MADYAN adalah nama sebuah kota yang terletak di negara Ma’aan, masih termasuk bagian negara Syaam. Bersebrangan dengan negara Hijaz dan berdekatan dengan danau kaum Nabi Luth AS.
Madyan adalah nama kabilah atau kaum yang berasal dari satu ayah. Penduduk Madyan adalah orang Arab. Kabilah Madyan adalah keturunan Madyan bin Madyaan bin Ibrahim AS. Madyan itulah negri di mana pemuda Musa menemukan jodohnya.
Lahir di Mesir. Menjadi pemuda yang gagah perkasa di Mesir. Liku-liku hidupnya yang berat dan genting, membawanya pada perkenalan pada sosok perempuan dambaan hatinya.
Sosok ideal yang menjadi pilihannya adalah perempuan yang tangguh pula. Perempuan yang mengabdikan pada ayahnya yang renta. Mengelola tanah pertanian dan peternakan.
Ketangguhannya terlihat saat perempuan itu berjuang untuk mendapatkan air diantara para pemuda. Kelembutannya terlihat saat perempuan tersebut mendatangi Musa yang mengundangnya untuk bertemu dengan ayahnya.
“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua perempuan itu berjalan sambil malu-malu, dia berkata, “Sesungguhnya ayahku mengundangmu untuk memberi balasan sebagai ketidakseimbangan atas (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.” Ketika (Musa) mendatangi ayahnya (Syu’aib) dan dia menceritakan kisahnya (mengenai dirinya), dia (Syu’aib) berkata, “Janganlah kamu takut! Engkau telah selamat dari orang-orang yang zalim itu.” (Al-Qasas: 25)
Kecerdasannya terlihat dari kemampuannya melihat potensi yang terpendam pada pemuda Musa. Firasatnya sangat tajam mampu melihat jati diri pemuda Musa yang baik, kuat dan dapat dipercaya. Pemuda Musa juga seorang sosok yang bekerja secara profesional, sebab dia menyempurnakan perjanjian kerja dengan menyempurnakan menjadi 10 tahun.
“Dan salah satu dari kedua (perempuan) itu berkata, “Wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang paling baik yang Anda ambil sebagai pekerja (pada kita) adalah orang yang kuat dan dapat dipercaya.” (Al-Qasas: 26)
BACA JUGA:Â Â Perpecahan Bani Israel di Era Nabi Yaqub
“Dia (Syu’aib) berkata, “Sebenarnya aku bermaksud ingin menikahkanmu dengan salah seorang dari kedua anak perempuanku ini, dengan ketentuan bahwa kamu bekerja padaku selama delapan tahun dan jika kamu sempurnakan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) darimu, dan aku tidak bermaksud memberatkanmu. Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang yang baik.” (Al-Qasas: 27)
Perempuan ini memang sosok yang ideal. Dia yang menemani kepulangannya ke Mesir. Dia yang menemani Musa saat mendapatkan wahyu di lembah Tuwa. Dia juga yang menemani Musa saat menanggung kerasnya kezaliman Firaun, Haman dan Qarun. []