BELGIA— Badan Kemanusiaan Komisi Uni Eropa mengakui jika derita rohingya yang tertindas merupakan pembersihan etnis.
Komisioner untuk Bantuan Kemanusiaan Uni Eropa Christos Stylianides mengatakan ia terkejut atas besarnya kebutuhan Rohingya yang ia saksikan dalam kunjungan selama dua hari di Bangladesh pekan lalu.
“Kita harus meyakinkan pemerintah Myanmar bahwa ini persoalan hak asasi manusia, hak fundamental bagi setiap manusia. Saya setuju dengan Sekjen PBB [Antonio] Guterres bahwa mungkin satu-satunya deskripsi untuk situasi ini adalah pembersihan etnis,” kata dia.
Sejak 25 Agustus, lebih dari 607.000 warga Rohingya menyeberang dari Rakhine ke Bangladesh, menurut PBB.
Mereka melarikan diri dari operasi keamanan yang membunuh, menjarah rumah dan membakar desa Rohingya. Menurut Menteri Luar Negeri Bangladesh Abul Hasan Mahmood Ali, sekitar 3.000 orang Rohingya tewas dalam aksi kekerasan tersebut.
Rohingya, yang disebut PBB sebagai orang paling teraniaya di dunia, menghadapi ketakutan meningkat atas serangan yang membunuh puluhan orang pada kekerasan komunal pada 2012.
PBB telah mendokumentasikan perkosaan massal, pembunuhan –termasuk bayi dan anak-anak—pemukulan brutal dan penghilangan oleh petugas keamanan.
Dalam sebuah laporan, penyidik PBB mengatakan bahwa pelanggaran tersebut merupakan kejahatan kemanusiaan.[]