WASHINGTON—Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menggelar buka puasa Ramadhan bersama bagi warga Muslim di Gedung Putih pada Rabu (6/6/2018) petang waktu setempat. Padahal, tahun lalu tradisi Iftar tersebut ditiadakan. Acara tersebut menuai protes dari komunitas muslim Amerika.
Sebagai bentuk protes, Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), kelompok advokasi Muslim AS, menggelar Iftar tandingan di luar Gedung Putih. Aksi protes dilakukan karena kebijakan politik dan retorika Trump selama ini dianggap anti-Islam.
BACA JUGA: Trump Berencana Gelar Acara Buka Puasa Bersama
Acara bertajuk “Not Iftar Trump” itu diadakan di Lafayette Square di luar Gedung Putih bersamaan dengan acara iftar yang digelar Trump di Gedung Putih. Aksi protes itu didukung kelompok pembela hak-hak Muslim dan sipil lainnya.
Dalam sebuah pernyataan, CAIR mengatakan bahwa telah terjadi lonjakan serangan dalam hal kefanatikan sejak Donald Trump menjadi presiden AS.
Beberapa tokoh Muslim terkemuka di AS ramai-ramai mengkritik Trump yang pertama kali jadi tuan rumah Iftar.
“Kami tidak membutuhkan makan buka puasa. Sebaliknya, kami perlu mendapatkan rasa hormat yang sangat layak untuk kami. Jangan memberi kami makan dan menusuk kami,” kata Imam Yahya Hendi, tokoh Muslim di Georgetown University.
Acara buka puasa Ramadhan di Gedung Putih biasanya dihadiri oleh para diplomat, anggota Kongres dan anggota komunitas Muslim lainnya. Namun, Direktur penelitian di Institute for Social Policy and Understanding, Dalia Mogahed mengaku tak ingin datang ke acara iftar yang digelar Trump.
“Saya tidak diundang ke Iftar Gedung Putih, tetapi saya tidak akan hadir jika saya diundang,” kata Mogahed.
Ziad Ahmed, seorang aktivis mahasiswa, mengatakan acara Iftar yang digelar Trump memang sebagai langkah positif. Tapi, dia tetap mengkritik kebijakan presiden AS tersebut yang dianggap merugikan komunitas Muslim.
“Apakah dia sudah meminta maaf karena mengatakan ‘Islam membenci kita? Apakah dia mengubah kebijakannya? Apakah dia mencabut larangan (perjalanan)? Dia tidak mengubah retorikanya pada apa pun,” kata Ahmed.
Tradisi Iftar di Gedung Putih dimulai pada 1990-an selama pemerintahan Bill Clinton sebagai bentuk “penjangkauan” terhadap dunia Muslim. Meskipun AS dilanda serangan teroris pada 11 September 2001, Presiden George W Bush tetap melanjutkan tradisi itu.
BACA JUGA: Kritisi Iftar Donald Trump, Muslim AS: Kami Tak Butuh Itu
Namun, pada 2017, tradisi itu dilanggar Trump. Ketika itu, Trump menandatangani perintah eksekutif yang dijuluki sebagai “larangan Muslim”, di mana migran dari tujuh negara yang didominasi warga Muslim dilarang masuk ke AS. []
SUMBER: CNN