BERLIN — Sebuah kelompok Muslim Jerman terkemuka memberikan “Penghargaan Keberanian Internasional” kepada dua korban serangan Islamofobia di negara itu. Penghargaan diberikan pada 1 Juli 2019.
Anadoulu Agency melaporkan, pemberian penghargaan itu dimaksudkan untuk menyoroti atmosfer xenofobik dan Islamofobik yang tumbuh di Jerman.
“Hadiah itu ditujukan untuk menyoroti pengorbanan dan rasa sakit para korban rasisme. Ada kebutuhan untuk memerangi rasisme dan Islamofobia dengan cara yang lebih kuat,” kata Presiden Dewan Pusat Muslim di Jerman, Aiman Mazyek.
BACA JUGA: Penelitian: Mo Salah Berpengaruh Besar terhadap Penurunan Islamophobia di Inggris
Salah satu dari dua korban Muslim, Mevlude Genc, kehilangan lima kerabatnya dalam serangan Islamofobia di Solingen, Jerman 26 tahun lalu.
Pada tanggal 29 Mei 1993, empat teroris Islamofobia berusia 16-23 membakar rumah keluarga Muslim Turki Genc, menewaskan lima orang dan melukai 14 lainnya.
Tiga dari penyerang hanya dihukum sepuluh tahun penjara, sementara yang lain hanya 15 tahun penjara.
Korban Muslim lainnya yang menerima penghargaan itu adalah Farid Ahmed yang kehilangan istrinya di Pembantaian Christchurch baru-baru ini di Selandia Baru.
Pembantaian Christchurch menewaskan lebih dari 51 jemaah Muslim dan banyak lainnya terluka di dua masjid dalam serangan teroris paling mengerikan di Selandia Baru.
Mazyek mengatakan, pihaknya tidak akan melupakan kejadian tersebut dan akan mengenang para korban.
“Kami tidak akan pernah melupakan mereka yang terbunuh dalam serangan teroris Islamofobia. Dewan kami berencana untuk memberikan penghargaan ini untuk memperingati 10 tahun kematian Marwa el-Sherbini.”
Penghargaan Keberanian Internasional ini dinamai Marwa el-Sherbini. Nama ini diambil dari nama seorang ilmuwan Muslim Mesir yang ditikam dalam serangan Islamofobia selama sidang pengadilan di Dresden, Jerman pada 2009.
Sherbini yang hamil, 31, tewas di dalam pengadilan Jerman di depan putra dan suaminya yang berusia tiga tahun. Alex Wiensan, seorang teroris Islamofobia Jerman dari Rusia menikamnya setelah dia bersaksi dalam kasus kriminal untuk pelecehan verbal.
Pengadilan mengakui bahwa konfrontasi awal antara pelaku terhadap peneliti farmasi Muslim berjilbab itu telah terjadi.
Kontak pertama yang didokumentasikan antara Islam dan Jerman terjadi pada abad ke-18 sebagai bagian dari hubungan antara Jerman dan Kekhalifahan Utsmaniyah ketika 20 tentara Muslim bertugas di bawah pimpinan Frederick William I dari Prusia.
BACA JUGA: Begini Pandangan Wynni Jones, Muslimah Australia tentang Hijab dan Islamophobia
Pada 1745, Frederick II dari Prusia mendirikan unit Muslim di tentara Prusia yang disebut ‘Penunggang Muslim’ dan sebagian besar terdiri dari Bosniaks, Albania, dan Tatar. Pada 1760, sebuah korps Bosniak eksklusif didirikan dengan sekitar 1.000 orang.
Pada 1798, pemakaman Muslim pertama didirikan di Berlin. Namun, karena migrasi tenaga kerja pada 1960-an, Islam telah tumbuh di Jerman menjadi agama yang terlihat.
Menurut perkiraan 2015 oleh Kantor Federal untuk Migrasi dan pengungsi, ada 4,7 juta Muslim di Jerman atau 5,7% dari populasi. Dari jumlah tersebut, 1,9 juta adalah warga negara Jerman (2,4%). Selain itu, menurut kantor statistik Jerman, 9,1% dari semua bayi baru lahir di Jerman memiliki orang tua Muslim pada tahun 2005. []
SUMBER: ANADOULU AGENCY | ABOUT ISLAM