JAKARTA—Koordinator lapangan Aksi KAMMI Riko Tanjung, menyayangkan tindakan represif yang dilakukan pihak kepolisian terhadap mahasiswa di depan Istana, Rabu (24/5/2017).
Riko menceritakan menjelang aksi berakhir, mahasiswa duduk melingkar menyanyikan yel-yel. Sebagian ada yang berdzikir.
“Polisi meminta massa membubarkan diri pada pukul 17.30. Lalu saya menemui perwakilan Polda Metro Jaya dan menyampaikan massa akan bubar usai shalat Maghrib. Dan mereka menyetujui nya,” ujar Riko saat dihubungi Islampos, Kamis (25/5/2017).
Sekitar pukul 18.00, lanjut Riko, aparat kepolisian tidak bisa menahan diri lalu menendang dan memukul para mahasiswa termasuk wanita.
“Polisi bertindak refresip dan anarkis padahal kami hanya duduk menyanyikan yel-yel, sebagian bahkan ada yang berdzikir,” terangnya.
Riko juga memastikan tidak ada tindakan anarkis dari mahasiswa yang memicu aparat kepolisian bertindak represif.
Riko mengatakan, dalam aksi itu 5 korban dibawa ke rumah sakit, sedangkan 7 Mahasiswa lainnya ditahan. Mereka yang ditahan diantaranya Kartika Nur Rakhman (Ketum PP Kammi), Risdam Buyung (KP Jaktim), Edo Hendra Kusuma (Ketua Komsat Mabda Jakarta Selatan), Arifin Tanjung (PD Kammi Bandung), Khaidir Ali (KP Tangsel), Bayu Anggara (KP PP), Mursalin (Ketum Komsat UIN Jakarta).
“Alhamdulillah, pukul 11 malam mereka dibebaskan,” ujar Riko.
Seperti diketahui, ratusan mahasiswa yang tergabung dalam KAMMI melakukan unjuk rasa di depan istana. Mereka menuntut penegakkan hukum dan mengusut semua kasus korupsi termasuk kasus E-KTP.
Hingga berita ini dibuat, belum ada keterangan dari pihak kepolisian terkait pemukulan tersebut. []