IZINKAN saya cerita pengalaman yang tidak akan terlupakan.
Suatu waktu saya diamanahkan menjadi PJ (penanggung jawab) biro subuh di masjid dekat rumah. Salah satu tugasnya adalah memaksimalkan pemasukan dana infaq subuh. Dana ini khusus digunakan untuk menjamu jamaah setiap hari Ahad dengan menyediakan sarapan spesial, dan untuk membeli fasilitas-fasilitas pendukung untuk masjid. Fasilitas unik yang jarang ditemukan di masjid lain, sehingga alhamdulillah jamaah masjid kami makin hari makin ramai.
Saat itu ada beberapa kawan yang membersamai mengurusi kerjaan melayani jamaah ini. Semakin ramai jamaah, semakin semangat kami menyusun strategi bagaimana biro ini profesional. Termasuk bagaimana caranya dana infaq subuh yang masuk bisa terus lebih banyak, agar pelayanan jamaah bisa lebih memuaskan.
Aktifitas rutin kami adalah menghitung kotak amal hampir setiap hari dan mengevaluasinya. Suatu waktu, kami pernah menemukan ada uang di dalam kotak berisi lipatan uang 100 ribuan, bukan 1, tapi 3 100 ribuan dalam 1 lipatan. Dan ini bukan sekali kami temukan, sampai beberapa hari kedepan selalu kami temukan. Artinya ada jamaah yang setiap hari infaq subuhnya 300 ribu.
Di sela waktu menghitung uang kotak amal, kami terus membincangkan, kira-kira siapa ya jamaah ini. “Hebat bener ya, setiap pagi sedekahnya 300 ribu” ini kalimat yang sering terucap oleh kami, sambil terus penasaran siapakah orangnya.
Saking penasarannya, hampir setiap hari kami pantau, jika uang lipatan itu tidak kami temukan, maka sangat mungkin orang itu sedang tidak datang. Maka kami cari-cari siapa ya yang pagi ini tidak datang. Hehe, saking “kepo”nya.
Hingga satu waktu..
Dan kejadian ini yang sampai hari ini saya menulis cerita ini, saya ingat betul detil kejadiannya. posisi duduknya, gelar sarung tuk menaruh uang infaqnya, dan orang misterius yang datang menghampiri kami, serta detil apa yang dia sampaikan ke kami.
Penasaran ga pengen tahu apa yang disampaikan?
Selagi kami asyik menghitung uang infaq, dan masih dalam pembicaraan mengenai penasarannya kami, siapa yang infaq 300 ribu setiap hari, tiba-tiba ada seorang bapak tua datang menghampiri. Bapak tua ini jarang atau bahkan seinget saya belum pernah melihat dia di masjid kami.
Bapak tua ini menghampiri dan menepuk pundak saya. “Mas, tahu ga’, bisa jadi uang yang 2 ribu ini- sambil bapak itu mengambil 1 lembar uang 2 ribu di antara tumpukan uang infaq yang ada di depan kami-“, sambil malanjutkan perkataanya, “bisa jadi mas, uang yang 2 ribu ini lebih mulia dan berpahal besar dari pada yang 300 ribu itu”.
Lalu bapak itu menaruh kembali uang 2 ribu itu dan langsung meninggalkan kami ke luar masjid.
Subhanallah, wal hamdulillah, wa la ila ha illah, wallahu Akbar.
Seperti mendengar petir di tengah siang bolong yang tidak ada hujan atau gerimis kecil sekalipun. Tiba-tiba kami dipaksa menghentikan obrolan kami, sempat bengong beberapa detik, lalu kami segera beristighfar, dan kompak kami semua istighfar.
Bagaimana tidak, beberapa hari itu kami selalu berfikir uang yang 300 ribu begitu besar dan memuji orang yang menginfaqannya. Tapi setelah di’tampar’ bapak tua tadi, kami tersadar. Sungguh bisa jadi ada uang yang 2 ribu ditumpukan antara uang infaq yang lain, bernilai lebih besar pahalanya bagi penginfaqnya, jika orang itu tidak punya banyak uang, tapi ia ikhlas menginfaqannya.
Bahkan bisa jadi nilai 2 ribu bagi orang itu sudah sangat besar, karena mungkin penghasilan hariannya tidak lebih besar dari 2 atau 5 kali dari uang itu. Atau bahkan bisa jadi uangnya hanya segitu-gitunya.
Allahu Akbar,
Selama ini kami terfokus dengan angka,
Tak sadar bisa jadi dari berkahnya infaq 2 ribu itulah, Allah jadikan masjid kami semakin ramai, semakin banyak yang merasa puas dengan pelayanan masjid kami.
Allahu Akbar,
Bukan sekedar angka, tapi seberapa mampu kita melawan rasa getaran di hati kita, getaran takut untuk berinfaq. Semakin kita mampu melawan getaran takut itu, untuk tetap mengeluarkan infaq sesuai angka yang kita takuti, insya Allah semakin mulia nilai infaq kita.
Besar kecilnya infaq jadi memiliki nilai beda di setiap kita.
Inilah yang kita sebut batas getar atas (BGA),
batas kemampuan infaq kita berdasarkan getaran ketakutan hati kita. Semakin kita lawan (tetap jadi berinfaq), semakin ter-asahlah hati kita melawan kecintaan terhadap dunia.
Dan disinilah kunci dari kaya yang barokah.
Semakin cinta kita kepada dunia, semakin hilang berkah harta kita. Semakin kita lawan BGA kita, insya Allah semakin barokah dan bertambah-tambah harta kita.
Semoga cerita ini jadi pengingat untuk saya pribadi dan inspirasi untuk teman-teman semua.
Allahu ‘alam bishshowab. []
Salam sukses penuh barokah,
Al faqir
Faisal Ramli
Mentor Kampus Pengusaha Muslim