Sahabat Islampos, dua siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kudus berhasil menjadi juara kompetisi sains internasional, lho. Mereka adalah Lana Syifaul Aufi Kamila dan Azifa Rusyda Dewi. Keduanya meraih medali perak pada International Festival of Engineering, Science, and Technology (IFEST2) 2022.
IFEST2 merupakan kompetisi sains dan inovasi karya ilmiah tingkat internasional. Lomba ini diikuti ilmuan muda se-dunia. Setelah melalui seleksi panjang, terpilihlah 250 proyek dari berbagai negara termasuk Indonesia, Thailand, Malaysia, Eropa, Afrika, Amerika, Turki, Azerbaijan, dan Mesir.
BACA JUGA:Â Wahai Muslimah, Anda adalah Madrasah Pertama Bagi Anak-anak Anda
Kompetisi ini diadakan secara daring dengan menggunakan aplikasi Zoom pada Ahad, 10 Juli 2022. Aufi dan Azifa menampilkan riset kimia yang berjudul ‘Pehanol: Konversi Daun Lamun (Enhalus Acoroides) untuk Produksi Bioetanol Menggunakan Metode SSF Sebagai Upaya Diversifikasi Energi Ramah Lingkungan’.
Azifa mengisahkan bahwa masuknya Tim MAN 1 Kudus ini melalui seleksi yang diadakan oleh CYS (Center for Young Scientist). CYS merupakan sebuah kegiatan olimpiade proyek penelitian dalam bidang sains dan teknologi. Kegiatan ini diperuntukan bagi para generasi muda Indonesia yang bersekolah di tingkat SMP/MTs, dan SMA/MA se-Indonesia.
“Riset ini sebelumnya juga berhasil keluar sebagai juara 3 tingkat Provinsi Jawa Tengah dan finalis tingkat nasional di ajang LPB (Lomba Peneliti Belia) 2021. Atas pencapaiannya, Tim Riset MAN 1 Kudus direkomendasikan kembali untuk mengikuti IFEST2 2022 dan meraih silver medal,” papar Azifa di Kudus, Selasa (19/7/2022).
BACA JUGA:Â Alumni Madrasah, Luvena Raih Beasiswa Kuliah Penerbangan Sipil di Rusia
Aufi menambahkan, bioetanol merupakan produk etanol yang diperoleh dari campuran bahan alami dan biomassa melalui proses bioteknologi. Namun, bioetanol yang dibuat oleh Tim Riset MAN 1 Kudus berbeda dari produk umumnya karena dapat menghasilkan emisi gas monooksida (CO) lebih rendah dan bersifat terbarukan.
“Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan solusi terhadap krisis energi dengan pembuatan bioetanol dari lamun jenis Enhalus acoroides dengan metode SSF (Simultaneous Saccharification and Fermentation) sehingga dapat memanfaatkan lamun sebagai energi alternatif terbarukan pengganti bahan bakar fosil yang ramah lingkungan,” kata Aufi, dikutip dari Kemenag.go.id.
Dalam penelitian yang sudah dilakukan, keduanya menemukan formula bioetanol terbaik pada Formula 1. Formula 1 memiliki kadar air yang rendah, memiliki kadar etanol yang tinggi dengan waktu fermentasi yang standar. []
SUMBER: KEMENAG