DI Jakarta, hari ini, berlangsung aksi terbesar Bela Palestina. Semangat turun ke jalan ini jelas dibakar oleh kesemberonoan Presiden Donald Trump mengakui Jerusalem sebagai ibukota Israel. Kesewenangan pemerintah Amerika Serikat (AS) ini tidak boleh dibiarkan begitu saja.
Pengakuan AS itu artinya Jerusalem dirampas. Martabat kaum muslimin diinjak-injak. Hukum internasional dikangkangi. Keangkuhan ditunjukkan.
Karena itu, perlawanan terlemah yang bisa kita perlihatkan adalah dengan cara menunjukkan solidaritas untuk bangsa dan negara Palestina. Inilah yang, in-sya Allah, akan berlangsung di Jakarta, hari ini. Jutaan orang dengan pengorbanan masing-masing akan memenuhi ibukota.
Semua komponen kaum muslimin bertekad untuk mendukung aksi Bela Palestina ini yang dipimpin langsung oleh Ketua Umum MUI, KH Ma’ruf Amin. Mereka akan memadati Jakarta, akan memberikan isyarat kepada AS lewat kedutaan besarnya di Indonesia bahwa tindakan Donald Trump sangat menusuk bagi kaum muslimin.
Di tengah semangat untuk menunjukkan perlawanan terhadap kesewenangan Donald Trump itu, sangat disayangkan ada tokoh yang malah melarang anggotanya ikut unjuk rasa hari ini. Tidak bisa dipahami mengapa Prof Jimly Ashshidiqie meminta agar warga ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) tidak ikut berunjuk rasa. Dia hanya mengatakan ada cara lain untuk menyatakan kekecewaan terhadap AS.
Pak Jimly mengatakan bahwa Bela Palestina dengan cara turun ke jalan akan menjelekkan agama Islam dan pemeluknya. Entah berdasarkan apa beliau membuat kesimpulan yang sangat keliru ini.
Tentunya warga ICMI tidak harus mematuhi larangan Pak Jimly, tokoh yang kerap muncul sebagai bintang iklan promosi Cinta Produk Indonesia itu. Biarkan beliau sendirian menikmati pendapatnya tsb. Mari kita hormati Pak Jimly meskipun sikap beliau tidak mungkin kita pahami.
Sekali lagi, selamat berunjuk rasa untuk Jerusalem dan Palestina. []