MANILA — Presiden Filipina Rodrigo Duterte kembali membuat kontroversi lewat pernyataan terbarunya, “Saya bukan Katolik. Saya Islam.” Pernyataan itu disampaikan Duterte sebelum referendum Mindanao untuk menentukan otonomi Bangsamoro atau Undang-undang Organik Bangsamoro (BOL), Jumat (18/1/2019).
Ketika itu, Duterte tengah berpidato di tengah warga kota Cotabato yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Duterte mengaku, sebagian dari dirinya adalah Islam. Dia bahkan mengkritik gereja dan pemuka agama Katolik.
BACA JUGA:Â Duterte Minta Pekerja Filipina di Kuwait untuk Pulang
“Ada bagian dari diri saya yang sebenarnya Islam. Bahkan saya dan para pendeta gila itu bertengkar, saya bukan Katolik. Saya Islam. Itu benar,” kata Duterte.
Duterte kemudian mengucapkan kata-kata Islami, seperti insyaallah dan bertakbir ketika mengomentari referendum yang merupakan hasil negosiasi puluhan tahun antara pemerintah dan separatif Moro, MNLF.
“Tuhan pasti sangat baik kepada kita. Fakta bahwa kita mencapai titik ini setelah bertahun-tahun negosiasi dan interupsi. Kita ada di sini. Insyaallah. Allah maha besar. Allahu Akbar,” kata Duterte.
Pernyataan kontroversial Duterte tersebut masih ramai diperbincangkan di Twitter hingga sekarang.
Warganet mengatakan, Duterte mungkin merasa memiliki keturunan Mindanao sehingga menggangap sebagian dirinya itu Islam. Padahal, Islam itu bukan soal keturunan, tapi keyakinan.
“Islam soal keyakinan dan pelaksanaan. Bukan berdasarkan darah, karena Duterte mengira dia punya sedikit darah Maranao,” kata Yusuf Ledesma di Twitter.
BACA JUGA:Â Pegang Janji Duterte, Perjuangan Islam Filifina Sebut Perang Bukan Pilihan
Dalam kritikan lainnya, netizen memperlihatkan gambar-gambar Duterte yang beribadah di gereja dan masih memakan daging babi. Hal ini, kata mereka memperlihatkan Duterte tidak bisa dipercaya.
Sebelumnya, Duterte memang kerap mengucapkan perkataan buruk kepada para pemuka agama Katolik di negaranya. Awal bulan ini, Duterte bahkan menyebut uskup di Filipina sebagai “anak sundal” karena mengkritik kebijakan anti-narkobanya yang menewaskan ribuan orang.
Pekan lalu, Istana Malacanang meminta para pemimpin gereja Katolik untuk tidak ikut campur dalam cara Duterte memerintah negaranya. []
SUMBER: MANILA TIMES