BANGLADESH—Di tengah meningkatnya korban jiwa dari aksi protes pelajar di Bangladesh, iring-iringan mobil Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Bangladesh diserang oleh sekelompok pria bersenjata di Dhaka, Sabtu (4/8/2018) malam.
Menurut laporan Anadolu, Duta Besar Marcia Bernicat dan tim keamanannya berhasil lolos dari serangan di daerah Mohammadour tanpa cedera.
BACA JUGA:Â DK PBB akan Kunjungi Kamp Pengungsi Rohingya di Bangladesh
“Kami tidak membenarkan tindakan beberapa oknum yang terlibat dalam penghancuran properti, termasuk bus dan kendaraan lainnya. Kami juga tidak membenarkan serangan brutal dan kekerasan selama akhir pekan terhadap ribuan anak muda yang telah secara damai menjalankan hak demokratis mereka untuk menciptakan Bangladesh yang lebih aman,” tambah kedubes AS.
Para pelajar dan mahasiswa di Dhaka berunjuk rasa menuntut jalan yang lebih aman dan keadilan bagi dua siswa yang tewas dalam kecelakaan di Dhaka pada 29 Juli 2018. Pada Ahad (5/8/2018), polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan para demonstran.
Berdasarkan laporan media lokal, aktivis politik dari partai yang berkuasa Liga Awami memukuli ribuan pelajar yang bergerak menuju kantor mereka untuk berunjuk rasa.
Harian Prothom Alo menyebutkan setidaknya 50 orang – termasuk 10 wartawan – juga terluka dalam bentrokan antara polisi dan anggota partai yang berkuasa.
Kekacauan itu telah menyebabkan perwakilan Awami dan oposisi Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) saling tuding.
Sementara itu, Batalyon Aksi Cepat (RAB) telah menangkap seorang aktris yang diduga menyebarkan rumor di media sosial yang telah memicu aksi protes.
Pada Ahad, Menteri Dalam Negeri Asaduzzaman Khan telah memperingatkan akan menindak tegas siapapun yang menguji kesabaran pemerintah.
BACA JUGA:Â Tolak Dipulangkan ke Myanmar, Ratusan Pengungsi Rohingya Unjuk Rasa di Bangladesh
Dia juga meminta para pelajar yang berunjuk rasa untuk kembali ke rumah, sekaligus menegaskan bahwa tuntutan mereka akan dipenuhi.
Demonstrasi itu telah menahan layanan transportasi umum, sehingga mengganggu mobilisasi warga di ibu kota Bangladesh. []
SUMBER: ANADOLU