HUBUNGAN Korea Utara (Korut) dan Amerika Serikat (AS) dikabarkan mulai memanas karena Korut marah. Sumber pejabat militer maupun diplomat asing mengungkapkan, ini merupakan buntut pembicaraan kedua negara yang mengalami kebuntuan.
Buntunya perundingan Korut dan AS disebabkan mereka masih menunggu siapa yang bakal membuat konsesi terlebih dahulu, melansir CNN Kamis (8/11/2018).
Korut dilaporkan marah setelah Washington menolak untuk mengangkat sanksi, ditambah dengan friksi personal antara juru runding kedua negara.
Mantan pejabat Badan Intelijen Pusat (CIA) Bruce Klingner menyebut ancaman Korut bakal kembali membangun pasukan nuklirnya jika AS tak mencabut sanksi.
BACA JUGA:Â Segera Halalkan Cintanya dengan Pemuda Asal Kuningan, Mahasiswi Amerika Ini Ikrarkan Syahadatain
Korut juga belum menggelar pertemuan dengan Utusan Khusus AS untuk Korut Stephen Biegun dikarenakan dua negara belum sepakat dengan istilah dasar seperti “denuklirisasi”.
Sementara pejabat Washington berujar Korut kesal karena AS tak kunjung memberikan penawaran seperti pengurangan sanksi.
“Sikap Korut adalah AS harus membuat gerakan sebelum mereka juga memberikan respon lain.,” kata pejabat anonim tersebut.
Media Korut KCNA dalam ulasannya di 2 November menyatakan bahwa Pyongyang sudah memberikan iktikad baik dengan melaksanakan perubahan.
“Namun kami tidak menerima respon seperti yang dibutuhkan. Kami tidak akan bergerak meskipun 1 milimeter sebelum mereka memberi respon,” ulas KCNA.
Sejumlah pakar menyatakan, segala klaim Korut bahwa mereka telah memulai proses pelucutan senjata nuklirnya tak lebih dari “bermanis-manis mulut”.
Rezim Kim Jong Un menyatakan telah menutup fasilitas uji coba mesin rudal, dan menjanjikan bakal menutup fasilitas nuklir Yongbyon.
BACA JUGA:Â Cina Perluas Kamp Tahanan Muslim Uighur Tiga Kali Lipat
Pejabat AS lain mengemukakan, terdapat prinsip “kami bakal memberikan sedikit jika kalian juga melakukan hal yang sama” terkait proses denuklirisasi.
“Karena itu sikap presiden (Donald Trump) jelas. Dia bersikeras untuk mempertahankan tekanan maksimal hingga denuklirisasi penuh dilakukan,” katanya.
Sementara itu, Trump berujar dia sangat senang dengan perkembangan negosiasi dengan Pyongyang, dan menegaskan pemerintahannya tak terburu-buru ingin Korut denuklirisasi.
“Sementara sanksi maish berada di tempatnya, tidak ada lagi kabar uji coba rudal maupun nuklir. Bahkan tawanan mulai dibebaskan,” klaim Trump. []
SUMBER: KOMPAS