PERNAH suatu hari, sekumpulan sahabat bertanya kepada istri-istri Nabi tentang kualitas dan kuantitas ibadah beliau. Setelah diberi penjelasan, para Sahabat menjadi heran. Menurut mereka, ibadah Nabi ﷺ terhitung “biasa-biasa saja”.
Mereka berkata, “Kedudukan kita tidak sebinding dengan Rasulullah ﷺ. Sebab, Allah telah mengampuni dosa-dosa beliau, baik yang telah lalu maupun yang akan datang. Pengampunan dosa tersebut tidak berlaku kepada kita. Karenanya, kita harus beribadah lebih giat lagi daripada beliau.”
BACA JUGA: Perbedaan Sunnah dan Hadits
Salah seorang dari mereka bertekad, “Aku akan berpuasa terus-menerus setiap hari. Tidak sehari pun akan kulalui dengan berbuka.”
Seseorang yang lain juga tidak mau kalah, “Aku akan mengerjakan salat semalam suntuk dan tidak akan tidur.”
Bahkan, ada yang berkata, “Aku akan menghindari perempuan dan tidak akan menikah untuk selamanya.”
Tak lama kemudian, Nabi ﷺ datang dan mendengar ucapan masing-masing dari mereka. Sungguh murka beliau mendengar hal itu. Dengan tegas beliau bersabda,
BACA JUGA: Makna Sunnah
“Sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allah daripada kalian. Tetapi, aku shalat dan juga tidur, aku berpuasa dan juga berbuka, dan aku juga menikah dengan perempuan. Barangsiapa yang membenci sunahku, ia bukan golonganku.” (HR Bukhari). []
Sumber: Shalat Bersama Rasulullah / Penulis: Maulana Muhammad Zakariya al Kandahlawi / Penerbit: PT Wacana Gelora Cipta,2013