memudahkan segala urusan Neng sekeluarga.” doanya khusyuk.
“Amiin ya rabbal alamiin.” Aku mengaminkan.
BACA JUGA:Â Ehmm, Yuk Buat Pai Kolak Pisang yang Menggoda Ini!
Kukeluarkan selembar uang lima puluh ribu dari saku gamis. Keuntungan dagang online hari ini.
Sudah lama ingin bersedekah makanan tapi tidak sanggup memasak karena sedang bedrest.
Akupun belajar dari Bu Yati. Dalam kondisi kurang pun, tidak menghalangi untuk berbagi, berbuat kebaikan.
Esoknya, aku tahu bahwa takjil kolak pisang yang aku beli, dibagikan Bu Yati ke pesantren yatim-piatu untuk santri penghapal Al Qur’an.
Timbul rasa malu karena sedekah tak seberapa. Timbul rasa candu karena sedekah ternyata membahagiakan. []