TERKADANG kita membutuhkan sebuah kritikan untuk membangun sebuah kehidupan. Karena akan berbeda, anak yang dibesarkan dengan sebuah pujian dan kritikan.
Misalnya, ketika seorang anak membawa hasil ujiannya mendapat nilai C dan lulus. Kemudian orang tuanya berkata, “Ya, bagus.”
BACA JUGA: Ini 6 Pengkritik Pemerintah Dunia yang Diracun
Keesokan harinya anak tersebut akan merasa tenang-tenang saja ketika mendapat nilai C, karena ia merasa sudah cukup puas dengan apresiasi dari orang tuanya. Dalam diri anak tersebut akan tertanam bahwa nilai C tidak terlalu jelek, yang penting bisa lulus.
Tentunya respon anak tersebut akan berbeda ketika ia mendapatkan nilai C dan orang tuanya berkata, “Cuma nilai C yang bisa kamu dapatkan?”
Akan sangat berbeda respon yang dihasilkan anak tersebut. Bisa jadi, ketika mendengar jawaban orang tuanya tersebut anak itu akan lebih termotivasi untuk mendapatkan nilai A. Karena ia tahu bahwa orang tuanya tidak merasa puas dengan hasil ujian yang ia dapatkan.
Hidup kita sama seperti anak tersebut. Terkadang, kita terlalu nyaman dengan sebuahn pujian-pujian dan kita merasa sudah puas dengan apa yang sudah kita capai. Padahal, apa yang kita capai hari ini belum tentu bisa memuaskan.
BACA JUGA: Nasihat Iblis kepada Nabi Yahya
Kita akan membutuhkan sebuah kritik untuk membangun diri kita. Ibarat kuda, kita butuh pecutan untuk bisa berlari lebih kencang lagi. Itulah mengapa Allah hadirkan ujian dalam hidup kita.
Ibarat kita ini adalah seekor kuda, maka Allah beri kita pecutan agar kita bisa lari lebih kencang, bahkan melewati batas kemampuan kita. []